Kabupaten Sragen (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦯꦿꦒꦺꦤ꧀, Pegon: سراڬن, translit. Ṡragèn) adalah sebuah wilayah
Kabupaten di Solo Raya, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah kecamatan
Sragen, sekitar 30 km sebelah Timur Kota Surakarta.
Kabupaten ini berbatasan dengan
Kabupaten Grobogan di Utara,
Kabupaten Ngawi di Timur,
Kabupaten Karanganyar di Selatan, serta
Kabupaten Boyolali di Barat. Penduduk
Kabupaten Sragen berjumlah 1000.000 jiwa pada tahun 2023.
Kabupaten ini dikenal dengan sebutan "Kota Fosil" dan juga dikenal sebagai "Bumi Sukowati", nama yang digunakan sejak masa kekuasaan Kerajaan (Kasunanan) Surakarta. Nama
Sragen dipakai karena pusat pemerintahan berada di
Sragen. Kawasan Sangiran merupakan tempat ditemukannya fosil manusia purba dan binatang purba, yang sebagian disimpan di Museum Fosil Sangiran.
Geografi
Secara geografis,
Kabupaten Sragen terletak di 7°15' – 7°30' Lintang Selatan dan 110°45' – 111°10' Bujur Timur. Wilayahnya berada di lembah daerah aliran Sungai Bengawan Solo yang mengalir ke arah timur. Sebagian besar merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 70-480 meter di atas permukaan air laut. Sebelah utara berupa perbukitan, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Sedangkan sebagian kecil wilayah selatan berupa perbukitan kaki Gunung Lawu.
= Batas wilayah
=
Batas wilayah
Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut:
Sejarah
Hari Jadi
Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor: 4 Tahun 1987, yaitu pada hari Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746. tanggal dan waktu tersebut adalah dari hasil penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono yang ke- I menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan terhadap Belanda menuju bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu Pemerintahan lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah timur.
= Kronologi
=
Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Pakubuwono II di Mataram sangat membenci Kolonialis Belanda. Apalagi setelah Belanda banyak mengintervensi Mataram sebagai Pemerintahan yang berdaulat. Oleh karena itu dengan tekad yang menyala bangsawan muda tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang dengan Belanda. Dalam sejarah peperangan tersebut, disebut dengan Perang Mangkubumen ( 1746–1757 ). Dalam perjalanan perangnya Pangeran Muda dengan pasukannya dari Keraton bergerak melewati Desa-desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari, Ngerang, Butuh, Guyang. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati.
Di Desa ini Pangeran Mangkubumi membentuk Pemerintahan Pemberontak. Desa Pandak, Karangnongko di jadikan pusat Pemerintahan Projo Sukowati, dan dia meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati serta mengangkat pula beberapa pejabat pemerintahan.
Karena secara geografis terletak di tepi Jalan Lintas Tentara Kompeni Surakarta – Madiun, pusat Pemerintahan tersebut dianggap kurang aman, maka kemudian sejak tahun 1746 dipindahkan ke Desa Gebang yang terletak disebelah tenggara Desa Pandak Karangnongko.
Sejak itu Pangeran Sukowati memperluas daerah kekuasaannya meliputi Desa Krikilan, Pakis, Jati, Prampalan, Mojoroto, Celep, Jurangjero, Grompol, Kaliwuluh, Jumbleng, Lajersari dan beberapa desa Lain.
Dengan daerah kekuasaan serta pasukan yang semakin besar Pangeran Sukowati terus menerus melakukan perlawanaan kepada Kompeni Belanda bahu membahu dengan saudaranya Raden Mas Said, yang berakhir dengan perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang terkenal dengan Perjanjian Palihan Negari, yaitu kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, di mana Pangeran Sukowati menjadi Sultan Hamengku Buwono ke-1 dan perjanjian Salatiga tahun 1757, di mana Raden Mas Said ditetapkan menjadi Mangkunegara I dengan mendapatkan separuh wilayah Kasunanan Surakarta.
Selanjutnya sejak tanggal 12 Oktober 1840 dengan Surat Keputusan Sunan Paku Buwono VII yaitu serat Angger – angger Gunung, daerah yang lokasinya strategis ditunjuk menjadi Pos Tundan, yaitu tempat untuk menjaga ketertiban dan keamanan Lalu Lintas Barang dan surat serta perbaikan jalan dan jembatan, termasuk salah satunya adalah Pos Tundan
Sragen.
Perkembangan selanjutnya sejak tanggal 5 juni 1847 oleh Sunan Paku Buwono VIII dengan persetujuan Residen Surakarta Baron de Geer ditambah kekuasaan yaitu melakukan tugas kepolisian dan karenanya disebut
Kabupaten Gunung Pulisi
Sragen. Kemudian berdasarkan Staatsblaad No 32 Tahun 1854, maka disetiap
Kabupaten Gunung Pulisi dibentuk Pengadilan
Kabupaten, di mana Bupati Pulisi menjadi Ketua dan dibantu oleh Kliwon, Panewu, Rangga dan Kaum.
Sejak tahun 1869, daerah
Kabupaten Pulisi
Sragen memiliki 4 ( empat ) Distrik, yaitu Distrik
Sragen, Distrik Grompol, Distrik Sambungmacan dan Distrik Majenang.
Selanjutnya sejak Sunan Paku Buwono VIII dan seterusnya diadakan reformasi terus menerus dibidang Pemerintahan, di mana pada akhirnya
Kabupaten Gunung Pulisi
Sragen disempurnakan menjadi
Kabupaten Pangreh Praja. Perubahan ini ditetapkan pada zaman Pemerintahan Paku Buwono X, Rijkblaad No. 23 Tahun 1918, di mana
Kabupaten Pangreh Praja sebagai Daerah Otonom yang melaksanakan kekuasaan hukum dan Pemerintahan.
Dan Akhirnya memasuki Zaman Kemerdekaan Pemerintah Republik Indonesia,
Kabupaten Pangreh Praja
Sragen menjadi Pemerintah Daerah
Kabupaten Sragen.
Pemerintahan
= Daftar Bupati
=
Bupati adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah
Kabupaten Sragen. Bupati
Sragen bertanggungjawab atas wilayah tersebut kepada gubernur provinsi Jawa Tengah. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di
Kabupaten Sragen ialah Kusdinar Untung Yuni Sukowati, dengan wakil bupati Suroto. Mereka merupakan pemenang pemilihan kepada daerah tahun 2020, dan mulai menjabat sejak 26 Februari 2021.
= Dewan Perwakilan
=
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD
Kabupaten Sragen dalam empat periode terakhir.
= Kecamatan
=
Kabupaten Sragen terdiri dari 20 kecamatan, 12 kelurahan, dan 196 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 981.416 jiwa dengan luas wilayah 941,54 km² dan sebaran penduduk 1.042 jiwa/km².
Daftar kecamatan dan kelurahan di
Kabupaten Sragen, adalah sebagai berikut:
Transportasi
Sragen terletak di jalur utama Jalan Nasional Yogyakarta-Solo-Ngawi-Surabaya.
Kabupaten ini merupakan gerbang utama sebelah timur Provinsi Jawa Tengah, yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur.
= Kereta api
=
Sragen dilintasi jalur kereta api lintas tengah (Surabaya–Surakarta–Yogyakarta–Purwokerto-Jakarta) dan selatan Jawa (Surabaya-Surakarta-Yogyakarta-Tasikmalaya-Bandung) dengan stasiun terbesarnya Stasiun
Sragen, yang melayani kereta api menuju beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Banyuwangi, dan Cirebon. Selain itu, di lintas utara Jawa segmen Gundih–Solo Balapan dengan stasiun terbesarnya adalah Stasiun Salem di Kecamatan Gemolong.
= Jalan Tol
=
Sragen juga dilintasi oleh Jalan Tol Trans Jawa ruas Jalan Tol Solo-Ngawi dengan pintu keluar (gerbang tol) ada 2, yaitu di Sidoharjo Jalan Gemolong-
Sragen, serta di Sambungmacan, tepatnya di Jalan Raya
Sragen-Ngawi yang sudah dioperasikan.
= Bus
=
Sragen juga memiliki terminal tipe B. Terminal Pilangsari adalah Terminal bus terbesar di
Sragen. Melayani bus AKAP/AKDP jurusan Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lain lain. Ada juga terminal Gemolong yang juga melayani bus di wilayah Gemolong, dan letaknya tidak begitu jauh dari Stasiun Salem dan pusat kecamatan Gemolong, dan juga terdapat layanan
Trans Jateng koridor Surakarta-Sumberlawang.
= Angkutan Desa
=
Sragen juga memiliki transportasi antar desa yang berupa bus kecil/minibus dan angkot, yang menghubungkan desa-desa di
Sragen, seperti ke Sambirejo, dan Gondang.
Pariwisata
= Tempat Wisata
=
Wisata Gunung Kemukus, merupakan makam Pangeran Samudro dan Ibu Ontrowulan. Setiap hari Wisata Gunung Kemukus selalu rame didatangi peziarah, terutama malam Jumat Pahing. Saat ini Wisata Gunung Kemukus direvitalisasi menjadi New Kemukus, sebagai wisata religi keluarga yang diresmikan oleh ketua DPR RI Puan Maharani
Alun-alun
Kabupaten Sragen.
Museum Fosil Sangiran, adalah salah satu tempat situs purbakala yang sudah diakui UNESCO, berisi fosil-fosil dan tulang manusia purba pada masa lampau. Terletak di Kecamatan Kalijambe, Kecamatan plupuh dan Kecamatan Gemolong, dan juga berbatasan dengan
Kabupaten Karanganyar. Contoh dari fosil purbakala di Museum Sangiran adalah rahang dari Homo erectus, salah satu manusia jawa purba yang berada di Pulau Jawa.
Pemandian Air Panas Bayanan.
Dayu Park.
Waduk Botok.
Waduk Brambang
sendang Kun gerit
Waduk Kedungombo, sebuah Bendungan yang berada di 3
Kabupaten yakni
Sragen, Grobogan, dan Boyolali. Salah satu wilayah dari bagian Waduk Kedungombo di
Sragen adalah di Sumberlawang.
Museum Manyar Rejo.
Ganesha Techno Park.
Kolam Renang Kartika.
Edupark Gemolong.
Waduk ketro
Alaska
Kedung grujug
Taman doa ngrawoh
Taman krido Anggo
Kolam renang doung cuo
Dan lain lain
Kuliner Daerah
Sragen memiliki beberapa makanan khas, yaitu:
Soto Kwali (girin)
Sragen
Sate Kambing
Pecel Tumpang
Botok Mercon
Intip
Sragen
Gathot
Gablok
Sate kelinci
Sambel tumpang
gethuk
Nila bakar
Garang asem
Brambang asem
Bakso
Sragen bakso Sukowati
Lemper
Arem arem
Tiwul
Bubur sumsum
Bongko
Kawoyah
Soto Bathok Wedangan Semilir
Seni Budaya
Wayang Beber
Batik Sukowati
Tari Tayub
Sragenan
Referensi
Pranala luar