- Source: Museum Tumurun
Tumurun Private Museum adalah sebuah museum yang berlokasi di tengah kota Surakarta, tepatnya di Jalan Kebangkitan Nasional 2/4, Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Terletak 700 meter di sebelah timur Museum Keris Solo; 300 meter di sebelah selatan Jalan Slamet Riyadi, di samping sate kambing Pak Manto; dan 200 meter di sebelah utara pasar kembang. Tempat ini merupakan museum pribadi yang dikelola keluarga dari pendiri perusahaan tekstil terbesar di Asia, yaitu PT Sri Rejeki Isman alias PT Sritex. Berbagai karya seni yang dipamerkan merupakan koleksi pribadi milik keluarga besar Lukminto.
Sejarah
Tumurun Private Museum merupakan museum pribadi yang dikelola keluarga Lukminto. Pada Maret 2018, museum ini dibuka hanya untuk keluarga dan kerabat. Kemudian, pada awal April 2018 dibuka untuk umum secara gratis dengan melakukan reservasi terlebih dahulu. Berbagai karya seni yang dipamerkan di museum merupakan koleksi pribadi milik keluarga besar Lukminto. Hal itu sesuai dengan nama Tumurun yang berasal dari kata turun-temurun yang berarti 'mewariskan dari generasi satu ke generasi lainnya'. Iwan Kurniawan Lukminto, anak dari pemilik PT Sritex (H.M. Lukminto), mendirikan museum ini sebagai bentuk penghormatan kepada sang ayah yang juga seorang kolektor dan penikmat karya seni, sekaligus sebagai penghargaan untuk seniman Indonesia.
Peraturan
Pengunjung harus melakukan reservasi terlebih dahulu di situs resmi museum agar dapat menikmati karya seni di sana. Dengan menerapkan sistem penjadwalan, museum yang buka pada Senin sampai Sabtu ini hanya menerima reservasi terbatas setiap harinya. Setelah melakukan reservasi, pengunjung akan mendapat pengarahan dari pemandu mengenai sejarah dan peraturan saat berada di dalam museum dan ditemani menjelajah museum ini selama satu jam. Pengunjung diberi kesempatan untuk berfoto bebas selama 15 menit. Akan tetapi, pengunjung harus tetap memperhatikan aturan seperti tidak menyalakan lampu flash, tidak menyentuh karya seni, dan tidak berfoto terlalu dekat. Pengunjung juga tidak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun karena tujuan didirikannya museum ini adalah untuk mengedukasi masyarakat, khususnya kaum muda.
Koleksi
Karya seni lokal maupun internasional yang terdapat dalam Tumurun Private Museum merupakan koleksi pribadi milik keluarga besar Lukminto. Museum yang terdiri dari dua lantai ini terkenal dengan tagline “Modern and Contemporary Art”. Lantai pertama digunakan untuk memamerkan karya seni kontemporer yang bisa dinikmati oleh semua pengunjung. Lantai dua digunakan untuk memamerkan karya modern yang hanya dapat dinikmati oleh keluarga Lukminto. Seni modern sebagai ciri khas lantai atas menampilkan beberapa koleksi karya seniman old master. Beberapa karya seni terkenal yang ditampilkan, misalnya adalah lukisan milik Affandi, Antonio Blanco, Basoeki Abdullah, Walter Spies, Raden Saleh, dan lainnya. Di lantai dasar, ada sekitar 100 karya seni yang dipajang. Di bagian depan ruang pamer, terdapat seni instalasi “Floating Eyes” karya Wedhar Riyadi. Instalasi berbentuk susunan bola mata dengan tinggi tujuh meter yang menjadi salah satu objek ikonik dari Tumurun Private Museum.
Masih di lantai dasar bagian depan, tepat di dekat karya patung Wedhar Riyadi, pengunjung juga akan menemukan mobil antik Mercedes Benz tahun 1972 milik Lukminto. Ada pula beberapa karya milik Heri Dono, Handiwirman Saputra, AD Pirous, J.A. Pramuhendra, Eddy Susanto, Eko Nugroho, Eddie Hara, dan Entang Wiharso yang juga dipamerkan di lantai dasar. Berikut tampilan karya-karya tersebut:
Lukisan berjudul “Badman and Superbad” (2003) oleh Heri Dono, berukuran 286 X 340 cm. Dalam karya ini, Heri mencoba menyampaikan kritikan bahwa perang antara Amerika Serikat dengan Irak bertujuan untuk menguasai pasokan minyak mentah Irak dan kepentingan politik lainnya. Anggapan bahwa radikalisme dan penghancuran senjata pemusnah massal sebagai alasan perang hanyalah akal-akalan belaka karena tidak terbukti kebenarannya.
Patung berjudul “Tutur Karena–dan Bentuk di Atas Karena Sangkutan” (2017) karya Handiwirman Saputra. Objek tidak biasa menjadikan karya tersebut rumit untuk diapresiasi, hal tersebut dimaksudkan Handi agar pengunjung menghadirkan persepsi tersendiri saat melihatnya.
Lukisan berjudul “Sapalah Kehidupan dengan Ramah” (2013) karya Abdul Djalil Pirous, seorang old master seni rupa sekaligus sebagai perupa kontemporer yang cenderung bernapas Islami. Karya lukis ini dipadukan dengan seni kaligrafi dari sebait ayat surah Alisra’ yang memiliki arti, “Dan janganlah berjalan di muka bumi dengan sombong. Sungguh kau tidak dapat menembus bumi dan tiada kau mencapai ketinggian gunung.” Pada bagian atas lukisan tersebut, terdapat material mengilat berwarna keemasan yang terbuat dari “leaf gold”, emas yang dipalu menjadi lembaran-lembaran tipis. Hal itu mengisyaratkan akan kesucian dan kemewahan karya.
Lukisan berjudul “A Heaven Tale” karya J.A. Pramuhendra dengan arang sebagai media lukisnya.
Lukisan karya Eddy Susanto yang berjudul “Melencolia I”, terbentuk dari rangkaian cerita yang ditulis dengan aksara Jawa.
Terdapat pula koleksi internasional dalam museum ini, seperti dari Jepang, Filipina, Singapura, dan Amerika.
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Museum Tumurun
- Prasasti Ramwi
- Daftar museum di Indonesia
- Daftar museum di Jawa Tengah
- Prasasti Sumbut
- Pustaha Agung
- Prasasti Ayam Teas III
- Prasasti Pabuharan
- Prasasti Timbangan Wungkal
- Prasasti Leran
- Tumurun Private Museum
- Great Pustaha
- List of museums and cultural institutions in Indonesia