Rumpun Timor (disebut juga sebagai bangsa
Timor atau suku-suku
Timor) adalah
Rumpun suku yang mendiami seluruh wilayah Pulau
Timor dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Wilayah yang dihuni oleh
Rumpun Timor ini juga dikenal dengan sebutan "Nusa Cendana" yang wilayahnya memiliki padang sabana yang luas, bukit-bukit, dan hutan primer maupun hutan sekunder dengan iklim gersang.
Budaya
Pada zaman dahulu, masyarakat
Rumpun Timor mendirikan bangunan pada tempat yang sulit dijangkau orang dari luar, hal ini bertujuan sebagai perlindungan diri bagi masyarakat
Timor dalam mengantisipasi datangnya serangan tanpa diduga dari para musuh. Adapun wilayah yang dipilih yaitu pada daerah tinggi seperti di atas gunung karang yang sekelilingnya memiliki semak berduri atau dinding dari batu. Rumah adat masyarakat
Timor ini dirancang menyerupai sarang lebah dan bentuk atap nyaris hingga menyentuh tanah. Di dalam rumah tersebut sebagai tempat untuk ruang makan, ruang tidur, ruang ritual, dan ruang tamu. Terdapat juga dapur dan tempat penyimpanan hasil panen. Tak hanya itu, rumah juga menjadi papan dalam melakukan upacara agama yang murni sesuai dengan ikatan klan/marga mereka.
= Rumah adat
=
Rumah adat masyarakat
Rumpun Timor memiliki desain yang berbeda-beda di setiap sukunya. Namun, bentuk atap seperti sarang lebah dengan atap yang hampir menyentuh dengan tanah merupakan hal yang lumrah ditemui oleh rumah adat di Pulau
Timor. Rumah adat tersebut umumnya ditinggali oleh satu keluarga. Rumah adat tersebut juga memiliki nama dan sebutan yang berbeda di setiap sukunya, oleh suku Atoni rumah adatnya disebut Ume Le'u dan oleh suku Tetun disebut sebagai Uma atau Uma Tetun.
= Tarian adat
=
Tarian adat masyarakat
Timor memiliki keanekaragaman, hal ini dikarenakan beragamnya kebudayaan pada setiap suku di wilayah tersebut.
Tari hopong - suku Helong
Tari maekat - suku Atoni
Tari likurai - suku Tetun
= Kain tenun
=
Masyarakat
Timor juga dikenal dengan kerajinan kain tenun yang pembuatannya telah berlangsung berabad-abad yang lalu dengan memanfaatkan bahan alam sebagai pewarnanya. Pada zaman dahulu, kain tenun digunakan sebagai maskawin oleh masyarakat
Timor. Saat ini, kain tenun kemudian juga dikembangkan menjadi pakaian biasa yang bisa dipakai oleh siapa saja, juga dikembangkan sebagai pajangan atau hiasan rumah.
Sistem sosial
Masyarakat
Rumpun Timor menganut hubungan keturunan melalui garis kerabat dari ayah atau patrilineal bagi beberapa klan tertentu. Dalam satu desa pada umumnya terdiri dari beberapa klan, meskipun dalam satu klan terdiri dari klan-klan dari desa yang lainnya. Tak hanya itu, beberapa wilayah masyarakat
Timor juga menganut sistem matrilineal yaitu garis keturunan dari ibu. Adapun masyarakat
Timor yang menganut matrilineal terdapat pada masyarakat suku Tetun di daerah Wehali, Indonesia dan Suai,
Timor Leste yang juga mencakup wilayah selatan disekitarnya.
Jika keluarga menganut garis keturunan sesuai sistem patrilineal, maka anak akan memiliki suatu hak dan kewajiban dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai ketentuan dari klan tersebut. Seperti halnya dalam suatu klan dalam masyarakat
Timor pada umumnya memiliki benda pusaka warisan yang mereka yakini suci dan terhubung oleh asal muasal dari suatu klan tersebut. Maka kewajiban suatu klan tersebut melakukan rangkaian upacara penyucian yang terkait benda pusaka warisan tersebut.
Dalam menganut sistem patrilineal, seorang istri memiliki hak atas pengakuan dari klan suami, walaupun ia masih memiliki beberapa hak dan kewajiban tertentu atas klannya. Jika seorang istri memiliki hubungan terputus dengan klan asal, maka dalam hal tersebut jika suaminya telah meninggal, maka ia diharuskan melakukan pernikahan secara levirat. Jika seseorang mendapatkan klan yang menganut matrilineal atau garis keturunan menganut klan ibunya seperti secara adopsi sebagian besar klan asal yang menganut garis keturunan dari ayah akan menganggap lebih rendah klan garis keturunan secara matrilineal daripada para saudaranya yang menganut klan garis keturunan dari ayah, ia disebut feto (wanita), adapun saudara lainnya dijuluki mone (laki-laki). Dalam perayaan pesta pernikahan, klan yang memiliki ikatan dengan klan yang menyelenggarakan pesta tersebut akan menjadi seseorang tamu kehormatan. Namun undangan yang tidak memiliki ikatan antara penyelenggara pesta akan menjadi tamu biasa atau sebagai orang luar.
Pembagian
Dalam
Rumpun Timor ini terdapat suku-suku yang umumnya serumpun dalam adat dan budayanya. Berikut ini adalah suku yang termasuk kedalam
Rumpun Timor.
Suku Atoni (termasuk Boti)
Suku Bunak
Suku Galoli
Suku Helong
Suku Kemak (termasuk Marobo)
Suku Makasae
Suku Mambai
Suku Samoro
Suku Tetun
Suku-suku lainnya di Pulau
Timor
Setiap suku tersebut memiliki ciri bahasa yang khas dan beberapa bahkan berbeda jauh.
Perekonomian
Beternak merupakan usaha yang telah dilakukan oleh masyarakat
Timor sejak zaman dahulu, adanya padang sabana yang luas dan tanah datar membuat masyarakat
Timor melepaskan hewan ternaknya di padang rumput tersebut dan ternak tidak dikandangkan. Adapun metode dalam mengenali ternak pada masing-masing orang yaitu memberlakukan tanda pada masing-masing hewan ternak dengan cara melubangi telinga hewan ternak tersebut. Setiap pemilik hewan ternak memiliki metode dalam memanggil hewan ternak mereka, yaitu dengan cara mengalunkan lagu atau nada dengan seruling yang terbuat dari daun nipah. Pemanggilan hewan ternak tersebut dilakukan jika pemiliki memerlukan seperti untuk dijual, sebagai upacara adat, dan lain sebagainya.
Kepercayaan
Masyarakat
Rumpun Timor memiliki kepercayaan dan sistem religi yang berbeda-beda pada setiap sukunya. Kepercayaan asli dari masyarakat
Timor berinti pada keyakinan terhadap dewa langit yang disebut sebagai Uis Neno (dalam kepercayaan masyarakat Atoni). Dewa ini dipercaya masyarakat Atoni sebagai dewa yang telah menciptakan alam dan pendidikan kehidupan di dunia. Adapun upacara permohonan terhadap Uis Neno yaitu memohon turunnya hujan, memohon munculnya matahari, memohon keturunan, kesehatan, dan kesejahteraan. Selain itu juga terdapat kepercayaan terhadap dewi bumi yang disebut sebagai Uis Afu. Uis Afu merupakan pendamping Uis Neno. Adapun upacara permohonan terhadap Uis Afu yaitu memohon akan kesuburan tanah. Masyarakat
Timor juga mempercayai adanya makhluk halus yang menempati suatu tempat tertentu, seperti hutan, mata air, sungai, dan pohon-pohon tertentu. Masyarakat
Rumpun Timor juga melakukan upacara adat ketika saat-saat tertentu, khususnya ketika ingin menggarap tanah. Saat ini, Kekristenan (Protestan pada suku Atoni dan Katolik pada suku Tetun) telah menjadi agama terbesar yang dianut oleh masyarakat
Timor. Kekristenan berkembang pada sebagian besar masyarakat
Timor bersama dengan kepercayaan asli yang telah ada sebelumnya, khususnya di pedalaman. Hal ini karena menurut mereka para pendeta maupun guru agama dianggap tidak dapat memberikan pertolongan secara langsung dalam kegiatan keseharian serta dalam menolak malapetaka yang dikarenakan oleh makhluk gaib maupun sihir.
Lihat juga
Suku bangsa di Indonesia
Budaya
Timor
Pulau
Timor
Referensi