- Source: Serikultur
Serikultur, atau perternakan sutra, adalah budidaya ulat sutra untuk menghasilkan sutra. Meskipun ada beberapa spesies komersial ulat sutra, tetapi Bombyx mori atau Ulat Murbei (ulat dari ngengat ulat domestik) adalah ulat sutra yang paling banyak digunakan dan paling intensif dipelajari. Sutra diyakini pertama kali diproduksi di Tiongkok pada periode Neolitikum. Serikultur telah menjadi industri rumahan yang penting di negara-negara seperti Brasil, Tiongkok, Prancis, India, Italia, Jepang, Korea, dan Rusia. Saat ini, Tiongkok dan India adalah dua negara produsen utama, dengan lebih dari 60% produksi tahunan dunia.
Sejarah
Menurut catatan Konfusius, penemuan produksi sutra berasal dari sekitar 2700 SM, meskipun catatan arkeologis menunjukkan pembudidayaan sutra sudah ada paling tidak sejak zaman Yangshao (5000-3000 SM). Pada tahun 1977, sepotong keramik dari 5400-5500 tahun yang lalu, modelnya terlihat seperti terbuat dari ulat sutra telah ditemukan di Nancun, Hebei, memberikan bukti paling awal yang diketahui tentang serikultur. Dengan analisis arkeologis yang cermat, serat sutera juga ditemukan di situs Peradaban Indus sejak 2450-2000 SM, diyakini bahwa sutra telah digunakan secara luas di wilayah Asia Selatan. Sekitar paruh pertama abad ke-1 Masehi, sutra telah mencapai Khotan kuno, oleh serangkaian interaksi di sepanjang Jalur Sutra. Pada 140 M, pembuatan sutra telah dilakukan di India. Pada abad ke-6 M, penyelundupan telur ulat sutra ke dalam Kekaisaran Bizantium menyebabkan sutra diproduki di daerah Mediterania, yang dimonopoli oleh Kekaisaran Bizantium selama berabad-abad (sutra Bizantium). Pada tahun 1147, selama Perang Salib Kedua, Roger II dari Sisilia (1095–1154) menyerang Korintus dan Thebes, dua pusat produksi sutra penting di Bizantium, menangkap para penenun dan membawa peralatan mereka, kemudian membuat sutra sendiri di Palermo dan Calabria, dan akhirnya menyebarkan industri sutra ke Eropa Barat.
Proses serikultur Tiongkok