Polusi plastik adalah akumulasi dari produk
plastik yang ada di lingkungan yang berdampak buruk terhadap satwa liar, habitat satwa liar, dan manusia.
plastik yang berperan sebagai polutan dikategorikan ke dalam mikro, meso, atau puing-puing makro, berdasarkan ukurannya.
plastik berharga murah, tahan lama, dan hasilnya tingkat produksi
plastik oleh manusia menjadi tinggi. Namun, umumnya struktur kimia dari
plastik membuat mereka tahan terhadap banyak proses alami degradasi dan akibatnya mereka lambat juga untuk didegradasi. Bersama-sama, kedua faktor inilah yang menyebabkan tingginya tingkat pencemaran
plastik di lingkungan.
Polusi plastik dapat mengenai tanah, saluran air dan lautan. Organisme yang hidup, terutama hewan laut, dapat dirugikan baik oleh efek mekanis, seperti terjerat di dalam objek
plastik atau masalah yang terkait dengan menelan limbah
plastik, atau melalui paparan terhadap bahan kimia di dalam
plastik yang mengganggu fisiologi mereka. Manusiapun juga dipengaruhi oleh
Polusi plastik, seperti melalui gangguan dari berbagai mekanisme hormonal.
Pada 2018, terdapat sekitar 380 juta ton
plastik telah diproduksi di seluruh dunia setiap tahun. Dari tahun 1950 hingga tahun 2018, diperkirakan terdapat 6,3 miliar ton
plastik telah diproduksi di seluruh dunia, yang diperkirakan 9% telah didaur ulang dan diperkirakan juga 12% lainnya telah dibakar. Di Inggris saja, lebih dari 5 juta ton
plastik telah dikonsumsi setiap tahun, yang diperkirakan hanya seperempatnya yang telah didaur ulang, dan dengan sisanya akan dibuang ke landfill. Sejumlah besar sampah
plastik yang dibuang ini pasti akan memasuki lingkungan, dengan adanya penelitian yang telah menunjukkan bahwa 90% tubuh burung laut mengandung sisa-sisa
plastik. Di beberapa daerah ada upaya-upaya yang cukup signifikan untuk mengurangi keunggulan
Polusi plastik, melalui pengurangan konsumsi
plastik dan mempromosikan daur ulang
plastik.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa pada tahun 2050 kemungkinan ada lebih banyak
plastik daripada ikan di lautan berdasarkan pada beratnya.
Jenis-jenis puing plastik
Ada tiga bentuk utama dari
plastik yang berkontribusi terhadap pencemaran
plastik: mikroplastik,
plastik mega dan makro. Mega dan mikro
plastik telah diakumulasi dalam kepadatannya yang tertinggi terdapat di belahan bumi bagian utara, yang terkonsentrasi di sekitar pusat kota dan front air.
plastik dapat ditemukan di lepas pantai pada beberapa pulau karena arusnya yang membawa puing-puing. Keduanya mega dan makro-
plastik dapat ditemukan dalam kemasan, alas kaki, dan barang-barang domestik lainnya yang telah dicuci dari kapal atau yang dibuang di tempat pembuangan sampah. Barang-barang yang berhubungan dengan ikan kemungkinan ditemukan di sekitar pulau-pulau terpencil. Mereka juga dapat disebut dengan mikro, meso, dan puing-puing makro.
Puing-puing
plastik dapat dikategorikan sebagai primer ataupun sekunder.
plastik primer masih dalam bentuk aslinya ketika dikumpulkan. Contohnya adalah tutup botol, puntung rokok, dan microbeads. Di sisi lain,
plastik sekunder adalah
plastik yang lebih kecil yang dihasilkan dari degradasi
plastik primer.
Polutan organik yang persisten
Diperkirakan ada sekitar 250 mt produksi global
plastik per tahunnya. Kelimpahan tersebut telah ditemukan dan digunakan untuk mengangkut polutan organik yang persisten, yang juga dikenal sebagai POPs. Polutan-polutan ini telah dikaitkan dengan meningkatnya distribusi alga yang juga terkait dengan ''red tide''.
Efek pada Tumbuhan
Distribusi puing-puing
plastik itu sendiri sangat bervariasi sebagai akibat dari faktor-faktor tertentu seperti angin dan arus laut, garis pantai secara geografi, daerah perkotaan, dan juga rute perdagangan. Populasi manusia di daerah-daerah tertentu juga memainkan peran yang cukup besar dalam hal ini.
plastik lebih mungkin ditemukan di daerah yang tertutup seperti di Karibia. Hal ini berfungsi sebagai sarana distribusi organisme ke pantai terpencil yang bukanlah lingkungan asli mereka. Hal ini tentu saja berpotensi meningkatkan keragaman dan penyebaran organisme di daerah tertentu yang kurang beragam secara biologi.
plastik juga dapat menjadi vektor untuk kontaminan kimia seperti polutan organik yang persisten dan juga logam berat.
Efek pada hewan
Polusi plastik memiliki potensi untuk meracuni hewan, yang kemudian dapat mempengaruhi pasokan makanan untuk manusia.
Polusi plastik telah digambarkan sangat merugikan khususnya untuk mamalia laut besar, dijelaskan dalam buku Pengantar Biologi Kelautan sebagai ancaman terbesar terhadap mereka. Beberapa spesies laut, seperti penyu laut, telah ditemukan mengandung proporsi
plastik yang cukup besar di perut mereka. Ketika hal ini terjadi, hewan biasanya akan kelaparan, karena saluran pencernaan mereka tersumbat. Mamalia laut juga terkadang dapat terperangkap dalam produk
plastik seperti jaring, yang tentu saja dapat membahayakan ataupun membunuh mereka.
Efek pada manusia
Karena penggunaan zat aditif kimia selama proses produksi
plastik,
plastik pastinya memiliki efek berbahaya yang dapat terbukti dengan menjadi karsinogenik atau mempromosikan gangguan endokrin. Beberapa zat aditif digunakan sebagai phthalate plasticizer dan flame retardants brominated. Melalui biomonitoring, bahan kimia yang ada di dalam
plastik, seperti BPA dan ftalat, telah diidentifikasi dalam populasi manusia. Manusia dapat terpapar bahan kimia ini melalui hidung, mulut, ataupun kulit. Meskipun tingkat paparannya bervariasi tergantung pada usia dan geografi, sebagian besar manusia telah mengalami paparan simultan terhadap bahan-bahan kimia ini. Rata-rata tingkat paparan harian masih berada di bawah tingkat yang dianggap tidak aman, tetapi harus lebih banyak diadakan penelitian mengenai efek paparan dosis rendah pada manusia. Banyak yang tidak mengetahui seberapa parah manusia secara fisik dipengaruhi oleh bahan-bahan kimia ini. Beberapa bahan-bahan kimia yang digunakan dalam produksi
plastik dapat menyebabkan dermatitis saat kontak dengan kulit manusia. Dalam kebanyakan
plastik, bahan kimia beracun ini hanya digunakan dalam jumlah yang sedikit, tetapi pengujian signifikan diperlukan untuk memastikan bahwa unsur-unsur beracun yang terkandung dalam
plastik dengan bahan inert atau polimer.
Hal ini juga dapat mempengaruhi manusia di mana ia dapat merusak pemandangan yang mengganggu keindahan lingkungan alam itu sendiri.
Upaya pengurangan
Upaya untuk mengurangi penggunaan
plastik dan untuk mempromosikan [[daur ulang
plastik] telah terlaksana. Beberapa supermarket menagih lebih untuk kantong
plastik para pelanggan, dan di beberapa tempat bahan yang dapat digunakan kembali atau biodegradable digunakan untuk menggantikan
plastik. Beberapa komunitas dan bisnis telah melarang beberapa barang
plastik yang umum digunakan, seperti air minum kemasan dan kantong
plastik.
Aksi untuk menciptakan kesadaran
Pada tanggal 11 April 2013 untuk menciptakan kesadaran, artis Maria Cristina Finucci mendirikan The Garbage Patch State di UNESCO –Paris di depan Direktur Jenderal Irina Bokova. Pertama dari serangkaian peristiwa di bawah perlindungan UNESCO dan juga dari Kementerian Lingkungan Italia. Organisasi internasional juga telah meningkatkan kesadaran akan
Polusi plastik.
Setiap tahun, pada tanggal 5 Juni diperingati sebagai Hari Lingkungan Dunia untuk meningkatkan kesadaran dan meningkatkan tindakan pemerintah dalam masalah lingkungan yang mendesak ini. Pada tahun 2018, India adalah tuan rumah untuk Hari Lingkungan Dunia dan temanya kali ini adalah ‘Beat Plastic Pollution’ yang berfokus pada
plastik sekali pakai. Menteri Lingkungan Hidup, Hutan, dan Perubahan Iklim India mengundang orang-orang untuk mengurus Tanggung Jawab Sosial Hijau mereka dan mendesak mereka untuk mengambil Akta Baik Hijau dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Lihat juga
Mikroplastik
Catatan kaki