Dalam Buddhisme,
Pengotor batin, kotoran
batin, atau kotoran mental (Pali: kilesa; Sanskerta: क्लेश, kleśa) adalah faktor mental yang mengeruhkan pikiran dan biasanya terwujud dalam perbuatan buruk melalui pikiran, ucapan, dan jasmani.
Theravāda
Dalam aliran Theravāda, penyebab eksistensi dan penderitaan (dukkha) manusia diidentifikasi sebagai nafsu kehausan (taṇhā) dan
Pengotor batin (kilesa) lainnya.
Pengotor batin yang mengikat manusia pada siklus kelahiran kembali diklasifikasikan ke dalam satu kelompok sepuluh belenggu (saṃyojana). Kilesa adalah fenomena yang sering kali muncul, bertahan untuk sementara, dan kemudian menghilang. Tingkat
Pengotor batin bisa berupa kasar, menengah, dan halus. Theravādin meyakini bahwa
Pengotor batin tidak hanya berbahaya bagi diri sendiri, tetapi juga berbahaya untuk makhluk lain.
Pengotor batin ini adalah kekuatan pendorong di belakang semua perbuatan buruk yang dilakukan oleh semua makhluk.
= Penyebab perbuatan buruk
=
Sutta Piṭaka, dalam Kammanidāna Sutta, Aṅguttara Nikāya 10.174, diklasifikasikan tiga jenis
Pengotor batin sebagai penyebab, sumber, dan asal-mula segala perbuatan buruk (akusala-kamma), seperti membunuh, mencuri, berhubungan seksual yang salah, berbohong, berucap kasar, bergosip, larut dalam kerinduan, berniat buruk, dan berpandangan salah. Tiga
Pengotor batin tersebut adalah:
Keserakahan (Pāli: lobha)
Kebencian (dosa)
Delusi (moha)
=
Meskipun Sutta Piṭaka tidak merinci daftar lengkap
Pengotor batin, kitab-kitab Abhidhamma Piṭaka, seperti Dhammasaṅgani (Dhs. 1229ff.) dan Vibhaṅga (Vbh. XII); dan kitab Visuddhimagga pasca-kanonik (Vsm. XXII 49, 65) menguraikan daftar sepuluh
Pengotor batin (dasa kilesa-vatthūni) sebagai berikut:
Keserakahan (Pāli: lobha)
Kebencian (dosa)
Delusi (moha)
Kesombongan (māna)
Pandangan salah (micchādiṭṭhi)
Keraguan (vicikicchā)
Kemalasan (thīna)
Kebingungan/kegelisahan (uddhacca)
Tidak-tahu-malu (ahirika)
Tidak-takut-akibat-perbuatan-jahat (anottappa)
Kitab Vibhaṅga juga mencakup daftar beruas delapan (Pāli: aṭṭha kilesa-vatthūni) yang terdiri dari delapan daftar pertama dari sepuluh daftar di atas.
= Tiga akar buruk
=
Dalam literatur Pali, tiga
Pengotor batin pertama dalam sepuluh daftar Abhidhamma di atas (Pāli: lobha dosa moha) dikenal sebagai "akar buruk" (Pāli: akusala-mūla); dan kebalikannya (Pāli: alobha adosa amoha) adalah tiga "akar baik" (Pāli: kusala-mūla atau akar kusala). Kehadiran akar yang baik dan buruk tersebut dalam perbuatan
batin (manokamma), ucapan (vacīkamma), atau jasmani (kāyakamma) mengondisikan penilaian moral atas kesadaran (citta) yang akan muncul dan faktor-faktor mental yang terkait dengannya.
Faktor mental keserakahan (lobha) dan kebencian (dosa) tidak dapat muncul sendiri tanpa kehadiran faktor mental delusi (moha). Kitab Abhidhamma mengklasifikasikan kesadaran buruk (akusala-citta) dalam tiga kelompok:
Kesadaran yang berakar pada kebencian (dosamūla-citta), berisi kesadaran-kesadaran yang disertai oleh faktor mental kebencian (dosa) dan delusi (moha).
Kesadaran yang berakar pada keserakahan (lobhamūla-citta), berisi kesadaran-kesadaran yang disertai oleh faktor mental keserakahan (lobha) dan delusi (moha).
Kesadaran yang berakar pada delusi (mohamūla-citta), berisi kesadaran-kesadaran yang disertai oleh faktor mental delusi (moha).
= Kecenderungan tersembunyi
=
Kecenderungan tersembunyi atau tendensi laten (Pāḷi: anusaya) adalah
Pengotor batin yang tertidur karena belum dihancurkan (anusayanti appahīnānusayitaṁ kilesaṁ). Pada dasarnya, semua
Pengotor batin ada sebagai kecenderungan tersembunyi, tetapi Abhidhamma menguraikan tujuh jenis anusaya yang sangat merusak (memperpanjang siklus kelahiran dan kematian), yaitu kecenderungan tersembunyi yang dinamakan:
nafsu-indrawi (kāmarāgānusaya)
nafsu-eksistensi (bhavarāgānusaya)
antipati (paṭighānusaya)
kesombongan (mānānusaya)
pandangan-salah (diṭṭhānusaya)
keraguan (vicikicchānusaya)
ketidaktahuan (avijjānusaya)
Dengan demikian,
Pengotor batin hadir dalam tiga tingkatan:
Tingkat kecenderungan tersembunyi atau tendensi laten (anusaya):
Pengotor menetap hanya sebagai watak tersembunyi dalam
batin.
Tingkat ledakan (pariyuṭṭhāna):
Pengotor batin muncul untuk menguasai dan memperbudak pikiran.
Tingkat pelanggaran (vītikkama):
Pengotor batin memotivasi perbuatan jasmani dan ucapan yang tidak bermanfaat.
Dalam tingkatan kecenderungan tersembunyi (anusaya),
Pengotor batin masih tertidur di dasar kontinum mental. Melalui dampak dari rangsangan sensorik,
Pengotor batin muncul pada tingkatan ledakan (pariyuṭṭhāna) sebagai kecenderungan-kecenderungan di permukaan kesadaran dalam bentuk pikiran, emosi, dan kehendak jahat. Jika kecenderungan-kecenderungan ini mengumpulkan kekuatan tambahan,
Pengotor batin akan mencapai tingkat pelanggaran (Pāli: vītikkama), yang kemudian akan melibatkan tindakan fisik atau vokal.
= Rintangan batin
=
Kilesa yang menghambat konsentrasi meditatif (samādhi) disajikan dalam formula pañca nīvaraṇa (“lima rintangan
batin”):
Niat jahat (Pāli: byāpāda atau vyāpāda)
Kemalasan dan kantuk/kelambanan (thīna-middha)
Hasrat sensual (kāmacchanda)
Kebingungan/kegelisahan dan penyesalan (uddhacca-kukkucca)
Keraguan (vicikicchā)
Rintangan
batin berupa kemalasan dan kelambanan/kantuk (thīna-middha) disebut bersamaan karena keduanya merupakan faktor-mental yang munculnya selalu bersamaan, begitu juga dengan kegelisahan/kebingungan dan penyesalan (uddhacca-kukkucca).
= Belenggu batin
=
Belenggu (Pali: saṁyojana), bersama-sama dengan rintangan dan berbagai faktor mental tidak baik lainnya, merupakan bagian dari
Pengotor batin (kilesa). Sebagai perbandingan, dalam aliran Theravāda, belenggu biasanya mencakupi banyak kehidupan (masa lalu, saat ini, dan masa depan setelah kelahiran kembali) dan sulit dihilangkan, sedangkan rintangan merujuk pada hambatan sementara saat praktik meditasi. Sutta Piṭaka dalam Tripitaka Pali menjelaskan sepuluh "belenggu eksistensi atau keberadaan":
percaya ada diri atau roh (Pali: sakkāya-diṭṭhi)
keraguan atau ketidakpastian, terutama mengenai ajaran (vicikicchā)
kemelekatan pada ritual dan adat (sīlabbata-parāmāsa)
nafsu indrawi (kāmacchanda)
niat jahat (vyāpāda atau byāpāda)
nafsu kehausan atas keberadaan materi, nafsu kehausan atas kelahiran kembali di dunia materi (rūparāga)
nafsu kehausan atas keberadaan nonmateri, nafsu atas kelahiran kembali di dunia tanpa materi (arūparāga)
kesombongan (māna)
kegelisahan (uddhacca)
ketidaktahuan (avijjā)
= Empat belas faktor mental tidak baik
=
Tradisi Abhidhamma menguraikan empat belas faktor mental yang tidak baik (akusala cetasika) sebagai
Pengotor batin yang eksis dalam kesadaran yang tidak baik (akusala citta).
Empat belas faktor mental yang tidak baik adalah:
Empat faktor mental tidak baik universal (akusalasādhāraṇa):
Moha – delusi
Ahirika – tidak tahu malu
Anottappa – tidak takut berbuat jahat
Uddhacca – kebingungan
Tiga faktor mental dalam kelompok keserakahan (lobha):
Lobha – keserakahan
Diṭṭhi – pandangan salah
Māna – kesombongan
Empat faktor mental dalam kelompok kebencian (dosa):
Dosa – kebencian
Issā – iri hati
Macchariya – kekikiran
Kukkucca – penyesalan
Faktor-faktor mental tidak baik lainnya:
Thīna – kemalasan
Middha – kantuk
Vicikicchā – keraguan
Bhikkhu Bodhi menyatakan:
Kesadaran yang tidak baik (akusalacitta) adalah kesadaran yang disertai oleh salah satu dari tiga akar yang tidak baik—keserakahan, kebencian, dan delusi. Kesadaran seperti itu disebut tidak baik karena tidak sehat secara mental, tercela secara moral, dan menghasilkan akibat yang menyakitkan.
Mahāyāna
=
Kitab Abhidharma-Kosa mengidentifikasi enam akar
Pengotor batin (mūlakleśa) sebagai berikut:
Nafsu (Sanskerta: rāga)
Antipati (Sanskerta: pratigha)
Ketidaktahuan (Sanskerta: avidyā)
Kesombongan/tipu daya (Sanskerta: māna)
Keraguan (Sanskerta: vicikitsā)
Pandangan salah (Sanskerta: dṛṣṭi)
Rujukan