Mauritania (Arab: موريتانيا Mūrītānyā; Berber: Muritanya atau Agawej; Wolof: Gànnaar; Soninke: Murutaane; Pulaar:
Mauritania), dengan nama resmi Republik Islam
Mauritania (République islamique de Mauritanie), adalah sebuah negara yang berada di Afrika Utara. Negara ini berbatasan dengan Mali di timur dan selatan, Senegal di barat daya, Samudra Atlantik di sebelah barat, Sahara Barat di utara dan barat laut, dan Aljazair di timur laut.
Mauritania adalah negara terbesar kesebelas di Afrika; 90 persen wilayahnya terletak di Sahara. Sebagian besar dari 4,4 juta penduduknya tinggal di daerah beriklim sedang di selatan, dengan kira-kira sepertiganya terkonsentrasi di ibu kota sekaligus kota terbesarnya, Nouakchott, yang terletak di pesisir Atlantik.
Nama negara ini berasal dari Mauretania, sebuah wilayah yang menjadi tempat kerajaan-kerajaan Berber berdiri dari abad ke-3 SM sampai abad ke-7 di ujung barat laut Afrika yang sekarang menjadi wilayah Maroko dan Aljazair. Bangsa Berber mulai menduduki wilayah
Mauritania sejak abad ke-3 Masehi. Bangsa Arab menaklukkan daerah ini pada abad ke-8, membawa Islam, budaya Arab, dan bahasa Arab. Pada awal abad ke-20,
Mauritania dijajah oleh Prancis sebagai bagian dari Afrika Barat Prancis.
Mauritania mencapai kemerdekaannya pada tahun 1960. Sejak saat kemerdekaannya,
Mauritania mengalami kudeta berulang kali dan mengalami periode kediktatoran militer. Peristiwa paling baru terjadi pada tanggal 6 Agustus 2008. Pemerintahan digulingkan dalam suatu kudeta militer yang dipimpin oleh Jenderal Mohamed Ould Abdel Aziz. Pada tanggal 16 April 2009, Aziz mengundurkan diri dari militer untuk mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden tanggal 19 Juli dan menang. Ia juga memenangkan pemilihan presiden berikutnya pada tahun 2014. Mohamed Ould Ghazouani menggantikan Abdel Aziz setelah ia memenangkan pemilihan umum 2019. Peristiwa ini dianggap sebagai transisi kekuasaan damai pertama di
Mauritania sejak kemerdekaan.
Secara budaya dan politik, negara ini adalah bagian dari dunia Arab:
Mauritania adalah anggota Liga Arab dan bahasa Arab adalah satu-satunya bahasa resmi negara. Bahasa Prancis digunakan secara luas dan berfungsi sebagai basantara, mencerminkan budaya warisan kolonialnya. Agama resminya adalah Islam dan hampir seluruh penduduknya beragama Islam Sunni. Terlepas dari identitas Arabnya,
Mauritania adalah negara multietnis: 30 persen populasinya adalah kaum Bidan, atau biasa disebut "moor putih", sedangkan kaum Haratin, atau biasa disebut "moor hitam", terdiri dari 40 persen. Kedua kelompok tersebut mencerminkan perpaduan etnis, bahasa, dan budaya Arab-Berber. 30 persen sisa populasinya terdiri dari berbagai kelompok etnis sub-Sahara.
Meskipun memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk bijih besi dan minyak bumi,
Mauritania adalah salah satu diantara negara-negara miskin; basis utama ekonominya ada pada pertanian, peternakan, dan perikanan. Sekitar 20% dari penduduk
Mauritania hidup dengan penghasilan kurang dari US$1,25 per hari. Perbudakan di
Mauritania merupakan masalah hak asasi manusia paling utama, dengan sekitar 4% (155.600 orang) dari populasi negara menjadi budak. Jumlah tersebut yang tertinggi dari semua negara. Masalah HAM lain di
Mauritania termasuk mutilasi alat kelamin perempuan, dan pekerja anak.
Mauritania adalah negara terakhir di dunia yang menghapus perbudakan, pada tahun 1981, dan mengkriminalisasikannya pada tahun 2007.
Sejarah
= Masa awal
=
Bangsa-bangsa yang mendiami
Mauritania kuno adalah bangsa Berber, Niger-Kongo, dan Bafour. Bangsa Bafour adalah salah satu orang-orang Sahara pertama yang meninggalkan gaya hidup nomaden dan mengadopsi gaya hidup pertanian. Karena pengeringan bertahap gurun Sahara yang membuat tanaman sulit untuk tumbuh, mereka akhirnya bermigrasi ke Selatan. Banyak orang-orang dari bangsa Berber mengeklaim mereka berasal dari Yaman (dan terkadang daerah Arab lainnya). Hanya sedikit bukti yang mendukung klaim tersebut, meskipun studi DNA tahun 2000 terhadap orang-orang Yaman menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan kuno antara kedua kelompok tersebut.
= Masa kolonial
=
Mulai dari akhir abad ke-19, Prancis mengeklaim wilayah yang menjadi
Mauritania saat ini, dari wilayah Sungai Senegal ke Utara. Pada tahun 1901, Xavier Coppolani mengambil alih misi kekaisaran. Melalui kombinasi aliansi strategis dengan suku Zawaya dan tekanan militer pada prajurit pengembara Hassane, Coppolani berhasil memperluas kekuasaan Prancis di
Mauritania. Mulai dari tahun 1903 dan 1904, tentara Prancis berhasil menduduki Trarza, Brakna, dan Tagant, tetapi emirat Utara Adrar bertahan lebih lama, dibantu oleh pemberontakan anti-kolonial (atau jihad) syekh Maa al-Aynayn dan oleh pemberontak dari Tagant dan wilayah pendudukan lainnya. Pada tahun 1904, Prancis mengorganisir wilayah
Mauritania dan menjadikannya bagian dari Afrika Barat Prancis. Prancis menjadikan
Mauritania pertama-tama sebagai protektorat, kemudian sebagai koloni. Pada tahun 1912, tentara Prancis mengalahkan Adrar dan menggabungkannya ke dalam wilayah
Mauritania.
Geografi
Mauritania terletak di wilayah barat Afrika, dan umumnya datar, dengan luas 1.030.700 km2 membentuk dataran luas dan gersang yang dipecah oleh sesekali punggungan dan singkapan mirip tebing.
Mauritania berbatasan dengan Samudera Atlantik Utara, terletak diantara Senegal dan Sahara Barat, Mali dan Aljazair. Negara ini dianggap sebagai bagian dari Sahel dan Maghrib. Serangkaian kerutan menghadap ke barat daya, membelah dua dataran ini di tengah-tengah negara. Kerai juga memisahkan serangkaian dataran tinggi batu pasir, yang tertinggi adalah Dataran Tinggi Adrar, mencapai ketinggian 500 meter. Oase pegas terletak di kaki beberapa kerai. Puncak terisolasi, sering kaya mineral, naik di atas dataran tinggi; puncak yang lebih kecil disebut guelb dan yang lebih besar kasa. Guelb er Richat yang konsentris adalah fitur utama dari wilayah utara-tengah. Kediet ej Jill, dekat kota Zouitrt, memiliki ketinggian 1.000 meter dan merupakan puncak tertinggi.
Sekitar tiga perempat wilayah
Mauritania adalah gurun atau semi-kering. Akibat kemarau panjang parah, gurun telah meluas sejak pertengahan 1960-an. Dataran tinggi itu perlahan-lahan turun ke arah timur laut menuju El Djouf yang tandus, atau "Kuartal Kosong," wilayah luas bukit pasir besar yang menyatu ke gurun Sahara. Di sebelah barat, di antara lautan dan dataran tinggi, ada daerah-daerah dataran lempung (regs) dan bukit pasir bergantian, yang beberapa di antaranya bergeser dari satu tempat ke tempat lain, secara bertahap digerakkan oleh angin kencang. Bukit pasir umumnya bertambah besar dalam ukuran dan mobilitas ke arah utara.
Politik
= Pembagian administratif
=
Birokrasi Pemerintah
Mauritania terdiri dari kementerian tradisional, badan khusus, dan perusahaan parastatal. Kementerian Dalam Negeri
Mauritania mempelopori sistem gubernur dan prefek regional yang meniru sistem administrasi lokal Prancis. Di bawah sistem ini,
Mauritania dibagi menjadi 15 wilayah.
Kontrol terkonsentrasi secara ketat di cabang eksekutif pemerintah pusat, tetapi serangkaian pemilihan nasional dan munisipalitas telah menghasilkan desentralisasi terbatas sejak tahun 1992. Daerah-daerah ini dibagi lagi menjadi 44 departemen.
Ekonomi
Meskipun kaya akan sumber daya alam,
Mauritania memiliki PDB yang rendah. Mayoritas penduduknya masih bergantung pada sektor pertanian dan ternak untuk mata pencaharian, meskipun sebagian besar pengembara dan banyak petani subsisten dipaksa masuk ke kota oleh kekeringan berulang pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Mauritania memiliki cadangan bijih besi yang besar, yang menyumbang hampir 50% dari total ekspornya. Perusahaan pertambangan emas dan tembaga membuka tambang di daerah pedalaman.
Pelabuhan laut dalam pertama negara ini dibuka di dekat Nouakchott pada tahun 1986. Dalam beberapa tahun terakhir, kekeringan dan salah kelola ekonomi telah mengakibatkan penumpukan utang luar negeri. Pada bulan Maret 1999, pemerintah menandatangani perjanjian dengan misi bersama Bank Dunia-Dana Moneter Internasional tentang peningkatan fasilitas penyesuaian struktural (ESAF) senilai US$54 juta. Privatisasi tetap menjadi salah satu masalah utama.
Mauritania belum memungkinkan untuk memenuhi tujuan pertumbuhan PDB tahunan ESAF sebesar 4-5%.
Minyak ditemukan di
Mauritania pada tahun 2001 di lepas pantai ladang Chinguetti. Meskipun berpotensi signifikan bagi ekonomi
Mauritania, pengaruhnya secara keseluruhan sulit diprediksi.
Mauritania sudah digambarkan sebagai "negara gurun yang sangat miskin, yang mengangkangi dunia Arab dan Afrika dan merupakan penghasil minyak Afrika terbaru, jika berskala kecil." Mungkin ada tambahan cadangan minyak di daratan di cekungan Taoudeni, meskipun lingkungan yang keras akan membuat ekstraksi menjadi mahal.
Pemerintah Uni Emirat Arab melalui kota percontohannya Masdar mengumumkan akan memasang pembangkit listrik tenaga surya baru di Atar, Adrar yang akan memasok tambahan listrik 16,6 megawatt. Pembangkit ini akan memberi daya sekitar 39.000 rumah dan menghemat 27.850 ton emisi karbon per tahun.
Demografi
Pada tahun 2018,
Mauritania memiliki populasi sekitar 4,3 juta jiwa. Penduduk setempat terdiri dari tiga etnis utama: Bidan (moor putih) sebanyak 30%, Haratin (moor hitam) sebanyak 40%, dan orang-orang Afrika Barat. 30% penduduk yang bukan termasuk Bidan atau Haratin adalah penduduk dari beragam etnis lainnya (kebanyakan orang kulit hitam Sub-Sahara). Perkiraan biro statistik lokal menunjukkan bahwa suku Bidan mewakili sekitar 30% warga. Mereka berbahasa Arab Hassaniya, terutama yang berasal dari Arab-Berber. Suku Haratin membentuk sekitar 34% dari populasi, dengan banyak perkiraan menempatkan mereka pada persentase sekitar 40%. Mereka adalah keturunan penduduk asli situs Tassili n'Ajjer dan Gunung Acacus selama era Epipalaeolitikum. 30%. Sisanya, sebagian besar terdiri dari berbagai kelompok etnis keturunan Afrika Barat, di antaranya adalah Halpulaar (Fulbe) yang berbahasa Niger-Kongo, Soninke, Bambara, dan Wolof.
Hampir 100% populasi
Mauritania beragama Islam dengan sebagian besarnya menganut denominasi Suni. Tarekat Tijaniyah dan Qadiriyyah memiliki pengaruh besar, tidak hanya terhadap masyarakat di dalam negerinya, tetapi juga di Maroko, Aljazair, Senegal, dan negara-negara tetangga lainnya. Keuskupan Nouakchott yang didirikan pada tahun 1965 melayani 4.500 umat Kristen Katolik di
Mauritania (kebanyakan penduduk asing dari Afrika Barat dan Eropa).
Budaya
Tukang perak Tuareg dan
Mauritania telah mengembangkan tradisi perhiasan dan logam Berber tradisional yang dipakai oleh wanita dan pria
Mauritania.
Lihat pula
Daftar negara-negara di dunia
Adrar (region)
Referensi
Pranala luar
(Prancis) Situs resmi