Nyonya Abahai (Bahasa Manchu: ; Hanzi: 阿巴亥; Pinyin: Ābāhài), atau lebih tepat disebut
Nyonya Ulanara, gelar kehormatannya, Permaisuri Xiao Lie Wu (Hanzi: 孝烈武皇后; Pinyin: Xiàoliè Wǔ Huánghòu; 1590–1626) merupakan selir Nurhaci, Kepala Suku Jurchen[[1]] kemudian menjadi Dinasti Qing. Ia juga adalah ibu dari Ajige, Dorgon dan Dodo.
Kehidupan
Abahai adalah putri Pangeran Mantai (满泰) dari area Hulun (扈伦) suku Ula Nara (烏喇那拉氏) dan cucu perempuan Wangtai (萬汗/王台), Khan dari Hada (哈達). Di dalam sebuah pernikahan upeti yang diatur oleh pamannya Bujantai, ia menikah dengan Nurhaci pada tahun 1602, ketika ia hanya berusia 12 tahun. Setelah kematian Permaisuri Xiao Ci Gao (Dinasti Qing) (ibu kandung Kaisar Hung Taiji) pada tahun 1603, ia diberikan gelar Permaisuri Agung (大妃, Dà Fēi).
Abahai dipaksa untuk bunuh diri oleh anak-anak tirinya, termasuk Hung Taiji yang menganggap bahwa ia akan menjadi penghalang suksesinya.
Abahai meninggal tahun 1626, pada usia 36 tahun.
Gelar kerajaan
Gelar anumertanya adalah Permaisuri Xiaolie Wu diberikan
Abahai oleh putranya namun dicabut setelah kematiannya. Gelar penuhnya adalah:
"Permaisuri Xiàoliè Gōng Mǐn Xiàn Zhé Rén Hé Zàn Tiān Lì Shèng Wǔ" (孝烈恭敏献哲仁和赞天俪圣武皇后)
Keturunan
Ajige, Pangeran Ying (英亲王阿济格), 28 Agustus 1605 – 28 November 1651), putra ke-12 Nurhaci
Dorgon, Pangeran Rui Zhong (睿忠亲王多尔衮), 17 November 1612 – 31 Desember 1650), putra ke-14 Nurhaci, bergelar Pangeran Rui dari Peringkat Pertama pada tahun 1636, gelar anumerta Ruizhong dari Peringkat Pertama
Dodo, Pangeran Yu Tong (豫通亲王多铎) 2 April 1614 – 29 April 1649, putra ke-15 Nurhaci, bergelar Pangeran Yu dari Peringkat Pertama pada tahun 1636, gelar anumerta Pangeran Yutong dari Peringkat Pertama
Suksesi
Kesalahan identifikasi
Abahai kerap disalah identifikasikan dengan Huang Taiji pada sumber-sumber awal.
Referensi
Hummel, Arthur William, ed. Eminent Chinese of the Ch'ing Period (1644-1912). 2 vols. Washington: United States Government Printing Office, 1943.