- Source: Operasi Fajar Teluk Aden
Operasi Fajar Teluk Aden (bahasa Korea: 아덴만 여명 작전) merupakan operasi laut yang dilaksanakan oleh Angkatan Laut Republik Korea dalam menghadapi perompak Somalia di Laut Arab. Dipicu atas aksi pembajakan kapal tanker kimia Korea Selatan, yakni Samho Jewelry para perompak. Menyebabkan pemerintah Korea Selatan mengirimkan satu buah kapal perusak dan 30 pasukan komando AL untuk merebut kembali kapal dan melakukan penyelamatan kepada anak buah kapal. Setelah beberapa hari membuntuti tanker dan terlibat dalam kontak pertempuran awal dengan 4 perompak berhasil dilumpuhkan, pasukan Korea Selatan mengambil alih paksa kembali kapal tersebut pada 21 Januari 2011, dengan aksi boarding yang menewaskan 8 perompak dan menahan 5 dari 13 perompak.
Latar Belakang
Pada 15 Januari 2011, kapal tanker kimia berkepemilikan Norwegia, yakni Samho Jewelry berlayar melalui Laut Arab dari Uni Emirat Arab menuju Sri Lanka ketika didatangi kelompok perompak Somalia di 350 mil laut (600 km, 400 mil) tenggara dari Pelabuhan Muscat, Oman. Kapten tanker Seok Hae-gyun, merubah haluan kapal agar tetap berada dalam wilayah perairan internasional selama memungkinkan. Para perompak pada akhirnya menguasai kapal tanker tersebut dan menggunakannya sebagai tempat sementara untuk melancarkan serangannya kepada kapal-kapal lain. Operator kapal yang merupakan perusahaan Korea Selatan, Samho Shipping Company, menghadapi kerugian finansial besar akibat harus tetap membayar investor Norwegia selama kapal masih dalam status dipinjam (charter) walau tengah dibajak oleh perompak. Selain itu, pemerintah Nowergia tidak memiliki kehadiran militer di area tersebut kala itu. Delapan orang Korea, sebelas orang Burma, dan 2 orang Indonesia termasuk dari 21 anak buah kapal yang menjadi sandera.
Pada 16 Januari, Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak, mengeluarkan maklumat untuk "mengatasi dengan tuntas" atas krisis ini. Kapal perusak kelas Chungmugong Yi Sun-sin, ROKS Choi Young dikirim di bawah pimpinan Kapten Cho Young-joo, Komandan Unit Anti-Pembajakan Laut Cheonghae. Anggota dari unit ini termasuk dari Flotila Peperangan Khusus Angkatan Laut Republik Korea. Sejumlah 30 orang komando telah berada di ROKS Choi Young, siap diterjunkan dengan beberapa perahu cepat kecil dan satu buah helikopter Westland Super Lynx. Ditambah, kapal perang dari Angkatan Laut Amerika Serikat dan Oman juga berada dekat. Hal ini sangat bertolak belakang dengan jumlah perompak sekitar 17 orang di kapal tanker. Mereka pun jauh berbanding dalam segi persenjataan, dimana hanya mempunyai senapan serbu dan granat berpeluncur roket (RPG).
Kontak
Setelah ROKS Choi Young akhirnya sampai mendekati Samho Jewelry, mereka membuntuti kapal tanker tersebut hingga membuat para perompak yang berada di kapal kelelahan. Beberapa serangan palsu diluncurkan untuk semakin melemahkan kesiagaan perompak. Jamming komunikasi pun dipakai dalam mencegah para perompak memanggil bala bantuan.
= 18 Januari
=Pada 18 Januari, perompak di atas kapal Samho Jewelry melihat kapal kargo Mongolia dengan jarak sekitar 5,9 mil laut (11 km). Empat orang perompak berangkat menaiki perahu motor berukuran kecil bermaksud ingin membajaknya. Dengan jumlah 13 orang perompak tersisa, satu grup berisikan 10 orang pasukan komando dari ROKS Choi Young mencoba mendekati Samho Jewelry dengan speedboat. Akan tetapi, tiga orang dari pasukan komando terluka ketika mengalami kontak senjata dan speedboat pun kembali ke kapal perusak.
Helikopter Westland Lynx dikirim mencegat perompak yang menaiki perahu motor sebelumnya, yang sedang menuju ke kapal kargo Mongolia. Melalui aksi pencegatan, seluruh empat perompak dinyatakan terbunuh atau hilang di laut. Dengan demikian, kapal kargo Mongolia dapat melaju dengan aman dan kru ROKS Choi Young menyita sisa-sisa dari perahu motor milik perompak tadi. Tiga pucuk AK-47 berkarat dan satu buah magasin ditemukan, bersamaan dengan tiga tangga besi kecil untuk aksi boarding dan berbagai peralatan dari obeng, kunci pas, hingga pisau mancing. Oleh karena perompak hanya memiliki total enam buah senapan AK-47 dan tiga diantaranya sekarang telah disita, mereka telah kehilangan setengah jumlah senjata api dan sekitar seperempat orang dari jumlah perompak semula.
Setelah konfrontasi yang dilakukan ini, pihak militer Korea Selatan memutuskan memulai operasi boarding atas informasi intelijen yang diterima memaparkan bahwa para pembajak yang tersisa sangat kelelahan dan bantuan beberapa tambahan perompak mulai didatangkan dari Somalia untuk memperkuat mereka.
= 21 Januari
=Aksi boarding ke Samho Jewelry dimulai pada 21 Januari, jam 04:58 waktu setempat dan berada di 700 mil laut (1.300 km, 800 mil) dari garis pesisir Somalia. Di saat pasukan komando AL menggunakan tiga perahu cepat untuk mencapai tanker, satu helikopter dari ROKS Choi Young memberikan tembakan perlindungan yang menewaskan beberapa perompak. Usai pasukan komando telah menaiki kapal, perompak yang bersenjatakan AK-47 dan RPG memulai kontak tembak yang menyebabkan delapan perompak tewas dan lima lainnya ditahan. Kondisi kapten kapal tanker sudah cukup terluka, namun masih diperkirakan dapat bertahan. Kapal perusak Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Shoup ikut membantu dalam proses evakuasi kapten tanker yang terluka itu dengan helikopter setelah kontak senjata berakhir. Keseluruhan, operasi ini berlangsung selama lima jam hingga selesai. Aksi penyelamatan ini dianggap sebagai "operasi militer yang sempurna" oleh Letnan Jenderal Lee Sung-ho, Kepala Direktur bidang Operasi di Kepala Staf Gabungan Republik Korea.
Alhasil
Seusai berita mengenai aksi penyelamatan sampai ke Korea Selatan. Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak, tampil di televisi dan memberikan apresiasi kepada militer Korea Selatan atas aksinya ketika operasi berlangsung, serta memberikan peringatan bahwa akan merespon secara keras siapapun yang mengancam warga negara Korea Selatan. Operasi ini dilihat sebagai suatu keberhasilan besar bagi media, yang memandang reaksi keras terhadap perompak bertolak belakang dengan reaksi pemerintah Korea Selatan terhadap tindakan provokasi yang dilancarkan oleh Korea Utara selama beberapa bulan sebelumnya, termasuk pengeboman Yeonpyeong. Diketahui setelah unjuk kekuatan militer Korea Selatan pada aksi pembajakan, beberapa perompak Somalia berniat untuk "membalas dendam" atas tindakan Angkatan Laut Korea Selatan. Kelompok perompak tersebut mengatakan bahwa tidak akan mencoba untuk menyandera kapal berbendera Korea Selatan beserta awak kemudi untuk tebusan, melainkan akan menyerang kapal dan membunuh seluruh awak kemudi kapal.
= Proses Hukum
=Diumumkan pada 29 Januari bahwa kelima perompak yang ditahan ketika operasi telah dipindahkan ke Korea Selatan, dimana mereka dijatuhi pidana percobaan pembunuhan dan perampokan maritim. Proses investigasi dilangsungkan di kota Busan, sebab Samho Jewelry dan kapten kapal berasal dari kota yang sama. Usai menginterogasi para perompak, Penjaga Pesisir Republik Korea menetapkan pemimpin dari perompak, Abdi Risqe Shakh bersama dengan letnan nya, Suti Ali Harut, telah tewas terbunuh dalam salah satu dari dua penggerebekan. Perompak-perompak yang selamat tidak mengakui mengenal satu sama lain, ataupun mengetahui siapa yang menembak kapten tanker, walau melalui hasil investigasi menunjukkan kecurigaan terhadap Arai Mahomed sebagai dalang penembak. Para terdakwa dihadapkan pada tuduhan perampokan maritim, percobaan pembunuhan, dan pembajakan kapal.
Pada 27 Mei 2011, Arai Mahomed dijatuhi hukuman seumur hidup, sementara tiga perompak lainnya dijatuhi hukuman antara 13 sampai 15 tahun masa tahanan dalam penjara. Perompak terakhir diadili secara terpisah dan menerima hukuman selama 15 tahun kurungan di sel penjara.
Referensi
Tambahan Referensi
Watts, Anthony J. (2006). Jane's Warship Recognition Guide (edisi ke-4). London: HarperCollins. ISBN 978-0-06-084992-4. OCLC 63185682.
Kata Kunci Pencarian:
- Operasi Fajar Teluk Aden
- Operasi Fajar 8: Teluk Aden
- Angkatan Laut Kerajaan Malaysia
- Laut Natuna Utara
- Angkatan Udara Kerajaan Malaysia
- Fregat kelas Lekiu
- Pemberontakan Komunis di Malaysia (1968–1989)