Museum Monumen Pangeran Diponegoro (bahasa Jawa: ꦩꦸꦱꦶꦪꦸꦩ꧀ꦩꦺꦴꦤꦸꦩꦺꦤ꧀ꦥꦔꦺꦫꦤ꧀ꦢꦶꦥꦤꦼꦒꦫ, translit. Musiyum Monumèn Pangéran Dipanegara) adalah
Museum sekaligus
Monumen kediaman
Pangeran ketika dikepung oleh pihak Belanda.
Sejarah
Museum ini menempati bekas kediaman
Pangeran Diponegoro dan keluarganya. Pembangunan
Museum (
Monumen) ini diprakarsai oleh Mayjen TNI Surono, yang kemudian dilanjutkan oleh Mayjen TNI Widodo. Berdasarkan Surat Keputusan Pangdam VII
Diponegoro No. 99/7/1968, tanggal 2 Juli 1968 dibentuklah panitia persiapan perencanaan pelaksanaan pembangunan
Monumen Pahlawan
Pangeran Diponegoro di bekas rumah kediaman
Pangeran Diponegoro di Tegalrejo, Yogyakarta. Ahli waris
Pangeran Diponegoro menyetujui jika tanah peninggalan dia didirikan
Monumen. Surat psrnyataan tersebut ditandatangani oleh KRT. Prodjodiningrat, Nyi Hajar Dewanfara, dan dr. Sahir Nitihardjo (RA. Kajafin
Diponegoro).
Pangdam VIII/
Diponegoro selaku pembina Rumpun
Diponegoro, pada tanggal 5 Oktober 1968 menanam prasasti di dalam tanah bekas puri
Pangeran Diponegoro. Prasasti tersebut berbunyi Ngesti Paras Gapuraning Tunggal yang menunjukkan angka tahun 1968 M, serta mempunyai arti filsafat "untuk mencapai cita-cita yang indah dengan jalan tenar akan terjalin suatu persatuan". Pada tanggal 9 Agustus 1969 tahap pertama bangunan induk
Monumen telah selesai dibangun dan diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Koleksi
=
Monumen ini sebagai bukti peristiwa pengepungan rumah
Pangeran Diponegoro. Pengepungan dilakukan oleh Belanda menyebabakan tidak adanya jalan keluar. Maka salah satunya jalan keluar
Pangeran Diponegoro menjebol tembok. Setelah peristiwa pengepungan dinyatakanlah Perang
Diponegoro atau yang lebih dikenal dengan Perang Jawa (Java Oorlog).
= Benda-benda Peninggalan
=
Koleksi-koleksi
Museum berjumlah 413 buah yang terdiri dari gamelan, bandil, tameng, keris dan sejumlah benda peninggalan
Pangeran Diponegoro saat bertempat tinggal di rumah ini.
= Padasan dan Komboran
=
Padasan merupakan tempayan air yang berfungsi menampung air untuk melakukan wudhu. Sedangkan Komboran berfungsi sebagai tempat minum kuda
Pangeran Diponegoro.
= Relief
=
Relief yang berada di bagian depan
Museum merupakan candrasengakala dimulainya Perang Jawa yaitu Butho Mekso Basuki ning Bawono yang menunjukan tahun 1825 Masehi.
= Pintu Masuk
=
Di pintu masuk terdapat dua patung pahlawan dan sebuah prasati peresmian yang ditanda tangani oleh Pangdam VII/
Diponegoro, Mayjend. Widodo.
= Kereta Kuda
=
Salah satu koleksi
Museum yaitu kereta yang digunakan
Pangeran Diponegoro. Kereta ini merupakan peninggalan dari masa Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, dan merupkan buatan Belanda.
Bentuk Bangunan
Bangunan di
Museum ini Bergaya Jawa yaitu Jawa Limasan. Namun beberapa bangunan asli sudah banyak berubah. Di bagian depan, pintu masuk berupa semar tinandu yaitu bentuk kanan dan kiri.
Sedangkan Pringgitan mendapatkan tambahan di bagian sayap. Selain itu terdapat penginapan. Di bagian halaman penginapan merupakan tanah bekas rumah
Pangeran Diponegoro berdiri.
Referensi
Pengantar
Museum Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2000.