Moses Gatutkaca adalah mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma yang tewas dalam demonstrasi menuntut turunnya Presiden Soeharto pada Jumat, 8 Mei 1998. Peristiwa bentrokan yang menewaskan
Moses dikenal juga dengan Peristiwa Gejayan. Ia meninggal setelah kepalanya luka oleh pukulan benda tumpul.
Peristiwa
Saat itu,
Moses yang melintasi yang tengah terdapat aksi demonstrasi yang ricuh, dihajar oleh aparat lantaran dikira merupakan massa demonstran. “Setahu kami,
Moses mau mencari makan malam setelah waktu maghrib. Dia lewat selatan kampus Sanata Dharma, di sana ada demo anarkis.
Moses dikira masa demonstran dan dipukuli, sampai akhirnya meninggal,” kata Sunarto yang tempat tinggalnya tak jauh dari indekos yang pernah didiami
Moses, Sabtu (21/5/2016). Warga Pringgodani, Mrican, Sleman ini pun mengenang, ketika itu kawasan Gejayan merupakan tempat bersejarah sekaligus saksi bisu, di jalan itu, mahasiswa kampus se-Yogyakarta menyalurkan segala aspirasi. Mulai dari aksi demonstrasi yang berjalan dengan damai, hingga aksi demonstrasi yang berujung ricuh.
Diungkapkannya saat aksi tersebut berlangsung, sebelum
Moses meninggal, sebagian kecil warga sekitar tidak berani keluar rumah ketika malam. Ketakutan itu bertambah saat mengetahui terdapat korban salah sasaran oleh aparat. Menurutnya, sebagian besar warga sekitar tak berani keluar pada malam selama beberapa hari, kala itu. “Tapi saat
Moses meninggal, masyarakat Yogyakarta ikut berduka. Sewaktu jenazah mau dimakamkan, ada banyak sekali orang yang ikut mengantarkan,” ucapnya.
Moses ditemukan sekarat oleh beberapa mahasiswa dari posko PMI Universitas Sanata Dharma, sesaat setelah aparat melakukan pembersihan di daerah bentrokan sekitar hotel Radisson Yogyakarta.
Moses ditemukan tergeletak di jalan dengan kondisi tangannya patah menelikung ke belakang, dan kepalanya mengalami luka parah. Dari telinga dan hidungnya darah segar terus menerus mengalir. Dengan menggunakan ambulans, ia dibawa ke Rumah Sakit Panti Rapih sekitar pukul 21.55 WIB, dalam perjalanan ia kemudian meninggal. Visum korban dari RS Panti Rapih menyatakan korban mengalami pendarahan telinga dan mulut dan diduga mengalami retak dalam tulang dasar tengkorak.
Dari dompetnya diketemukan identitas KTP dan SIM C atas nama
Moses Gatutkaca. Pemuda kelahiran Banjarmasin ini diketahui tinggal di Gang Brojolamatan No 9A, Mrican, Yogyakarta. Tempat ini juga tak jauh dari kampus Sanata Dharma dan sama-sama berada di wilayah Jalan Gejayan, Yogyakarta.
Pembantu Rektor III Universitas Sanata Dharma, G. Sukadi didampingi seorang dosen, YR. Subakti dan Romo Broto Wiyono SJ melayat
Moses sekitar pukul 00.15 di RS Panti Rapih. Ketiganya mengidentifikasi
Moses sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
Nama jalan
Untuk menghormatinya, sejak 20 Mei 1998, Jalan Kolombo yang berada tepat di sebelah kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diubah namanya menjadi Jalan
Moses Gatutkaca.
Moses Gatotkaca sendiri pun diangkat sebagai salah satu Pahlawan Reformasi
Referensi
Pranala luar
Tragedi Yogyakarta (semanggipeduli.com)
Penghormatan Untuk
Moses Gatotkaca(ParaHyangan Stop Press)