- Source: Rizpa
Rizpa (riz'-pa, "batubara", "batu panas") adalah putri dari Aya, dan salah satu gundik Saul. Ia adalah ibu dari Armoni dan Mefiboset (2 Samuel 3:7; 2 Samuel 21:8–11).
Setelah kematian Saul, menurut Alkitab, Abner dituduh meniduri Rizpa, mengakibatkan percekcokan antara dirinya dan putra dan penerus Saul, Isyboset. (2 Samuel 3:7–8) Percekcokan tersebut berujung pada pembelotan Abner terhadap Daud, (2 Samuel 3:17–21) yang menjadi raja dari pecahan Kerajaan Yehuda. Peristiwa tersebut berujung pada penggulingan Isyboset dan pengangkatan Daud sebagai Kerajaan Israel yang bersatu kembali.
Sebuah bencana kelaparan yang berlangsung selama tiga tahun menerjang Israel selama paruh awal masa kekuasaan Daud di Yerusalem. Keadaan tersebut diyakini terjadi karena "Saul dan keluarganya melekat hutang darah, karena ia telah membunuh orang-orang Gibeon." Orang-orang Gibeon bukanlah orang-orang Israel, namun sisa-sisa dari bangsa Amori, yang dimasukkan oleh Saul ke dalam wilayah Israel. Daud menyelidiki soal apa pengurbanan yang dituntut oleh orang-orang Gibeon, dan menjawab bahwa tiada hal yang perlu diganti rugi dari Saul selain kematian dari tujuh putra Saul. (2 Samuel 21:1–6)
Daud kemudian memberikan dua putra Rizpa dan lima putra Merab, putri sulung Saul, yang salah satunya ia namakan Adriel. Mereka dihabisi oleh orang-orang Gibeon, dan menggantung jasad-jasad mereka di tempat pengurbanan yang terletak di Gibeah. (2 Samuel 21:8–9) Disana, Rizpa menempatkan dirinya di batu Gibeah. Selama lima bulan, ia mengawasi jasad-jasad anaknya yang teronggok, agar tak dimangsa oleh hewan-hewan dan burung pemangsa (2 Samuel 21:10) sampai mereka diturunkan dan dikebumikan oleh Daud (2 Samuel 21:13) di pemakaman keluarga di Zelah dengan tulang-tulang Saul dan Yonatan. (2 Samuel 21:14).
Rabi Inggris Jonathan Magonet menyebut Rizpa sebagai "setiap ibu yang menyaksikan para putranya dihabisi sebelum waktunya untuk alasan keadaan, entah pada masa damai atau perang. Semua jasad baginya menjadi suatu ingatan dan saksi bisu serta seruan terhadap para penguasa di dunia".