Museum Karo Lingga adalah
Museum yang terletak 5 km di sebelah barat Kabanjahe, sekitar 1 km sebelum lokasi Perkampungan tradisional
Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten
Karo, Sumatera Utara.
Museum ini didirikan atas prakarsa G.H. Mantik, Pangkowilham Kodam II Bukit Barisan pada tahun 1977. Pada tanggal 6 Juni 1989
Museum ini resmi dibuka dan dikelola oleh Yayasan
Museum Karo Lingga.
Sejarah
Museum Karo Lingga berdiri di desa Budaya
Lingga yang disebut juga sebagai lokasi Immemoria Nirwana Graha Aidilla. Aidilla merupakan suatu keadaan dan pemandangan yang menarik dalam kehidupan di desa, aktivitas kegiatan sehari-hari ataupun kegiatan seni tradisi dan budaya didukung oleh ornamen-ornamen yang ada sebagai penghias desanya. Di Desa
Lingga terdapat banyak peninggalan-peninggalan budaya
Karo yang hampir punah sebelum
Museum Karo Lingga didirikan, contohnya rumah adat
Karo yang diperkirakan berumur 250 tahun. Bentuk arsitektur
Museum ini adalah bentuk arsitektur tradisional
Karo (rumah adat
Karo). Bahan bangunannya sudah lebih modern, atapnya terbuat dari seng, dan pada bagian teras (ture) menunjukkan ciri khas suku Suku
Karo.
Pada tahun 1979, G.H. Mantik mengadakan kunjungan kerja di desa
Lingga dan ia terkesan dengan tradisi leluhur
Karo yang tetap terpelihara. Dalam perjalanan berkeliling desa
Lingga, ia tergelincir dan itu merupakan suatu hal yang tabu bagi masyarakat
Karo. Pada saat tergelincir, jiwanya dianggap lengah oleh rasa terkejut dan harus diadakan suatu upacara ritual untuk mengembalikan itu. Didirikanlah sebuah rumah adat di desa yang disebut rumah Tersek atas dasar musyawarah masyarakat dan tetua adat. Namun karena kesibukan beliau, rumah tersebut disebut tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Pada tahun 1989 seorang tokoh adat di desa
Lingga, Acih Ginting memprakarsai dan meminta persetujuan G.H. Mantik agar rumah adat Tersek tersebut direnovasi untuk dijadikan sebuah
Museum.
Museum tersebut digunakan untuk menyimpan benda-benda seni kerajinan dan barang-barang peninggalan suku
Karo yang selama ini terdapat didalam rumah adat di desa
Lingga. Hal itu dilakukan untuk menghindari kepunahan, karena banyak benda-benda kerajinan tradisional
Karo hilang bersamaan dengan runtuhnya rumah adat karena dimakan usia.
Ornamen
Bangunan
Museum ini menyerupai bangunan rumah adat tradisional masyarakat
Karo. Ornamen rumah tradisionalnya berhubungan dengan lambang-lambang yang terkait dengan adat-istiadat yang diciptakan oleh nenek moyang suku
Karo itu sendiri. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti di Desa
Lingga, terdapat beberapa ornamen yang menghiasi bagian
Museum Karo Lingga tersebut. Ornamen-ornamen tersebut seperti pengeret-ret, tapak raja Sulaiman, embun sikawiten, pakau-pakau, embun merkabun-kabun, mata-mata lembu, bindu matoguh,dan ampik-ampik alas.
Koleksi
Total koleksi
Museum Karo Lingga berjumlah 206 buah yang terdiri dari kain tenun, topeng, mata uang, peralatan dapur, peralatan pertanian, peralatan musik, peralatan berburu, peralatan upacara adat, dan peralatan pengobatan. Koleksi-koleksi tersebut menggambarkan berbagai perlengkapan hidup yang dulu sering dipakai orang
Karo dalam kehidupan sehari-hari. Benda-benda koleksi tersebut diperoleh dari lingungan sekitar desa
Lingga, seperti dibeli dari warga, disumbangkan, dan bahkan dititipkan oleh warga kepada pengelola
Museum Karo Lingga.
Lihat pula
Daftar
Museum di Sumatera Utara
Daftar
Museum di Indonesia
Referensi