Pasujudan Sunan Bonang berada di desa
Bonang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Letaknya 17 km di sebelah timur kota Rembang jurusan Surabaya.
Sunan Bonang (Raden Maulana Makdum Ibrahim) meninggal tahun 1525 diusia 60 tahun. Tetapi, ada pendapat lain yang mengatakan, jika makam
Sunan Bonang ada di wilayah Tuban dan Madura, Jawa Timur. Tepatnya ada di depan pesisir Binangun. Jika hendak bepergian kesana, harus naik anak tangga terlebih dahulu, karena tempatnya sangat tinggi sekali.
Pasujudan Sunan Bonang itu berwujud batu yang ada bekas sujudnya
Sunan Bonang. Menurut cerita masyarakat disana,
Pasujudan Sunan Bonang zaman dahulu itu adalah batu yang digunakan sujud oleh
Sunan Bonang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sujudnya
Sunan Bonang itu sangat lama sekali, sehingga batu tersebut membekaspalapannya
Sunan Bonang. Sekarang
Pasujudan Sunan Bonang tersebut dikeramatkan oleh masyarakat sekitar.
Sejarah
Sunan Bonang atau disebut Raden Makdum Ibrahim (Ampèl Denta, Surabaya 1465-Tuban 1525)yaitu putranya
Sunan Ampèl dari istri yang namanya Dwi Candrawati..
Sunan Bonang (Maulana Ibrahim) adalah sepupu dari
Sunan Kalijaga yang dikenal dengan sebutan pencipta gending yang pertama .Sebelumnya ada di bidang dakwah,
Sunan Bonang sering nuntut ilmu (belajar) ada di Pasai, setelah dari Pasai.
Sunan Bonang juga mendirikan pondok pesantren yang berada di wilayah Tuban. Santri yang belajar di pesantren Maulana Makdum Ibrahim (
Sunan Bonang), berasal dari tempat Nusantara. Dalam pelaksanaan dakwahnya Maulana Makhdum Ibramim (
Sunan Bonang) mempunyai ciri, yaitu dengan cara mengubah nama-nama Dèwa dengan nama-nama malaikat yang dikenali di dalam ajaran agama Islam. Di dalam pesantrèn bisa ngupaya bisa pengatutnya jarang di agama Hindu dan Budha yang dikenal sudah dianut sebelumnya
Fasilitas
Fasilitas yang tersedia di sini adalah:
Batu bekas tempat bersujud
Sunan Bonang
Bekas kediaman
Sunan Bonang
Joran Pancing milik
Sunan Bonang
Makam-makam kuno lainnya
Unik
Di
Pasujudan Sunan Bonang, ada mushola dengan kamar yang isinya batu besar yang biasa digunakan
Sunan Bonang untuk alas salat (sajaddah) dan tempat membaca (shalawwat) dari perintah Nabi Haidir .Batu tersebut dikenal dengan nama batu
Pasujudan dan ada bekas anggota badannya
Sunan Bonang. Juga ada makam Putri Cempa, yaitu Dewi Indrawati (ibu)nya (Raden Patah) (Sultan) (Demak) yang menjadi mubalighah di
Bonang hingga akhir hayatnya.
Uniknya makam tersebut ada alas tiang yang berupa umpak dari tulang ikan paus. Setiap tanggal 10 Dzulhijjah (Hari Raya idul Adha) pada waktu 09:00 WIB pasti diadakan ritual upacara penjamasan pusaka
Sunan Bonang berupa “bende” yang dikenal nama bende becak.
Karya
= Menggubah Gamelan
=
Sunan Bonang menggubah gamelan Jawa yang waktu itu sangat kental sekali dengan estetika Hindu, juga memberi nuansa baru. Dia itu temasuk kreator gamelan Jawa sampai seperti sekarang ini juga menambahakan instrumen
Bonang. Gubahannya waktu itu diberi nuansa dzikir yang mendorong kecintaan marang kehidupan transedental (alam malakut).
= Buat Tembang
=
Tembang "Tombo Ati" itu termasuk salah satu karya
Sunan Bonang.
= Pentas Pewayangan
=
Di peméntasan pewayangan,
Sunan Bonang itu sebagai dhalang yang piawai membius penontonnya. Kesenangannya itu menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandhawa dan Kurawa ditafsirakan
Sunan Bonang sebagai peperangan diantaranya nafi (peniadaan) dan isbah (peneguhan).
= Buat Suluk
=
Suluk-suluk yang mengungkapkan pengalamannya menempuh jalan tasawuf dan berbagaia pokok ajaran tasawufnya yang disampaikan melalui ungkapan-ungkapan simbolik yang ada di kebudayaan Arab, Persia, Melayu dan Jawa.Suluk-suluk antara lain:
Suluk Wujil
Suluk Khalifah
Suluk Kaderesan
Suluk Regol
Suluk Bentur
Suluk Wasiyat
Suluk Pipiringan
Gita Suluk Latri
Gita Suluk Linglung
Gita Suluk ing Aewuh
Gita Suluk Jebang
Suluk Wregol
= Buat Prosa
=
Karangan prosa seperti: Pitutur
Sunan Bonang yang ditulis dalam bentuk dialog antara seorang guru sufi dan murid yang tekun. Bentuk seperti ini biasa ditemui di sastra Arab dan Persia.
Catatan Suku