Polimorfisme gen adalah kondisi ketika lebih dari satu alel menempati lokus
gen tersebut dalam suatu populasi. Selain itu, setiap alel juga harus ada pada suatu populasi dengan laju minimal 1% agar secara umum dianggap polimorfik.
Polimorfisme gen dapat terjadi di setiap wilayah genom. Mayoritas
Polimorfisme diam, artinya mereka tidak mengubah fungsi atau ekspresi
gen. Beberapa
Polimorfisme dapat terlihat. Misalnya, lokus E pada anjing, dapat memiliki salah satu dari lima alel yang berbeda, yaitu E, Em, Eg, Eh, atau e. Variasi kombinasi dari alel-alel ini berkontribusi pada pigmentasi dan pola yang terlihat pada bulu anjing.
Varian polimorfik
gen dapat menyebabkan ekspresi abnormal atau produksi bentuk protein yang abnormal; kelainan ini dapat menyebabkan atau berhubungan dengan penyakit. Sebagai contoh, varian polimorfik dari
gen yang mengode enzim CYP4A11, ketika timidina menggantikan sitosina pada
gen nukleotida posisi 8590 mengode protein CYP4A11 yang menggantikan fenilalanina dengan serina pada protein asam amino posisi 434. Varian protein ini telah mengurangi aktivitas enzim dalam metabolisme asam arakidonat menjadi pengatur tekanan darah eikosanoid, yaitu asam 20-Hidroksieikosatetraenoik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa manusia yang membawa varian ini dalam satu atau kedua
gen CYP4A11, telah menyebabkan peningkatan insidensi (sejumlah kasus baru yang muncul di dalam suatu populasi dalam satu jangka waktu tertentu) penyakit hipertensi, iskemik stroke, dan penyakit arteri koroner.
Yang paling menonjol adalah
gen yang mengode kompleks histokompatibilitas utama (MHC) sebenarnya merupakan
gen yang paling polimorfik. Molekul MHC terlibat dalam sistem kekebalan tubuh dan berinteraksi dengan sel T. Ada lebih dari 800 alel MHC manusia dari
gen kelas I dan II yang berbeda, dan diperkirakan ada 200 varian hanya di lokus HLA-B HLA-DRB1 saja.
Referensi