Syekh
Muhammad Saad al-Khalidi
Mungka (1857-1923), atau Syekh
Saad Mungka, adalah seorang ulama Minangkabau yang terkenal sebagai salah seorang tokoh yang mengamalkan tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah. Banyak ulama-ulama Minangkabau lainnya pernah belajar agama di suraunya. Syekh
Saad Mungka seorang yang teguh dalam membela pengamalan tradisi tarekat, dan ia pernah terlibat dalam polemik Kaum Tua-Kaum Muda pada paruh pertama abad ke-20 di Sumatera Barat.
Masa muda
Syekh
Saad Mungka lahir di Jorong Koto Tuo,
Mungka, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, pada tahun 1857 M/1277 H. Ayahnya adalah seorang ulama bernama
Muhammad Tanta, sedang ibunya dari suku Kutianyia (Pitopang), Payakumbuh. Nama kecilnya ialah Anggun, dan ia memiliki 3 orang saudara bernama Husin, Sulaiman, dan Simba.
Pendidikan
Syekh
Saad pada masa muda belajar agama pada beberapa orang guru, antara lain di surau Syekh Abubakar Tabing Pulai Payakumbuh dan surau Syekh
Muhammad Saleh
Mungka Tanah Datar Batusangkar. Kemudian ia naik haji dan bermukim di Mekkah selama dua kali, yaitu pada 1894-1900 dan 1912-1915. Di sana Syekh
Saad Mungka berguru pada berbagai ulama, antara lain Sayyid Zaini Dahlan, Sayyid
Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makki, Syekh Ahmad bin
Muhammad Zain bin Musthafa al-Fathani.
Syekh
Saad kemungkinan juga menjumpai ulama-ulama lainnya di Mekkah yang pada masa itu mengajarkan tarekat, yang beberapa di antaranya berasal dari Nusantara; antara lain Syekh Abdul Karim al-Bantani dan gurunya Syekh Ahmad Khatib bin Abdul Ghafur As-Sambasi (Qadiriyah dan Naqsyabandiyah), Syekh Abdul 'Azhim al-Manduri dan gurunya Syekh
Muhammad Shaleh bin Abdurrahman az-Zawawi (Naqsyabandiyah Muzhariyah), dan Syekh Abdul Qadir bin Abdurrahman al-Fathani (Syattariyah).
Setelah kembali ke kampung halamannya Syekh
Saad membuka halaqah di Surau Baru, Koto Tuo
Mungka.
Murid-murid
Ada banyak ulama Minangkabau yang pernah belajar agama pada Syekh
Saad Mungka, antar lain Haji Sirajuddin Abbas, Syekh Sulaiman Ar-Rasuli, Syekh Abbas Ladang Lawas Bukittinggi, Syekh Abdul Wahid Tabek Gadang, Syekh Abdurrasyid Parambahan Payakumbuh, Syekh Abdul Madjid Koto Nan Gadang Payakumbuh, Syekh Ahmad Baruah Gunung Suliki, Syekh Arifin Batu Hampar Payakumbuh, Syekh Yahya al-Khalidi Magek Bukittinggi.
Wafat
Syekh
Saad wafat di kampung halamannya pada tahun 1923.
Karya
Syekh
Saad Mungka mempertahankan amalan dan ajaran tarekat melalui kitab-kitab karangannya, yamg merupakan jawaban terhadap kritik Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas hal-hal tersebut. Terdapat dua kitab yang dikarang oleh Syekh
Mungka dalam polemik tersebut:
Irghaamu Unuufil Muta’annitiina fii Inkarihim Rabhithatil Washiliin, yang merupakan sanggahan dari kitab karangan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang berjudul Iz-haaru Zaghlil Kaazibiina fii Tasyabbuhihim Bish Shadiqiin.
Tanbihuul ’Awaami ’ala Taqrirrati Ba’dhil Anaami, yang merupakan sanggahan dari kitab karangan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang berjudul Al-Aayatul Baiyinati lil Munsyifiina fii Izaalati Khaurafati Ba’dhil Muta’ash-shibiina, yang dibuat sebagai tanggapan Syekh Ahmad Khatib atas kitab pertama Syekh
Mungka di atas.
Referensi
= Catatan kaki
=
= Bahan bacaan
=
Effendi, Djohan (2010). Pembaruan Tanpa Membongkar Tradisi: Wacana Keagamaan di Kalangan Generasi Muda NU Masa Kepemimpinan Gus Dur. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. ISBN 9789797094737. Diakses tanggal 7 Januari 2014.
Pranala luar
Al-Marhum Syekh
Muhammad Sa'ad al-Khalidi
Mungka Tuo (W. 1922) dan Polemik Tarikat Naqsyabandiyah dengan Mufti Mekah Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (W. 1916)