Quietisme adalah sebuah pandangan atau ajaran dalam filsafat-Teologi yang menekankan hubungan keintiman manusia dengan Allah melalui doa.
Quietisme muncul di Prancis dan Italia pada abad ke-17. Di Prancis pandangan atau ajaran ini diperkenalkan Uskup Fenelon. Sementara itu,
Quietisme di Italia diperkenalkan oleh M. de Molinos. Kedua tokoh ini meyakini bahwa kristianitas yang sesungguhnya terletak pada kehadiran Allah ketika seseorang berdoa dan meditasi.
Ajaran
Quietisme dikutuk sebagai ajaran sesat oleh Paus Innosensius XI pada tahun 1687 melalui ensiklik Coelestis Pastor. Bidah "Quietis" dipandang mencakup 'kontemplasi' yang salah melalui 'meditasi'.
Sejarah
Quietisme pertama kali muncul pada abad ke-17, melalui sebuah pandangan dari karangan-karangan seorang imam diosesan Roma, yakni M. de Molinos pada tahun 1996 dan uskup Fenelon pada tahun 1715 di Prancis. Adapun setelah kemunculannya, ajaran
Quietisme ini terus berkembang dengan pesat. Ajaran
Quietisme dikutuk sebagai ajaran sesat oleh Paus Innosensius XI pada tahun 1687 melalui ensiklik Coelestis Pastor.
Tokoh
Tokoh-tokoh dari ajaran
Quietisme adalah Miguel de Molinos yang dikutuk (dianggap mengajarkan ajaran sesat) oleh gereja pada tahun 1678 dan Pietro Petrucci yang dikutuk pada tahun 1688. Selain itu, ada juga seorang tokoh misterius Prancis yang bernama Jeanne Guyon (1648-1717), yang lebih umum dikenal dengan nama Madame Guyon. Konon, keterlibatan Madame Guyon dalam
Quietisme didasari oleh persoalan pribadi dan keluarga. Madame Guyon mengalami konflik dengan suami dan ibu mertuanya.
Bentuk-bentuk Ajaran
Ajaran
Quietisme menyatakan bahwa kesempurnaan dapat dicapai dengan jalan untuk berdiam diri, baik itu dari pikiran maupun dari kehendak. keadaan seperti ini dicapai dengan doa-doa spiritual, sehingga jiwa akan beristirahat dengan tenang di hadapan Allah dan Allah akan bekerja menurut kehendak-Nya. Jikalau seseorang telah mencapai suatu keadaan yang demikian, maka dosa tidak mungkin ada lagi dan perbuatan yang baik akan diperlukan oleh seseorang. Seseorang pernah digoda untuk melakukan dosa, namun karena orang tersebut telah berada pada keadaan yang sempurana, maka semua godaan tersebut tidak akan membuat orang tersebut melakukan perbuatan dosa. Ajaran
Quietisme juga lebih mengutamakan tentang suatu ketenangan dan melupakan keaktifan. Dalam hal ini, hidup dengan Allah merupakan hidup yang tenang, artinya segala godaan dan cobaan berupa kegembiraan dan kesedihan tidak boleh mengganggu ketenangan. Oleh karena itu, seseorang harus hidup di dalam ketenangan.
Referensi