Pendakian gunung di Indonesia memiliki sejarah yang sulit untuk ditelusuri. Umumnya,
Pendakian gunung di Indonesia dilakukan oleh komunitas pecinta alam dari kalangan pelajar dan mahasiswa sebagai sebuah olahraga dan petualangan.
di Indonesia basanya memerlukan dokumen tertentu agar pendaki dapat melakukan
Pendakian gunung. Kegiatan
Pendakian gunung di Indonesia umumnya dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus setiap tahunnya, khususnya menjelang hari ulang tahun kemerdekaan
Indonesia.
Pendakian yang terkenal
di Indonesia berpusat
di beberapa
gunung di pegunungan yang ada
di Jawa dan Bali. Tingkat bahaya
Pendakian gunung di Indonesia tegolonh rendah karena keterjalan
gunung di Indonesia yang rendah dan lingkungan yang tidak ekstrim.
di lain hal,
Pendakian gunung di Indonesia mengakibatkan kematian dan kecelakaan atas belasan pendaki
gunung tiap tahunnya. Penyebab kematian dan kecelakaan khususnya akibat perlengkapan mendaki yang kurang memadai dan hipotermia. Masalah lain dalam
Pendakian gunung di Indonesia adalah etika pembuangan sampah saat mendaki oleh pendaki yang termasuk buruk.
Sejarah
di Indonesia terdapat kecenderungan masyarakat untuk mengaitkan
Pendakian gunung ke hal yang bersifat mistis dan gaib, dibandingkan ke aspek petualangan. Karena itu, penelusuran sejarah mengenai
Pendakian gunung di Indonesia sangat sulit dilakukan. Umumnya, penduduk
di sekitar
gunung yang ditelusuri sejarah pendakiannya akan menyampaikan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan mitologi dan bukan fakta ilmiahnya. Salah satu sumber sejarah
Pendakian gunung di Indonesia yang memuat data ilmiah yang dapat ditelusuri kembali adalah catatan peninggalan Jan Carstenszoon.
Pada dekade 1970-an hingga 1980-an,
Pendakian gunung di Indonesia oleh para pemuda lebih bersifat petualangan. Para pecinta alam mengadakan kegiatan berkemah bersama sebagai ajang pertemuan nasional.
Pendakian gunung di Indonesia umumnya dapat dimulai setelah pendaki memenuhi kelengkapan dokumen tertentu. Dua
di antara dokumen tersebut adalah surat keterangan sehat dan surat jalan organisasi.
Komunitas
di Indonesia,
Pendakian gunung merupakan salah satu kegiatan favorit bagi masyarakatnya. Mendaki
gunung dijadikan sebagai salah satu jenis olahraga
di Indonesia. Pendaki
gunung di Indonesia membentuk komunitas pendaki
gunung. Salah satu komunitas yang keanggotaannya cukup banyak adalah komunitas pecinta alam. Pada dekade 1980-an, komunitas pecinta alam
di Indonesia umumnya dibentuk oleh para pemuda dari kalangan pelajar sekolah menengah atas dan universitas. Para tokoh pendaki yang terkenal pada masa itu menuliskan kisah pendakiannya yang kemudian menjadi bacaan wajib bagi para pecinta alam
di Indonesia. Komunitas pecinta alam
di Indonesia telah membuat beberapa rute
Pendakian di beberapa
gunung di Indonesia yang populer untuk didaki.
Kegiatan rutin
Pendakian gunung di Indonesia umumnya dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus. Pada masa tersebut, cuaca
di pegunungan cerah karena memasuki musim kemarau. Selain itu, masa ini merupakan masa liburan sekolah dan kuliah
di Indonesia.
Pendakian gunung di Indonesia umumnya semarak pada hari menjelang peringatan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Tujuannya untuk memasang bendera
di puncak-puncak
gunung. Salah satunya yang terkenal adalah
di Puncak Mahameru
di gunung Semeru. Puncak Mahameru menjadi tempat perkumpulan para pendaki
gunung di Indonesia karena
gunung Semeru merupakan
gunung tertinggi
di Pulau Jawa. Selain itu, letak
gunung Semeru berada
di Kota Malang yang merupakan salah satu kota dengan jumlah perguruan tinggi terbanyak
di Indonesia.
Kegiatan
Pendakian di Indonesia yang bertujuan sebagai bentuk pariwisata dapat ditemukan
di Pulau Bali. Beberapa
di antaranya adalah
di gunung Batur,
gunung Abang,
gunung Batukaru dan
gunung Agung. Dari beberapa
gunung tersebut,
Pendakian di gunung Agung menjadi tempat yang paling banyak peminatnya. Alasannya adalah adanya nilai kesucian oleh masyarakat Hindu
di Bali terhadap
gunung Agung. Sejak Letusan
gunung Agung 1963, masyarakat Hindu
di Bali menjadikan
gunung Agung sebagai pusat spritiualnya.
Penayangan
Kegiatan
Pendakian gunung di Indonesia pertama kali ditayangkan melalui program televisi berjudul Jejak Petualang. Program ini dilaksanakan oleh seorang perempuan yang bekerja sebagai pembawa acara televisi, Namanya adalah Riyanni Djangkaru. Sejak penayangannya, Jejak Petualang meningkatkan kegiatan
Pendakian gunung di Indonesia oleh masyarakat
Indonesia.
Pengaruh bagi olahraga lain
= Paralayang
=
Paralayang merupakan bentuk petualangan lain yang dilakukan oleh para pendaki
gunung di Indonesia. Setelah lelah mendaki
gunung, mereka ingin menuruni
gunung dengan cepat. Sehingga berkembanglah paralayang
di Indonesia dengan para pendaki
gunung sebagai perintisnya. Karena hal tersebut, paralayang
di Indonesia pada tahun-tahun pertamanya disebut sebagai olahraga terjun
gunung.
Tingkatan bahaya
gunung-
gunung di Indonesia memiliki tingkatan
Pendakian yang berbeda-beda.
Pendakian gunung di Indonesia oleh para pendaki kondisinya tidak terlalu berbahaya. Karena keterjalan
gunung-
gunung di Indonesia relatif rendah. Suhu lingkungan pegunungan
di Indonesia juga tidak terlalu dingin dan hanya dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kecelakaan yang terjadi pada kebanyakan pendaki
gunung di Indonesia disebabkan oleh tidak memadainya perlengkapan
Pendakian yang dikenakan oleh pendaki.
Sepanjang tahun 2019, jumlah pendaki
gunung di Indonesia yang dinyatakan hilang atau meninggal sebanyak 17 pendaki. Selama tahun 205 hingga 2019, tercatat sebanyak 130 laporan mengenai pendaki yang hilang dengan kasus kematian sebanyak 26 orang. Jumlah kasus hilang sebanyak 29%, sementara kasus kematian terbagi menjadi kasus hipotermia atau sakit sebanyak 47% dan kasus kecelakaan sebanyak 24%. Namun, penyakit
gunung akut yang terjadi pada banyak pendaki
gunung di dunia, masih tergolong rendah
di Indonesia.
Permasalahan
Permasalahan utama dalam
Pendakian di Indonesia adalah etika pendaki dalam pembuangan sampah. Tumpukan sampah hampir ditemukan
di seluruh jalur
Pendakian pada
gunung-
gunung di Indonesia.
Referensi
= Catatan kaki
=
= Daftar pustaka
=
Prastowo, F. R., dan Rasyid A. Harun Al (2019). "Nasionalisme
di Puncak
gunung: Etnografi Komunitas Pemuda Pecinta Alam dalam Wacana Ecosophy dan Gerakan Lingkungan
di Malang". Jurnal Studi Pemuda. 8 (2): 113–126. doi:10.22146/studipemudaugm.48447. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)