Pelusium adalah kota di Mesir Kuno, terletak sejauh 30 km dari Port Said. Nama lainnya meliputi Sena dan Per-Amun (Mesir, Koptik: Ⲡⲉⲣⲉⲙⲟⲩⲛ Paramoun berarti Rumah atau Kuil Amun), Pelousion (Yunani, Πηλούσιον), Sin (bahasa Kasdim dan Ibrani), Seyân (bahasa Aram), dan Tell el-Farama (bahasa Arab-Mesir modern).
Pelusium merupakan kota utama paling timur di Mesir Hilir, terletak di tepi paling timur dari cabang sungai-sungai yang berasal dari sungai Nil, sehingga dinamakan Ostium Pelusiacum.
Pelusium dinamakan "Sin, benteng Mesir" dalam Kitab Yehezkiel di Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Kata ini, sebagaimana sebutan Mesir "Peremoun" atau "Peromi", dan nama Yunaninya (πήλος, pelos) mengandung makna "kota lumpur" (bahasa Inggris: ooze atau mud; dalam bahasa Koptik: omi, yang juga berarti "lumpur").
Pelusium terletak di antara pantai Laut Tengah rawa-rawa Delta Sungai Nil, kira-kira dua setengah mil dari laut. Ostium Pelusiacum ditutupi oleh pasir pada permulaan abad ke-1 SM, dan garis pantai yang sekarang jauh lebih menjorok laut daripada batas kunonya, sehingga kota ini, bahkan pada abad ke-3 M, sedikitnya 4 mil jaraknya dari Laut Tengah. Reruntuhan kota ini kini dapat ditemukan di Tineh, dekat Damietta.
Sejarah
Sejumlah catatan sejarah yang berkaitan dengan kota
Pelusium:
Sanherib, raja Asyur, 720-715 SM, pada zaman pemerintahan Sethos the Aethiopian (Dinasti ke-25 Mesir), maju dari Kerajaan Yehuda sampai
Pelusium, tetapi mundur sebelum berperang di depan tembok-temboknya (Kitab Yesaya, Yesaya 31:8; Herodotus ii. 141 ; Strabo xiii. p. 604). Keberangkatan mundurnya ini dicatat oleh sejarawan Yunani sebagai anugerah dewa Hephaestos terhadap Sethos, imamnya. Pada malam hari, ketika tentara Asyur sedang tidur, segerombolan besar tikus ladang menyerbu perkemahan mereka, menggigiti tali busur dan pegangan perisai tentara-tentara Asyur, yang segera kabur, lalu banyak yang dibunuh dalam pelarian itu oleh tentara-tentara Mesir. Herodotus melihat pada kuil dewa Hephaestos di Memphis, sebuah catatan kemenangan Mesir ini, termasuk sebuah patung Sethos memegang seekor tikus di tangannya. Kisah ini kemungkinan berdasarkan kenyataan bahwa tikus bagi orang Mesir melambangkan kehancuran. (Bandingkan dengan Horapolis Hieroglyph. i. 50; Claudius Aelianus, De Natura Animalium vi. 41.; juga riwayat raja Hizkia mengenai serangan Sanherib)
Pertempuran
Pelusium (525 SM) yang mengalihkan tahta dari para Firaun kepada Cambyses II, raja Persia terjadi di padang-padang sekitar
Pelusium. Herodotus melihat tulang-tulang tentara yang berserakan di sana. Ia mencatat bahwa tengkorak orang Mesir dapat dibedakan dari tengkorak orang Persia karena jauh lebih keras, suatu fakta yang menurutnya didukung oleh mumi-mumi. Ia beralasan bahwa orang-orang Mesir mencukur rambutnya sejak bayi, sedangkan orang Persia menutupi kepala bayi mereka dengan lipatan kain lenan (Herodotus ii. 10, seq.). Namun, menurut legenda,
Pelusium direbut tanpa perlawanan, dengan taktik sederhana di mana para penyerang melepaskan sekelompok kucing (suci bagi dewi setempat, Bast) di depan mereka. Ketika Cambyses maju seketika ke Memphis,
Pelusium mungkin dengan sendirinya menyerah segera setelah pertempuran terjadi (Polyaen. Stratag. vii. 9.).
Tahun 373 SM, Pharnabazus, seorang satrap Frigia, dan Iphicrates pada sekitar abad ke-5 dan ke-4 SM, panglima tentara Athens Yunani, maju sampai
Pelusium, tetapi mundur tanpa menyerangnya, Nectanebo I, firaun Mesir, telah menambah pertahanan
Pelusium dengan membuat daerah sekitarnya tergenang air, dan membendung kanal yang dapat dilayari dengan sejumlah tembok penghalang (Diodorus Siculus xv. 42; Nepos, Iphicr. c. 5.).
Pelusium diserang dan direbut oleh orang Persia, 369 SM. Kota ini pada waktu itu mempunyai garisun yang terdiri dari 5000 tentara bayaran Yunani di bawah pimpinan Philophron. Mulanya, akibat terburu-burunya serangan orang Thebes, Yunani yang ada di dalam tentara Persia, pihak yang bertahan berada di atas angin. Namun, firaun Mesir Nectanebo II tergesa-gesa mengadakan pertempuran terbuka, sehingga tentaranya dibantai habis, dan
Pelusium menyerah kepada jenderal Thebes, Lacrates, dengan syarat-syarat terhormat (Diodorus Siculus xvi. 43.).
Tahun 333 SM,
Pelusium membuka gerbang-gerbangnya untuk Aleksander Agung, yang menempatkan sebuah garisun di bawah komando salah satu perwiranya dengan gelar "Companions of the King" ("Pendamping Raja"). (Arrian, Exp. Alex. iii. 1, seq.; Quintus Curtius iv. 33.)
Tahun 173 SM, Antiokhos IV Epiphanes mengalahkan total tentara Ptolemaios VI Philometor di bawah tembok-tembok
Pelusium, yang direbut dan dipertahankannya setelah ia mundur dari seluruh wilayah Mesir lainnya. (Polybius Legat. § 82; Hieronym. in Daniel. xi.) Namun, ketika kerajaan Siria jatuh,
Pelusium kembali dikuasai dinasti Ptolemaios.
Tahun 55 SM, dalam kekuasaan Mesir, Mark Antony, sebagai jenderal kavaleri bagi prokonsul Republik Romawi, Aulus Gabinius, mengalahkan tentara Mesir dan mengangkat dirinya menjadi penguasa kota itu. Ptolemaios XII Auletes, yang meminta tentara Romawi menyerang Mesir baginya, sebenarnya ingin membunuh semua penduduk
Pelusium, tetapi dicegah oleh Mark Anthony (Plut. Anton. c. 3; Valerius Max. ix. 1.).
Tahun 48 SM, Jenderal Romawi, Pompey, dibunuh di
Pelusium.
Tahun 30 SM, lebih dari setengah tahun setelah kemenangannya dalam Pertempuran Actium, Augustus muncul di
Pelusium, dan diterima oleh gubernurnya, Seleucus, ke dalam tembok-temboknya.
Tahun 501 M,
Pelusium rusak akibat serangan Persia atas Mesir (sumber: Patriarch Eutychius of Alexandria, Annal.).
Tahun 541 M, Wabah Plague of Justinian pertama kali dilaporkan dari sini dan mulai menyebar ke seluruh Kekaisaran Bizantin.
Tahun 618,
Pelusium memberikan perlawanan terbatas tapi sia-sia terhadap serangan Amr ibn al-As. Sebagaimana yang sudah-sudah, kekalahan di kota kunci Delta sungai Nil ini hampir setara dengan penaklukan seluruh Mesir.
Sekitar tahun 870,
Pelusium disebut sebagai sebuah pelabuhan besar dalam jaringan perdagangan para pedagang Radhanite.
Tahun 1117, Baldwin I of Jerusalem menjarah dan menghancurkan kota ini sampai rata tanah, tetapi dia sendiri mati tidak lama kemudian akibat keracunan makanan, setelah ia menyantap sepiring penuh ikan setempat.
Para khalif yang memerintah
Pelusium setelah Perang Salib umumnya mengabaikan pelabuhan ini dan sejak saat itu
Pelusium yang sudah mulai menurun akhirnya lenyap dari sejarah.
Referensi
Pranala luar
Pelusium: Gateway to Egypt (archaeology.org)
Ancient Sources:
Pelusium
Herbermann, Charles, ed. (1913). "
Pelusium". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company.