Museum Prabu Siliwangi merupakan
Museum yang didirikan oleh Muhammad Fajar Laksana. Pendirian
Museum Prabu Siliwangi diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat yang bernama Ahmad Heryawan pada tanggal 04 Mei 2011 bersamaan dengan peresmian Kawasan Qoryah Thoyyibah Mubarokah Wisata Pendidikan Islam Pesantren Modern Dzikir Al-Fath Sukabumi, Jawa Barat.
Museum Prabu Siliwangi telah menyimpan ratusan benda yang menjadi bukti peradaban masyarakat Sunda pada jaman prasejarah kala itu hingga dikenal sampai ke mancanegara.
Sejarah
Benda-benda yang terdapat di dalam
Museum Prabu Siliwangi hampir 70% merupakan Warisan dari Keluarga Besar Rd. Sumawinata sebagai Kakek dari Pendiri
Museum yang merupakan keturunan ke 15 dari
Prabu Siliwangi. Nama-nama keturunan-Keturunan
Prabu Siliwangi telah tercatat secara rapi di
Museum Prabu Siliwangi dan dapat dibuktikan oleh Ijazah Sekolah Desa pada Tahun 1910. Pendirian
Museum Prabu Siliwangi diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat pada tanggal 04 Mei 2011 bersamaan dengan peresmian Kawasan Wisata Pendidikan Islam Pesantren, Sukabumi, Jawa Barat. Pada tanggal 20 Januari 2015
Museum Prabu Siliwangi telah resmi menjadi anggota
Museum Indonesia yang ke-175. Yayasan
Museum Prabu Siliwangi telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat yang bernama Bapak H.M Ridwan Kamil ST.M.U.D pada tanggal 05 Februari 2019. Pada tanggal 16 November 2016, tokoh Arkeologi dari Universitas Padjajaran yang bernama Bapak Dr. Tony Djubiantoro., D.E.A dalam seminar Arkeologi pada tanggal 16 November 2016 di Sukabumi. Setelah melakukan peninjauan terkait seminar Arkeologi,
Museum Prabu Siliwangi memberikan pendapat bahwa sebanyak 60% benda-benda yang ada di
Museum Prabu Siliwangi memiliki nilai sejarah dan dapat dikategorikan sebagai Benda Cagar Budaya. Pakar Sejarah yang bernama Prof. Mansur Surya Negara pada saat pelaksanaan Seminar Nasional Bedah Buku yang bertemakan Api Sejarah memberikan pendapat bahwa sejarah masuk islam
Prabu Siliwangi didukung oleh Buku Api Sejarah Karya Prof. Mansur Surya Negara yang mengatakan bahwa
Prabu Siliwangi masuk Islam oleh Syekh Quro. Maka, nama
Museum Prabu Siliwangi diambil dalam Kitab Suwasit yang menjelaskan mengenai Sejarah
Prabu Siliwangi yang menjadi dasar dari pemberian nama
Museum tersebut.
Koleksi
Museum Prabu Siliwangi memiliki koleksi 641 benda yang berupa 131 benda batu, 60 benda keramik dinasti cina, 16 benda logam dan kuningan, 165 benda senjata dan pusaka, serta 269 naskah dan kitab kuno. Selain itu
Museum Prabu Siliwangi memiliki peninggalan-peninggalan sejarah berupa Keris sejumlah 65, Golok sejumlah 17, Samurai Tentara Jepang sejumlah 12, Pedang Cina sejumlah 6, Pedang Negara Belanda sejumlah 6 dan Pistol Negara Belanda sejumlah 2. Kujang sejumlah 30, Tombak Padjadjaran sejumlah 23, Kitab Al-Qur’an Zaman Sunan Gunung Djati sejumlah 5 pada abad 14 sampai dengan abad 18, naskah Kuno dari bahan daluang sejumlah 25 lembar, naskah Kitab Suwasit sejumlah 23 Lembar yang terbuat dari bahan Kulit Bambu. Tulisan huruf Sunda Kuno yang berisi Sasakala
Prabu Siliwangi yang merupakan terjemahan Naskah dari Kitab Suwasit tulisan Raden. Soemawinata dalam huruf arab sunda sejumlah 205 lembar.
Alamat
Museum Prabu Siliwangi terletak di Komplek Pesantren Dzikir Al-Fath, Jalan Merbabu Perumahan Gading Kencana Asri, Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Gunung puyuh Kota Sukabumi, Jawa Barat.
Aktivitas
Dalam ajang
Museum Festivities,
Museum Prabu Siliwangi ikut meramaikan Anniversary ke-1
Museum Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat Bersama 48
Museum yang ada di Jawa Barat.
Museum Prabu Siliwangi telah mewakili daerah Kota atau Kabupaten Sukabumi untuk menyampaikan Koleksi benda-benda sejarah dimana salah satunya yaitu Arca Polinesia yang berasal dari zaman 5.000 Sebelum Masehi. Anniversary ke-1
Museum Gedung Sate digelar selama dua hari yaitu pada tanggal 15 dan 16 maret 2019, oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menarik perhatian masyarakat Jawa Barat khususnya masyarakat Bandung.
Museum yang dikelola pada Pameran tersebut tidak hanya menampilkan benda-benda sejarah yang berwujud fisik, tetapi juga membawa benda-benda budaya yang tidak berwujud seperti Lisung dan Boles. Selain Arca Polinesia, adapun benda lain yang akan dibawa oleh
Museum Prabu Siliwangi yaitu Arca Dogu yang berasal dari1500 tahun sebelum Masehi, kitab Suwasit yang di dalamnya berisi penjelasan mengenai sejarah
Prabu Siliwangi dan naskah kuno Mbah Dalem Mangkunagara mengenai sasakaran
Prabu Kiansantang.
Referensi