Mualim I adalah seorang pelaut berlisensi dan kepala departemen dek di kapal niaga.
Mualim I adalah perwira jaga, dan bertanggung jawab atas kargo kapal dan awak dek.
Mualim I bertanggung jawab kepada nakhoda atas keamanan dan keselamatan kapal. Tanggung jawab
Mualim I meliputi kesejahteraan awak kapal, serta pelatihan keselamatan, pemadaman api, pencarian, dan penyelamatan.
Manajer operasi
Mualim I, yang merupakan pangkat tertinggi kedua di atas kapal, kerap disamakan dengan manajer operasi, karena
Mualim I bertanggung jawab atas sejumlah fungsi operasional kapal. Di kapal kargo modern,
Mualim I menjabat sebagai kepala departemen dek, kepala operasi kargo/gudang, kepala keselamatan/pemadam kebakaran, kepala keamanan, kepala lingkungan dan kualitas, dsb.
Perwira kargo
Sebagai seorang perwira kargo,
Mualim I mengawasi pemuatan, penyimpanan, pengamanan, dan penurunan kargo. Lebih lanjut,
Mualim I bertanggung jawab merawat kargo selama pelayaran, yang meliputi stabilitas kapal dan perawatan khusus untuk kargo yang berbahaya.
Bahkan di kondisi cuaca yang baik sekalipun, kapal harus tetap menjaga keseimbangan di atas air. Perwira kargo pun melakukan ballasting dan penyeimbangan beban untuk mengoptimasi performa kapal di laut saat menghadapi cuaca buruk.
Perwira jaga
Secara tradisional,
Mualim I berjaga mulai jam 04.00 hingga 08.00 dan mulai jam 16.00 hingga jam 20.00. Di pelabuhan dan di laut,
Mualim I bertanggung jawab kepada nakhoda untuk menjaga keamanan kapal, awak kapal, dan kargo. Saat berjaga,
Mualim I harus menegakkan semua peraturan yang berlaku, seperti International Convention for the Safety of Life at Sea dan peraturan polusi. Di pelabuhan, tugas jaga difokuskan pada operasi kargo, pengawasan keamanan dan api, pemantauan komunikasi, serta tali jangkar atau tambat.
Peraturan IMO mewajibkan
Mualim I untuk fasih berbahasa Inggris. Hal tersebut diwajibkan karena beberapa alasan, antara lain agar
Mualim I dapat menggunakan peta laut dan publikasi kelautan, dapat memahami siaran cuaca dan keselamatan, dapat berkomunikasi dengan kapal lain, dan dapat bekerja dengan awak kapal dari berbagai negara.
Jaga laut
Di laut,
Mualim jaga memiliki tiga tugas utama, yakni menavigasi kapal, menghindari kapal lain, dan merespon kedaruratan yang mungkin terjadi.
Mualim umumnya berjaga bersama able seaman yang bertindak sebagai juru mudi dan pengamat. Juru mudi bertugas membelokkan arah kapal, sementara pengamat bertugas melaporkan bahaya, seperti kapal yang mendekat. Kedua tugas tersebut kerap dilakukan oleh satu orang, dan di bawah situasi tertentu, tidak dilakukan sama sekali. Kemampuan untuk mengendalikan kapal merupakan kunci dari jaga laut yang aman. Sarat, kemiringan, kecepatan, dan jarak kapal dengan dasar laut mempengaruhi radius belok dan jarak berhentinya. Faktor lain meliputi dampak dari angin dan arus, perbedaan ketinggian air, kedangkalan, dsb. Pengendalian kapal juga menjadi kunci saat kapal sedang menyelamatkan orang tenggelam, akan melego jangkar, atau akan tambat di pelabuhan.
Perwira juga harus dapat mengirim dan menerima sinyal melalui lampu Morse dan menggunakan International Code of Signals.
= Navigasi
=
Teknik navigasi benda langit, terestrial, elektronik, dan pesisir digunakan untuk menentukan posisi kapal di peta laut. Perwira mengarahkan juru mudi untuk tetap berada di jalur yang benar, dengan memperhatikan dampak angin, pasang laut, arus, dan kecepatan kapal. Perwira menggunakan informasi tambahan dari publikasi kelautan, seperti Sailing Directions, tabel pasang surut air laut, Notice to Mariners, dan peringatan navigasi via radio untuk menghindarkan kapal dari bahaya saat berlayar.
Keselamatan mengharuskan
Mualim untuk dapat memecahkan masalah kendali kapal secepat mungkin dan mengkalibrasi sistem untuk mengoptimalkan performanya. Karena kompas dan girokompas digunakan untuk menentukan arah, maka perwira harus dapat menentukan dan mengkoreksi kesalahan kompas.
Dampak dari cuaca terhadap kapal mewajibkan perwira untuk dapat menginterpretasikan dan mengaplikasikan informasi meteorologi dari semua sumber yang tersedia. Hal tersebut membutuhkan keahlian di bidang sistem cuaca, prosedur pelaporan, dan sistem perekaman.
= Manajemen lalu lintas
=
International Regulations for Preventing Collisions at Sea adalah dasar dari jaga laut yang aman. Keselamatan mewajibkan tiap awak kapal untuk mematuhi peraturan tersebut dan mengikuti prinsip jaga laut yang aman. Memaksimalkan kerja sama di anjungan, termasuk mempraktekkan manajemen sumber daya anjungan, pun makin menjadi fokus dalam tugas jaga laut.
Tujuan utama dari radar dan Automatic Radar Plotting Aid (ARPA) di anjungan kapal adalah agar kapal dapat bergerak dengan aman di sekitar kapal lain. Instrumen tersebut membantu untuk mengetahui informasi dari obyek yang mendekati kapal, seperti:
jarak, baringan, arah, dan kecepatan
waktu dan jarak ke titik pertemuan terdekat
perubahan arah dan kcepatan
Faktor tersebut membantu perwira untuk mengaplikasikan COLREGS guna bermanuver dengan aman di dekat halangan atau kapal lain.
Sayangnya, radar memiliki sejumlah batasan, dan ARPA juga menurunkan batasan tersebut serta memiliki sejumlah batasan lain. Faktor seperti hujan, ombak tinggi, dan awan tebal dapat menghalangi radar untuk mendeteksi kapal lain. Lebih lanjut, lalu lintas yang padat dan perubahan kecepatan atau arah juga dapat membingungkan unit ARPA. Pada akhirnya, kesalahan manusia, seperti kesalahan memasukkan kecepatan dan kebingungan antara vektor relatif dan asli menambah batasan dari radar atau ARPA.
Di bawah kondisi terbaik, operator radar harus dapat mengoptimasi pengaturan sistem dan mendeteksi perbedaan antara sistem ARPA dengan kondisi aslinya. Informasi yang didapat dari radar dan ARPA harus diperlakukan dengan hati-hati, karena terlalu bergantung dengan sistem tersebut dapat membahayakan kapal. Perwira harus memahami performa sistem, batasan dan akurasi, kemampuan dan batasa pelacakan, serta waktu pemrosesan, dan memahami penggunaan peringatan operasional dan pengujian sistem.
= Kedaruratan
=
Kedaruratan dapat terjadi kapan saja. Perwira harus dapat melindungi penumpang dan awak kapal. Perwira harus dapat mengambil tindakan awal pasca kapal menabrak atau karam. Tanggung jawabnya meliputi melakukan penilaian kerusakan dan kendali, memahami prosedur menyelamatkan orang di laut, membantu kapal lain yang kesusahan, dan merespon kedaruratan lain yang dapat muncul di pelabuhan.
Mualim I bertanggung jawab atas tim pemadam api dan pengendali kerusakan.
Mualim I juga melaporkan kegiatannya via radio ke nakhoda.
Perwira harus mengerti sinyal bahaya dan mengetahui Merchant Ship Search and Rescue Manual dari IMO.
Mengendalikan operasi kapal
Memahami stabilitas, kemiringan, tekanan, dan dasar konstruksi kapal adalah kunci untuk menjaga kelaiklautan kapal. Perwira harus mengetahui apa yang harus dilakukan pada saat kapal kebanjiran dan kehilangan daya apung. Api juga menjadi kekhawatiran. Mengetahui kelas dan bahan kimia dari api, serta perangkat dan sistem pemadam api, membuat perwira dapat bertindak cepat pada saat terjadi kebakaran di atas kapal.
Seorang perwira harus ahli dalam menggunakan sekoci dan kapal penyelamat. Keahlian tersebut meliputi pengoperasian perangkat dan pengaturan peluncuran sekoci, dan pengoperasian peralatan di dalam sekoci, seperti perangkat radio, EPIRB satelit, SART, pakaian selam, dan bantuan perlindungan terhadap suhu.
Perwira dilatih untuk melakukan tindakan medis, dan mengikuti instruksi yang diberikan melalui radio atau dari panduan. Pelatihan tersebut meliputi hal-hal yang harus dilakukan untuk menangani insiden dan penyakit yang umum terjadi di kapal.
Lisensi
= Britania Raya
=
Mualim I biasanya memegang sertifikat nakhoda, sehingga dapat mengambil alih tugas nakhoda jika diperlukan.
Mualim II biasanya juga memegang sertifikat
Mualim I, sehingga dapat mengambil alih tugas
Mualim I jika diperlukan.
= Amerika Serikat
=
Untuk menjadi
Mualim I (tak terbatas) di Amerika Serikat, pelaut harus telah berlayar selama 365 hari dengan lisensi
Mualim II. Kemudian, pelaut harus menghadiri kelas selama sekitar 13 minggu untuk menyelesaikan penilaian dari NMC Policy Letter 04-02 dan melewati serangkaian ujian yang diberikan oleh United States Coast Guard (USGS). Tidak jauh berbeda, pelaut harus telah bekerja sebagai
Mualim III selama 365 hari untuk dapat menjadi
Mualim II. Terdapat sejumlah kasus peningkatan lisensi, karena peraturan lisensi berubah dari waktu ke waktu. Sejumlah
Mualim pun masih mendapat lisensi sebelum peraturan baru berlaku.
Terdapat dua metode untuk mendapat lisensi
Mualim III tak terbatas di Amerika Serikat, yakni mengikuti institusi pelatihan khusus atau mengumpulkan "jam layar" dan mengikuti serangkaian kelas pelatihan dan ujian.
Institusi pelatihan yang dapat mengarah pada lisensi
Mualim III meliputi U.S. Merchant Marine Academy (kurikulum dek), U.S. Coast Guard Academy, dan U.S. Naval Academy dengan kualifikasi sebagai perwira jaga navigasi, perguruan tinggi maritim, Great Lakes Maritime Academy, atau program pelatihan
Mualim magang selama tiga tahun yang disetujui oleh Komandan USGS.
Seorang awak kapal dapat memulai proses pengajuan lisensi setelah tiga tahun bertugas di departemen dek di kapal, dengan setidaknya enam bulan sebagai able seaman, bosun, atau juru mudi. Kemudian awak kapal mengikuti kursus pelatihan yang diwajibkan, dan menyelesaikan penilaian di atas kapal. Pada akhirnya, awak kapal dapat mengajukan lisensi
Mualim III ke United States Coast Guard.
Seorang pemilik dari kapal seberat 1.600 ton, di bawah kondisi tertentu, juga dapat mengajukan lisensi
Mualim III tak terbatas.
Jika disetujui, ia harus melewati ujian komprehensif sebelum dapat memperoleh lisensi. Hawsepiper adalah istilah industri maritim informal yang digunakan untuk menyebut
Mualim yang memulai karirnya sebagai seorang awak kapal tanpa lisensi dan tidak berkuliah di perguruan tinggi maritim untuk mendapat lisensi perwira.
Tabung jangkar (hawsepipe) kapal adalah tabung tempat rantai jangkar melewati haluan kapal. Hawsepiper merujuk pada awak kapal yang menanjaki tabung jangkar, sebuah metafora maritim untuk menanjaki struktur pangkat di atas kapal. Hawsepiper dianggap sebagai istilah yang positif saat dinyatakan dengan hormat. Sejumlah hawsepiper pun bangga akan latar belakangnya dan menggunakan istilah tersebut untuk mendeskripsikan dirinya.
Sejumlah serikat awak kapal niaga pun menawarkan pelatihan yang dibutuhkan oleh anggotanya untuk meningkatkan karirnya. Lebih lanjut, sejumlah perusahaan juga menawarkan bantuan keuangan untuk pegawainya agar dapat mengikuti pelatihan.
Karena peraturan STCW '95 telah berlaku, terdapat keluhan bahwa jenjang karir hawsepiper menjadi terlalu sulit, karena meningkatnya biaya dan waktu yang diperlukan untuk mengikuti pelatihan formal di kelas. Kritikus pun menyatakan bahwa peraturan baru tersebut akan menyebabkan kurangnya jumlah pelaut berlisensi, terutama di negara seperti Amerika Serikat.
Fletcher Christian, pelaksana tugas master pada HMS Bounty
Owen Chase,
Mualim I pada Essex
Henry Wilde,
Mualim I pada Titanic
George Lowther,
Mualim I pada SV Gambia Castle
William Murdoch,
Mualim I pada Titanic
John Biscoe, pelaut dan petualang asal Inggris, yang kerap berlayar sebagai
Mualim I
John Paul Jones, yang menjadi
Mualim I pada usia 19 tahun.
= Karakter fiksi
=
Starbuck,
Mualim I pada Pequod di buku Moby-Dick.
Di waralaba film Pirates of the Caribbean:
Hector Barbossa adalah
Mualim I pada Black Pearl, sebelum memberontak dan mengambil alih kendali kapal.
Joshamee Gibbs,
Mualim I pada Black Pearl.
Angelica,
Mualim I pada Queen Anne's Revenge di film Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides.
Billy Bones,
Mualim I dari Captain Flint, dan Mr Arrow,
Mualim I pada Hispaniola di bawah Captain Alexander Smollett di novel Treasure Island karya Robert Louis Stevenson.
Zoe Washburne,
Mualim I pada Serenity di program TV Firefly.
(Willy) Gilligan,
Mualim I pada S.S. Minnow di seri TV Gilligan's Island.
Starkey,
Mualim I pada Jolly Roger di Peter Pan karya J. M. Barrie.
First Mate,
Mualim I untuk Captain Arrrgh di Fresh Beat Band of Spies.
Allan Thompson,
Mualim I pada Karaboudjan, di bawah Captain Haddock, di seri komik The Adventures of Tintin.
Yattaran,
Mualim I untuk Captain Harlock pada Arcadia.
Catatan
Referensi
"Table A-II/1, Specification of minimum standard of competence for officers in charge of a navigational watch on ships of 500 gross tonnage or more". International Convention on Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers. Diakses tanggal March 16, 2007.
Barrass, Bryan; Derrett, D.R. (1999). Ship Stability for Masters and Mates. Elsevier. ISBN 0-7506-4101-0.
Turpin, Edward A.; McEwen, William A. (1980). Merchant Marine Officers' Handbook (edisi ke-4th). Centreville, MD: Cornell Maritime Press. ISBN 0-87033-056-X.
Pranala luar
Licensing Information at MITAGS
Job Description from the government of Australia