Suku Banda adalah kelompok etnis di Republik Afrika Tengah. Mereka juga ditemukan di Republik Demokratik Kongo, Kamerun, dan Sudan Selatan. Mereka menjadi target oleh serangan budak pada abad ke-19 dan perdagangan budak keluar dari Afrika. Di bawah pemerintahan kolonial Prancis, sebagian besar memeluk agama Kristen tetapi tetap mempertahankan unsur-unsur sistem dan nilai-nilai agama tradisional mereka.
Demografi
Diperkirakan terdapat sekitar 1,3 juta orang pada pergantian abad ke-21, mereka merupakan salah satu kelompok etnis terbesar di Republik Afrika Tengah, secara tradisional ditemukan di bagian timur laut negara itu.
Orang
Banda berbicara dalam bahasa yang termasuk dalam rumpun Niger-Kongo, yang dikenal sebagai bahasa
Banda atau Ubangian. Bahasa
Banda memiliki sembilan variasi bahasa daerah yang tersebar secara geografis yang diketahui.
Perbudakan
Orang
Banda menjadi target oleh serangan budak dari utara, terutama dari Wadai dan Darfur, pada awal abad ke-19, dan kemudian oleh Khartoumers yang dipimpin oleh al-Zubayr. Mereka menangkap dan menjual orang
Banda sebagai budak. Banyak yang bermigrasi ke selatan dan barat di sepanjang Sungai Ubangi.
Menurut Ann Brower Stahl, seorang profesor Antropologi yang mengkhususkan diri dalam studi Afrika, kota-kota abad pertengahan orang
Banda seperti Begho mungkin merupakan sumber budak antara 1400 dan 1600 M, dengan budak pergi ke Afrika Utara Islam, perdagangan utama adalah wanita dan anak-anak sebelum tahun 1500 M. Pada abad ke-16, budak dari daerah
Banda digunakan sebagai tenaga kerja produksi di negara-negara Islam Sudan, dan perdagangan budak ini tetap cukup stabil di abad-abad berikutnya. Dennis Cordell, seorang profesor Sejarah yang mengkhususkan diri di Afrika, menempatkan penyerbuan budak dan praktik perdagangan lebih awal ke penyerbuan abad ke-11 dan ke-12 di Libya selatan, kemudian ke daerah Danau Chad, yang ia nyatakan kemudian meluas ke selatan ke wilayah orang
Banda.
Pembunuhan, perbudakan, dan membawa pergi orang
Banda oleh perampok budak dari daerah yang sekarang menjadi bagian dari Chad, Sudan Selatan, dan tenggara Republik Afrika Tengah menyebabkan depopulasi mereka. Situasi semakin memburuk ketika penjajah Eropa memberikan senjata kepada negara-negara perampok budak. Pada akhir abad ke-19, mereka diserbu oleh "pemburu budak" dari selatan yakni tentara negara bagian Zande yang sekarang menjadi bagian dari Kongo dan Sudan Selatan, dipimpin oleh pedagang Arab yang telah mendirikan Zariba (pusat perdagangan budak). Perampokan budak orang
Banda ditekan ketika koloni Ubangi-Shari Prancis didirikan di wilayah ini.
Menurut profesor sejarah Amerika Richard Bradshaw, orang
Banda bersama dengan tetangga mereka, orang Gbaya, menjalani kehidupan yang umumnya damai sebelum abad ke-19. Setelah itu, Kevin Shillington menyatakan "Pedagang budak Afrika dan penjajah Eropa yang kejam yang belum pernah terjadi sebelumnya dan eksploitasi ekonomi menghancurkan kehidupan mereka". Profesor antropologi sosial Yunani G. P. Makris menyatakan bahwa orang
Banda, bersama dengan kelompok etnis Nuba dan Gumuz, juga menjadi korban utama perdagangan budak oleh Turco-Mesir, dan
Banda adalah sinonim untuk budak dalam bahasa Persia.
Masyarakat
= Struktur
=
Banda adalah kelompok etnis patrilineal yang secara tradisional telah tinggal di Sabana utara Kongo dalam kelompok rumah yang tersebar dan dipimpin oleh seorang kepala desa. Mereka bertahan hidup dengan berburu, memancing, mengumpulkan makanan liar, dan bercocok tanam. Selama masa krisis, untuk melawan serangan budak dan untuk menanggapi perang,
Banda memilih panglima perang. Setelah krisis berakhir, mereka membubarkan para pasukan keamanannya.
= Budaya
=
Kelompok etnis ini secara lokal terkenal dengan keahliannya, khususnya benda-benda kayu berukir yang digunakan untuk ritual dan benda pakai umum, serta kentungan besar berbentuk binatang. Kentungan ini, sekarang dikaitkan dengan berbagai nama seperti
Banda-Yangere, digunakan oleh orang
Banda untuk perayaan musik dan sebagai alat untuk mengirimkan pesan. Kelompok
Banda-Linda dikenal dengan musiknya yang menggunakan pipa-pipa kayu, disebut juga
Banda-Linda Horns.
Pada masa kini, orang
Banda bermata pencaharian sebagai petani di Sabana. Pertanian kapas dan singkong dipromosikan di kalangan orang
Banda oleh pejabat kolonial Prancis, sementara misionaris Kristen mengkristenkan banyak penduduk selama pemerintahan Prancis. Kebanyakan orang
Banda sekarang adalah Protestan (52%) atau Katolik (38%). Namun, mereka telah mempertahankan banyak kepercayaan tradisional mereka di samping ajaran Kristen, seperti membuat persembahan korban untuk roh leluhur demi keberhasilan musiman untuk tanaman.
Orang
Banda memiliki ritus peralihan, seperti Semali yang mengakui penyeberangan hingga dewasa. Pada pesta pernikahan, mahar berupa pengantin secara tradisional sudah termasuk alat besi untuk keluarga. Poligini dipraktikkan secara historis di antara orang-orang
Banda, tetapi praktik ini telah menurun di zaman modern.
Referensi