Mahmoud Abbas (bahasa Arab: مَحْمُود عَبَّاس, translit. Maḥmūd ʿAbbās; lahir 26 Maret 1935), umumnya dikenal dengan kunya atau nom de guerre Abu Mazen (bahasa Arab: أَبُو مَازِن, ʾAbū Māzin) adalah presiden Negara Palestina dan Otoritas Nasional Palestina (PNA). Dia telah menjadi ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) sejak 11 November 2004, presiden PNA sejak 15 Januari 2005, dan presiden Negara Palestina sejak 8 Mei 2005.
Abbas juga anggota partai Fatah dan terpilih sebagai ketua pada tahun 2009.
Abbas terpilih pada 9 Januari 2005 untuk menjabat sebagai Presiden Otoritas Nasional Palestina hingga 15 Januari 2009, tetapi memperpanjang masa jabatannya hingga pemilihan berikutnya pada 2010, mengutip konstitusi PLO, dan pada 16 Desember 2009 dipilih untuk menjabat tanpa batas waktu oleh Dewan Pusat PLO. Akibatnya, saingan utama Fatah, Hamas, pada awalnya mengumumkan bahwa mereka tidak akan mengakui perpanjangan atau memandang
Abbas sebagai presiden yang sah. Namun,
Abbas diakui secara internasional dalam posisinya dan Hamas dan Fatah melakukan banyak negosiasi pada tahun-tahun berikutnya, yang mengarah pada kesepakatan pada April 2014 untuk Pemerintah Persatuan (yang berlangsung hingga Oktober 2016) dan pengakuan jabatannya oleh Hamas.
Abbas juga dipilih sebagai presiden Negara Palestina oleh Dewan Pusat PLO pada 23 November 2008, posisi yang dipegangnya secara tidak resmi sejak 8 Mei 2005.
Abbas menjabat sebagai Perdana Menteri Otoritas Palestina pertama dari Maret hingga September 2003. Sebelum diangkat menjadi Perdana Menteri,
Abbas memimpin Departemen Urusan Negosiasi PLO.
Kehidupan pribadi dan pendidikan
Abbas lahir dan dibesarkan di Safet. Setamat sekolah dasar di kota itu, ia hijrah ke Suriah setelah perang tahun 1948. Ia melanjutkan sekolah menengah dan perguruan tinggi di kota Damaskus. Setelah tamat dari jurusan hukum Universitas Damaskus, ia mendirikan lembaga Palestina pertama pada tahun 1954 di Suriah. Inilah awal mula karier politiknya.
Aktivisme politik dan karier
Awal tahun 1960-an, ia menjadi pegawai Departemen Pendidikan di Qatar dan bersahabat dengan Yasser Arafat (1929-2004). Ia kemudian menjadi anggota Majelis Nasional Palestina pada tahun 1968 dan memimpin perundingan tidak resmi dengan Israel pada tahun 1977.
Sejak tahun 1983, ia menjadi anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) serta memimpin komite nasional dan internasional yang berkonsentrasi pada urusan organisasi non-pemerintah. Ia memulai kembali perundingan rahasia dengan pejabat Israel pada tahun 1989 lewat perantara Belanda. Ia tetap menjalankan aktivitas perundingan di balik pintu dengan Israel ketika dan pasca-Konferensi Madrid tahun 1991. Pasca Konferensi Madrid, ia dipercaya menjabat sebagai koordinator urusan perundingan. Ia meletakkan rencana dan pengarahan pada tim perunding Palestina.
Abbas menjalani pendidikan pascasarjana di Universitas Patrice Lumumba di Moskwa, di mana ia mendapatkan gelar Candidate of Sciences, yang setara dengan gelar PhD. Disertasinya berjudul "The Other Side: The Secret Relationship Between Nazism and Zionism".
Saat Pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat membentuk lembaga perdana menteri, ia ditunjuk untuk menjabatnya tetapi mundur empat bulan kemudian (Juni 2003-September 2003. Ia terpilih secara aklamasi sebagai Ketua PLO sepeninggal Yasser Arafat (11 November 2004). Ia terpilih menjadi Presiden Palestina pada pemilu 9 Januari 2005 dengan 62,3 persen suara. Kemenangan Hamas pada Pemilu Legislatif 25 Januari 2006 menghantarkan Ismail Haniya untuk posisi Perdana Menteri Palestina. Hamas yang semenjak awal perjuangannya menolak mengakui negara Israel membuat kesulitan posisinya, sehingga
Abbas berniat menyelenggarakan sebuah referendum pada 31 Juli 2006 untuk menentukan perlu tidaknya Palestina mengakui negara Israel
Kutipan
"Tiada yang dapat menggantikan dialog." (2003)
Referensi
Pranala luar