Setelah militer mengambil alih
di Indonesia dan peristiwa pembantaian 1965-1966, ibu kota Albania,
Tirana, menjadi salah satu penyambung utama bagi anggota
Pengasingan dan simpatisan sayap pro-Cina dari Partai
Komunis Indonesia (PKI). Menurut prof. Justus van der Kroef ada sekitar empat puluh
Komunis Indonesia yang tinggal
di Tirana pada awal tahun 1970, sekitar setengah dari mereka yang diorganisir
di Persatuan Peladjar
Indonesia. Kelompok basis
Tirana sering bertindak sebagai juru bicara partai.
Pendirian
Menurut Ruth McVey pembentukan
Tirana sebagai penyambung untuk PKI buangan yang dimulai dengan kongres ke-5 dari Partai Buruh Albania (PPSh) pada bulan November 1966. Delegasi PKI
di kongres dipimpin oleh Jusuf Adjitorop, calon anggota politbiro PKI sebelum kudeta. Sekarang ia memimpin Delegasi PKI
di Beijing, setelah selamat dari pembersihan PKI dengan berada
di China untuk perawatan medis sebelum kudeta. Dalam sambutannya pada kongres partai Albania, Adjitorop menyerukan rekonstruksi PKI
di bawah bendera Marxisme-Leninisme dan Mao Tse Tung, menyerukan perjuangan bersenjata berkepanjangan kaum tani untuk menggulingkan pemerintahan Soeharto dan Nasution. Setelah kongres partai Albania
Tirana menjadi pusat utama sayap PKI pro-Cina
di Pengasingan, bukan Beijing. Pandangan dominan adalah bahwa baik pemerintah Cina maupun PKI berharap bahwa partai akan dianggap terlalu berhubungan erat dengan China. Faktor lainnya adalah bahwa
Tirana secara geografis dekat dengan
Pengasingan lain bagi aktivis mahasiswa
Indonesia di Eropa Timur. Terutama PKI telah memilih untuk tidak menyalahkan pihak Albania pada Kongres Partai
Komunis Uni Soviet 1961
di Moskow.
Kegiatan Penerbitan
Jurnal dua bulanan berbahasa Inggris, Tribune
Indonesia, diterbitkan dari
Tirana. Penerbitan dari Tribune
Indonesia disebut
Indonesia Progresif. Persatuan Peladjar
Indonesia di Albania yang menerbitkan jurnal Api Pemuda
Indonesia.
Tribune
Indonesia dan Api Pemuda
Indonesia adalah dua organ utama sayap PKI pro-Cina. Publikasi ini adalah ilegal
di dalam
Indonesia, dan salah satu bisa ditangkap jika memiliki salinan tersebut. Mereka mendistribusikan lewat pos ke
Indonesia, diposting dari negara-negara non-
Komunis (khususnya melalui Belanda). Pada akhir 1970-an, sirkulasi organ-organ ini telah turun secara signifikan.
di tengah-tengah perpecahan Sino-Albania beberapa
Komunis Indonesia meninggalkan Albania. Akibatnya, aktivitas penerbitan kelompok
Indonesia di Tirana mengalami penurunan. The International Institute of Social History mengadakan sejumlah pembahasan terhadap Api Pemuda
Indonesia, mulai dari tahun 1968 sampai 1978. Hal ini juga mengadakan sejumlah kecil kegiatan penyalinan Tribune
Indonesia, yang diterbitkan antara tahun 1966 dan 1975.
Swie Siauw Poh dan Ernest Pinontoean adalah penyelenggara utama dari kelompok
Tirana. Penulis Chalik Hamid, yang telah melakukan perjalanan ke Albania untuk belajar jurnalisme sebelum kudeta, adalah salah satu anggota kelompok yang menghasilkan Tribune
Indonesia dan Api Pemuda
Indonesia dan bekerja sebagai penerjemah bagi Radio
Tirana. Dia tinggal
di Albania sampai 1989.
Pada Maret 1967 Radio
Tirana menyatakan bahwa mereka akan mulai siaran dalam Bahasa
Indonesia dua kali sehari. Radio
Tirana menghentikan siaran Bahasa Indonesianya pada tahun 1991.
Referensi