- Source: ShinMaywa
ShinMaywa Industries, Ltd. (新明和工業株式会社code: ja is deprecated , Shin-Meiwa Kōgyō Kabushiki-gaisha) adalah sebuah konglomerat industri asal Jepang yang diturunkan dari Kawanishi Aircraft Company. Didirikan dengan nama Shin Meiwa Industries pada tahun 1949, perusahaan ini mengubah namanya menjadi ShinMaywa pada tahun 1992. Sebelumnya, perusahaan ini juga dikenal sebagai Shin Meiwa Industry co., Ltd. (SMIC).
ShinMaywa yang berkantor pusat di Takarazuka, Prefektur Hyōgo ini paling terkenal berkat produk perahu terbang, seperti Shin Meiwa US-1A, dan versi peningkatannya, yakni ShinMaywa US-2. Perusahaan ini juga terlibat dalam rantai pasok internasional dari sejumlah produsen pesawat terbang, seperti Boeing asal Amerika.
Sejarah
Pasca berakhirnya Perang Dunia II dan dimulainya Pendudukan Jepang, pada bulan Desember 1945, produksi pesawat terbang di Jepang dilarang, sehingga industri pesawat terbang di Jepang harus beralih ke bisnis lain. Selama akhir dekade 1940-an, Kawanishi Aircraft Company melakukan reorganisasi dan menjadi Shin Meiwa Industries. Selama dekade 1950-an, munculnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pun membuat larangan produksi pesawat terbang di Jepang agak dilonggarkan. Shin Meiwa, yang sebenarnya telah beralih ke bisnis permesinan berat dan produksi mesin pun memutuskan untuk menghidupkan kembali pabrik pesawat terbangnya. Awalnya, perusahaan ini hanya menjadi subkontraktor, memproduksi drop tank, dan memperbarui bingkai udara dari pesawat terbang milik Jepang dan Amerika, seperti Martin P5M Marlin milik Angkatan Laut Amerika Serikat. Namun, pimpinan senior, seperti kepala perancang pesawat terbang, Shizo Kikuhara dan pendiri, Ryuzo Kawanishi tetap bertekad untuk mengerjakan proyek yang lebih besar .
Selama awal dekade 1950-an, Kawanishi telah membentuk sebuah komite yang dipimpin oleh Kikuhara untuk mengembangkan rancangan perahu terbang yang memiliki tingkat kelaiklautan yang lebih besar. Tidak seperti perahu terbang biasa, mereka bertekad memproduksi sebuah pesawat terbang yang dapat mendarat di laut bergelombang, serta tidak terlalu terdampak oleh ombak. Pada tahun 1959, komite tersebut merasa bahwa mereka telah mengembangkan sebuah rancangan yang sesuai dengan spesifikasi tersebut. Dua tahun kemudian, Kikuhara, yang saat itu telah memimpin Divisi Pengembangan Perawat Amfibi, melobi Badan Pertahanan Jepang agar mempertimbangkan penggunaan perahu terbang untuk dijadikan pesawat patroli anti kapal selam. Shin Meiwa menyatakan bahwa mereka akan memproduksi sebuah rancangan khusus untuk melakukan misi anti kapal selam. Dukungan kemudian datang dari Angkatan Laut Amerika Serikat, yang ingin agar kapabilitas anti kapal selam Jepang dikembangkan, untuk membantu melacak dan mengisolasi kehadiran kapal selam milik Uni Soviet di Samudera Pasifik.
Untuk mendukung pengembangan ide perusahaan ini, Amerika pun menyediakan sebuah Grumman HU-16 Albatross, yang dibongkar, direkayasa balik, dan dirakit kembali menjadi sebuah pesawat uji, yang disebut sebagai UF-XS. Pesawat terbang tersebut dilengkapi dengan sejumlah adaptasi, termasuk sirip hembus untuk menyediakan kapabilitas Short Takeoff/Landing (STOL) yang lebih canggih, sementara dua unit mesin radial Wright R-1820 1.425 hp (1.063 kW) ditambah dengan dua unit mesin radial Pratt & Whitney R-1340 600 hp (450 kW), serta tambahan turboshaft General Electric T58 1.250 shp (930 kW) di dalam lambung pesawat untuk mengendalikan sirip hembus. UF-XS juga dilengkapi dengan ekor T, deflektor berbasis lambung, dan hidung mancung bulat, yang mirip dengan hidung dari P5M Marlin.
Mulai tahun 1962, UF-XS menjalani sejumlah uji terbang, mendemonstrasikan tambahan fitur yang memungkinkan pesawat terbang tersebut untuk mendarat di tanah dan laut terbuka. Uji terbang tersebut pun sangat dipantau dan dikritik oleh militer Jepang. Lambat laun, UF-XS terus dimodifikasi untuk meningkatkan stabilitas dan kriteria performa kuncinya. Pada tahun 1966, Japan Maritime Self-Defense Force (JMSDF) memberi kontrak pada Shin Meiwa untuk mengembangkan rancangannya guna memproduksi sebuah pesawat patroli yang dapat melakukan misi anti kapal selam. Dua unit purwarupa pun diproduksi dengan nama PS-X. Selain Shin Meiwa, perusahaan asal Jepang yang lain, seperti Fuji Heavy Industries dan NIPPI Corporation, juga memainkan peran penting dalam pengembangan PS-X. Adaptasi tersebut pun menghasilkan peningkatan kelaiklautan yang siginifikan. Selama uji yang diadakan di Selat Kii pada tahun 1968, PS-X sukses mendarat di tengah ombak setinggi empat meter, atau di atas rencana gelombang pendaratan maksimal, yakni hanya tiga meter.
Selama tahun 1969, JMSDF menerbitkan pesanan untuk 21 unit pesawat tersebut, yang kemudian diberi nama PS-1. Terlepas dari performanya, proyek tersebut pun tetap mendapat kritik. Kapabilitas unit sonar kontemporer berarti bahwa tidak mungkin untuk melacak kapal selam saat pesawat terbang sedang mengudara, sehingga pesawat terbang tersebut harus mendarat terlebih dahulu untuk mengeluarkan sonar celup atau sonoboya. Program tersebut kemudian menjadi kontroversi politik, karena jumlah pesawat terbang yang diproduksi hanya sedikit, namun biaya yang dihabiskan cukup besar, terutama dalam proses pengembangannya. Shin Meiwa kemudian berupaya mengkomersialisasi elemen rancangan pesawat terbangnya, seperti sistem hidrolik dan kendali mesin. Perusahaan ini pun sukses mengekspor teknologi peredam gulingnya ke sejumlah produsen pesawat terbang lain.
Tidak lama setelah PS-1 mulai dioperasikan, JMSDF meminta perusahaan ini untuk mengembangkan sebuah varian pencarian dan penyelamatan. Shin Meiwa, yang bertekad terus mengembangkan pesawat terbang, pun berupaya memenuhi permintaan tersebut. Dengan melepas sebagian besar peralatan militer PS-1, ruang yang tersedia di dalam varian tersebut pun menjadi lebih luas dan roda pendaratannya dapat ditarik. Varian tersebut kemudian diberi nama US-1A, dan juga dapat diubah menjadi pesawat angkut personil. US-1A adalah pesawat amfibi pertama buatan Jepang yang dapat digunakan di darat dan laut, yang berarti bahwa US-1A dapat memindahkan korban yang diangkutnya ke fasilitas di darat via ambulans lebih cepat. Pertama kali diterbangkan pada tanggal 15 Oktober 1974, pesawat terbang tersebut mulai dioperasikan setahun kemudian, dan pada akhirnya, JMSDF membeli 19 unit pesawat tersebut. Mulai unit pesawat ketujuh, mesin yang dipasang memiliki spesifikasi yang lebih tinggi. Semua US-1A kemudian dipasangi mesin tersebut.
Selama dekade 1990-an, saat US-1A mulai menua, JMSDF berupaya mencari dana untuk membeli penggantinya, namun tidak dapat mengumpulkan dana yang cukup untuk mengembangkan pesawat baru. Sehingga pada tahun 1995, ShinMaywa (nama Shin Meiwa telah diubah, dikabarkan agar orang non-Jepang dapat lebih mudah dalam melafalkan nama perusahaan ini) mulai merencanakan untuk memproduksi versi yang lebih tinggi dari US-1A, yang awalnya disebut sebagai US-1A kai (US-1A 改 - "peningkatan US-1A"). Pesawat terbang tersebut dilengkapi dengan sejumlah peningkatan aerodinamika dan modernisasi sistem, serta lambung bertekanan dan mesin Rolls-Royce AE 2100 yang lebih kuat. Uji terbang varian tersebut dimulai pada tanggal 18 Desember 2003. JMSDF pun memutuskan untuk membeli 14 unit pesawat tersebut, yang kemudian diberi nama ShinMaywa US-2.
Produk
= Pesawat terbang
=Shin Meiwa D.H.114-TAW (sesuai lisensi de Havilland Heron)
Perahu terbang Shin Meiwa PS-1
Pesawat amfibi Shin Meiwa US-1A
Pesawat amfibi ShinMaywa US-2
Modifikasi (Pabrik Tokushima)
Contoh:
Gates Learjet U-21 - Awalnya dikenal sebagai U-36A1. Pesawat angkut utilitas/dukungan latihan berkecepatan tinggi. (JMSDF) (4 dimodifikasi)
Gates Learjet U-36 - Pesawat latih/dukungan tempur. (JASDF) (6 dimodifikasi)
= Peralatan/Truk khusus
=Truk jungkit tambang
Truk tangki
Pencampur beton
"ARM-ROLL" Detachable Container System
MULTI-LOADER (Skip Trucks)
Bulk Z (Pneumatic Bulk Transporters)
Pengangkut mobil
= Komponen
=Perusahaan ini merupakan salah satu dari lima perusahaan besar asal Jepang yang dikontrak untuk memproduksi komponen Boeing 777X, terutama reraut yang menghubungkan sayap ke badan pesawat. ShinMaywa juga memproduksi spar sayap untuk Boeing 787.
= Konsep pesawat
=Pada tahun 1977, Shin Meiwa memperkenalkan sejumlah ide yang mereka punya untuk perahu terbang STOL, namun, akhirnya tidak ada yang diproduksi. Pesawat terbang tersebut adalah Shin Meiwa LA (Light Amphibian), sebuah pesawat amfibi ringan berkapasitas 40 orang untuk penerbangan pengumpan antar pulau; Shin Meiwa MA (Medium Amphibian) berkapasitas 400 orang; Shin Meiwa MS (Medium Seaplane), sebuah perahu terbang jarak jauh berkapasitas 300 dengan peralatan pendaratan laut sendiri; dan Shin Meiwa GS (Giant Seaplane) yang dapat mengangkut hingga 1.200 orang pada tiga deknya. Tidak seperti Shin Meiwa LA dan MA yang mirip dengan rancangan US-1, mesin Shin Meiwa MS dan GS terletak di depan dan belakang sayapnya, seperti Boeing YC-14 milik Angkatan Udara Amerika Serikat, untuk memberi kapabilitas STOL. Pada akhirnya, keempat rancangan tersebut tidak pernah diproduksi. Namun baru-baru ini, ketertarikan terhadap konsep GS muncul lagi.
Selama dekade 1970-an juga, Shin Meiwa mengerjakan suksesor PS-1, namun program tersebut, bersama pesanan PS-1 yang lain, dibatalkan pada bulan September 1980, karena pesawat terbang berbasis darat (seperti P-3C) tampak menghapus kebutuhan perahu terbang untuk digunakan sebagai pesawat anti kapal selam.
Setidaknya terdapat dua varian PS-1 yang tidak pernah diproduksi, yakni Desain #487 dan Desain #487C, yang merupakan bagian dari program bersama dengan Grumman. Desain #487 ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pesawat STOL bagi militer Amerika Serikat, sementara Desain #487C merupakan sebuah pesawat terbang STOL komersial berkapasitas 90 orang yang terutama ditujukan untuk American Airlines.
Referensi
= Rujukan
== Bibliografi
=Pranala luar
Situs web resmi
Kata Kunci Pencarian:
- ShinMaywa
- ShinMaywa US-2
- Shin Meiwa US-1A
- Pasukan Bela Diri Jepang
- Japan Transport Engineering Company
- Kawanishi Aircraft Company
- LHTEC T800
- Rolls-Royce AE 2100
- General Electric T64
- Beriev Be-200
- ShinMaywa
- ShinMaywa US-2
- Shin Meiwa US-1A
- Kawanishi Aircraft Company
- Rolls-Royce AE 2100
- Japan Transport Engineering Company
- Boundary layer control
- AVIC AG600
- Okunoin
- Flying boat