Merkurius atau Utarid merupakan planet terkecil di Tata Surya sekaligus yang terdekat dari Matahari. Periode revolusi planet ini merupakan yang terpendek dari semua planet di Tata Surya, yakni 87,79 hari. Seperti halnya Venus,
Merkurius merupakan planet inferior yang letak orbitnya berada di sebelah dalam orbit Bumi, dan ketika diamati dari Bumi, jarak sudutnya dari Matahari tidak pernah melebihi 28°. Karena jarak yang dekat dengan Matahari, planet ini hanya dapat dilihat di dekat ufuk barat setelah matahari terbenam atau ufuk timur sebelum matahari terbit, atau biasanya ketika aram.
Merkurius akan tampak seperti bintang yang terang jika diamati pada waktu tersebut, tetapi sering kali jauh lebih sulit untuk diamati daripada Venus. Jika diamati dari teleskop,
Merkurius akan menampilkan serangkaian fase yang mirip dengan fase Venus dan Bulan, ketika bergerak di orbit bagian dalamnya yang relatif terhadap Bumi dan terjadi berulang dalam satu siklus sinodiknya, yakni sekitar 116 hari.
Merkurius memiliki rotasi yang unik dalam Tata Surya. Planet ini terkunci pasang surut terhadap Matahari dalam putaran–resonansi orbit 3:2, yang berarti bahwa relatif terhadap bintang tetap, planet ini berotasi pada porosnya tepat tiga kali untuk setiap dua kali periode revolusi mengelilingi Matahari. Seperti yang diamati dari Matahari, dalam kerangka acuan yang berotasi dengan gerakan orbit,
Merkurius terlihat hanya berotasi sekali setiap dua tahun
Merkurius.
Sumbu
Merkurius memiliki kemiringan terkecil dari semua planet di Tata Surya, yaitu hanya sekitar ⅟30 derajat. Planet ini juga memiliki eksentrisitas orbit terbesar dari semua planet yang ada di Tata Surya; ketika berada di titik perihelion, jarak
Merkurius dari Matahari hanya sekitar dua per tiga (atau 66%) dari jaraknya ketika berada di titik aphelion. Permukaan
Merkurius penuh akan kawah dan memiliki wujud yang serupa dengan Bulan; hal ini menandakan bahwa proses geologis pada permukaannya telah berhenti sejak miliaran tahun yang lalu. Karena hampir tidak memiliki atmosfer untuk menahan panas,
Merkurius memiliki suhu permukaan yang sangat beragam setiap harinya, mulai dari 100 K (−173 °C; −280 °F) pada malam hari sampai 700 K (427 °C; 800 °F) pada siang hari di sepanjang daerah khatulistiwa. Suhu permukaan di daerah kutubnya selalu berada di bawah 180 K (−93 °C; −136 °F).
Merkurius tidak memiliki satu pun satelit alami yang diketahui.
Dua wahana antariksa yang pernah mengunjungi
Merkurius adalah Mariner 10, yang terbang melewati planet ini pada tahun 1974 dan 1975, dan MESSENGER, yang diluncurkan pada tahun 2004 dan telah mengorbit
Merkurius sebanyak lebih dari 4.000 kali dalam empat tahun sebelum kehabisan bahan bakar dan menabrakkan diri ke permukaan planet ini pada 30 April 2015. Wahana antariksa BepiColombo diperkirakan akan tiba di
Merkurius pada tahun 2025.
Struktur dalam
Dengan diameter sebesar 4879 km di katulistiwa,
Merkurius adalah planet terkecil dari empat planet kebumian di Tata Surya. Jarak
Merkurius ke matahari 57 juta km, dan jarak
Merkurius dengan Bumi 92 juta km.
Merkurius terdiri dari 70% logam dan 30% silikat serta mempunyai kepadatan sebesar 5,43 g/cm3 hanya sedikit dibawah kepadatan Bumi. Namun apabila efek dari tekanan gravitasi tidak dihitung maka
Merkurius lebih padat dari Bumi dengan kepadatan tak terkompres dari
Merkurius 5,3 g/cm3 dan Bumi hanya 4,4 g/cm3.
Kepadatan
Merkurius digunakan untuk menduga struktur dalamnya. Kepadatan Bumi yang tinggi tercipta karena tekanan gravitasi, terutamanya di bagian inti.
Merkurius namun jauh lebih kecil dan bagian dalamnya tidak terdapat seperti bumi sehingga kepadatannya yang tinggi diduga karena planet tersebut mempunyai inti yang besar dan kaya akan besi. Para ahli bumi menaksir bahwa inti
Merkurius menempati 42 % dari volumenya (inti Bumi hanya menempati 17% dari volume Bumi). Menurut riset terbaru, kemungkinan besar inti
Merkurius adalah cair.
Mantel setebal 600 km menyelimuti inti
Merkurius dan kerak dari
Merkurius diduga setebal 100 sampai 200 km. Permukaan
Merkurius mempunyai banyak perbukitan yang kurus, beberapa mencapai ratusan kilometer panjangnya. Diduga perbukitan ini terbentuk karena inti dan mantel
Merkurius mendingin dan menciut pada saat kerak sudah membatu.
Merkurius mengandung besi lebih banyak dari planet lainnya di tata surya dan beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskannya. Teori yang paling luas diterima adalah bahwa
Merkurius pada awalnya mempunyai perbandingan logam-silikat mirip dengan meteor Kondrit umumnya dan mempunyai massa sekitar 2,25 kali massanya yang sekarang. Namun pada awal sejarah tata surya,
Merkurius tertabrak oleh sebuah planetesimal berukuran sekitar seperenam dari massanya. Benturan tersebut telah melepaskan sebagian besar dari kerak dan mantel asli
Merkurius dan meninggalkan intinya. Proses yang sama juga telah diajukan untuk menjelaskan penciptaan dari Bulan.
Teori yang lain menyatakan bahwa
Merkurius mungkin telah terbentuk dari nebula Matahari sebelum energi keluaran Matahari telah stabil.
Merkurius pada awalnya mempunyai dua kali dari massanya yang sekarang, tetapi dengan mengambangnya protomatahari, suhu di sekitar
Merkurius dapat mencapai sekitar 2500 sampai 3500 Kelvin dan mungkin mencapai 10000 Kelvin. Sebagian besar permukaan
Merkurius akan menguap pada temperatur seperti itu, membuat sebuah atmosfer "uap batu" yang mungkin tertiup oleh angin surya.
Orbit
Merkurius memiliki orbit yang sangat elips dengan eksentrisitas 0,21. Hal itu yang membuat
Merkurius, kadang-kadang menjadi planet terdekat dari bumi.
Merkurius membutuhkan sekitar 87,969 hari bumi untuk menyelesaikan satu putaran mengelilingi matahari. 1 hari matahari (solar day) di
Merkurius berlangsung sangat lama yaitu sekitar 176 hari bumi.
Perbandingan
Catatan kaki
Referensi
Pranala luar
Atlas of Mercury. NASA. 1978. SP-423.
Mercury nomenclature dan map with feature names dari USGS/IAU Gazetteer of Planetary Nomenclature
Equirectangular map of Mercury Diarsipkan 2016-05-20 di Wayback Machine. dari Applied Coherent Technology Corp.