Richard Lynn (lahir 20 Februari 1930) adalah seorang psikolog dan penulis asal Inggris yang kontroversial. Dia adalah mantan profesor emeritus psikologi di Universitas Ulster. Gelar profesornya dicabut oleh universitas pada tahun 2018. Dia adalah mantan asisten editor dan pemimpin redaksi jurnal Mankind Quarterly, sebuah jurnal yang umumnya dideskripsikan sebagai jurnal supremasi kulit putih dan pendukung rasisme ilmiah. Bidang kajian
Lynn adalah mengenai kecerdasan dan ia dikenal karena keyakinannya pada perbedaan seksual dan ras dalam kecerdasan.
Lynn menempuh pendidikan di King's College, Cambridge, di Inggris. Ia pernah bekerja sebagai dosen psikologi di Universitas Exeter dan sebagai profesor psikologi di Economic and Social Research Institute, Dublin, dan di University of Ulster di Coleraine.
Banyak ilmuwan telah mengkritik karya
Lynn tentang perbedaan ras dan kebangsaan dalam kecerdasan karena kurang memenuhi standar ketelitian ilmiah, salah mengartikan data, dan untuk mempromosikan agenda politik rasialis. Sejumlah cendekiawan dan intelektual menyatakan bahwa
Lynn terkait dengan jaringan akademisi dan organisasi yang mempromosikan rasisme ilmiah. Pada akhir 1970-an,
Lynn menulis bahwa ia menemukan bahwa orang Asia Timur memiliki kecerdasan rata-rata (IQ) yang lebih tinggi daripada orang Eropa dan orang Eropa memiliki IQ rata-rata lebih tinggi daripada orang Afrika sub-Sahara. Pada tahun 1990, ia mengusulkan agar efek Flynn – peningkatan bertahap dalam skor IQ yang diamati di seluruh dunia sejak tahun 1930-an – mungkin bisa dijelaskan dengan perbaikan nutrisi. Dalam dua buku yang ditulis bersama Tatu Vanhanen,
Lynn dan Vanhanen berpendapat bahwa perbedaan indeks perkembangan di antara berbagai negara sebagian disebabkan oleh IQ rata-rata warganya. Earl Hunt dan Werner Wittmann (2008) mempertanyakan validitas metode penelitian mereka dan kualitas yang sangat tidak konsisten dari titik data yang tersedia yang digunakan
Lynn dan Vanhanen dalam analisis mereka.
Lynn juga berpendapat bahwa tingkat kesuburan yang tinggi di antara individu dengan IQ rendah merupakan ancaman besar bagi peradaban Barat, karena ia berkeyakinan bahwa orang dengan skor IQ rendah pada akhirnya akan melebihi jumlah individu dengan IQ tinggi. Dia berargumen untuk mendukung langkah-langkah politik untuk mencegah hal ini, termasuk kebijakan anti-imigrasi dan eugenika, yang kemudian memicu kritik keras secara internasional.
Referensi