Surat dari Praha adalah sebuah film drama Indonesia tahun 2016 yang menjadi karya ketujuh Angga Dwimas Sasongko sebagai sutradara. Film yang dibintangi oleh Julie Estelle, Tio Pakusadewo, Widyawati, Rio Dewanto terinspirasi
dari kisah kehidupan para pelajar Indonesia di
Praha yang tidak bisa kembali akibat perubahan situasi politik Indonesia tahun 1966 pasca Gerakan 30 September dan karya musik Glenn Fredly sebagai elemen utama cerita.
Sinopsis
Larasati (Julie Estelle) terpaksa memenuhi wasiat ibunya, Sulastri (Widyawati), untuk mengantarkan sebuah kotak dan sepucuk
Surat untuk Jaya (Tio Pakusadewo) di
Praha. Dibesarkan di tengah kehidupan keluarga yang tidak harmonis, hubungan Larasati dan ibunya tidak pernah baik. Jaya, mantan tunangan ibunya, gagal memenuhi janji untuk kembali ke Indonesia puluhan tahun silam akibat perubahan situasi politik.
Pertemuan dengan Jaya membuat Larasati mengetahui persoalan yang sebenarnya. Dia menuding Jaya dan
Surat-
Surat yang pernah dikirimnya sebagai penyebab ketidakharmonisan keluarganya, situasi yang membawa akibat buruk bagi hidupnya. Jaya merasa tersudut dan terpaksa harus menjelaskan apa yang baginya telah ia ikhlaskan. Cerita tentang kekuatan memaafkan dan upaya untuk berdamai dengan sisi gelap masa lalu, Jaya dengan rasa bersalahnya dan Larasati dengan cinta sejati.
Pemeran
Julie Estelle sebagai Kemala Dahayu Larasati
Tio Pakusadewo sebagai Mahdi Jayasri
Widyawati sebagai Sulastri Kusumaningrum
Rio Dewanto sebagai Dewa
Chicco Jerikho
Jajang C Noer sebagai Widya
Shafira Umm
Produksi
Proses syuting film dilakukan di Kota
Praha, Ceko tepatnya berjarak sekitar 150 meter
dari Charles Bridge yang membelah sungai Vltava. Charles Bridge sendiri merupakan sebuah tempat wisata yang ramai dikunjungi karena terdapat 30 patung peninggalan zaman Barok yang menghiasi sepanjang jembatan ini. Selain itu film ini menjadi debut Chicco Jerikho sebagai seorang produser dan Julie Estelle menyanyikan lagu dalam sebuah film.
Soundtrack
Original Soundtrack
Surat dari Praha terdiri
dari 4 buah lagu karya Glenn Fredly yang hadir sebagai pembangun cerita sebagai wujud perayaan 20 tahun karier Glenn di dunia musik Indonesia. Lagu-lagu tersebut adalah "Nyali Terakhir"
dari album Lovevolution (2010). Lagu lainnya yaitu "Sabda Rindu", "Untuk Sebuah Nama", dan "Menanti Arah", ketiganya terambil
dari album Luka, Cinta, dan Merdeka (2012). Dalam filmnya, lagu "Nyali Terakhir" dan "Sabda Rindu" dinyanyikan oleh kedua pemeran utamanya, Julie Estelle dan Tio Pakusadewo. Pemilihan lagu tersebut dilakukan oleh Angga Dwimas Sasongko dan M. Irfan Ramli dengan beberapa alasan diantaranya "Sabda Rindu" dipilih karena secara lirik sangat klasik. Artinya ketika lirik-lirik ini diciptakan oleh tokoh Jaya, dinilai sangat masuk akal dengan keadaannya yang sudah tua, hidup di masa 60-70-an, dan generasi saat itu pasti punya preferensi kata sendiri, sehingga lagu ini dinilai sangat menggambarkan keadaannya. Lalu "Nyali Terakhir", dipilih karena dianggap sebagai signature song-nya Glenn, yang merupakan lagu galau sedunia. Sementara itu Angga juga memilih dua lagu lain yang dibawakan sendiri oleh Glenn untuk mendukung suasana cerita. "Untuk Sebuah Nama", dipilih untuk menggambarkan emosi, karena menurutnya lagu tersebut menyimpan amarah sekalipun masih bertema cinta. Sementara lagu "Menanti Arah" dianggap mewakili keseluruhan cerita
Surat dari Praha yang menyentuh soal cinta, sejarah, hingga politik.
Kontroversi
Seorang seniman dan dosen Universitas Brawijaya, Yusri Fajar, melancarkan protes terhadap film
Surat dari Praha besutan Angga Dwimas Sasongko karena dituding menjiplak buku kumpulan cerpennya yang berjudul sama. Menanggapi hal tersebut, Angga melakukan klarifikasi terkait tuduhan plagiarisme. Ia menyayangkan statement sepihak yang merugikan nama baik Visinema Pictures selaku rumah produksi karena menggiring opini publik untuk menghakimi tanpa legal standing yang kuat. Diterangkan oleh Angga bila
Surat dari Praha merupakan film yang memiliki legal standing sesuai undang-undang hak cipta. Ia memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh Ditjen HKI Kemenkumham dan telah terdaftar paten atas judul di kelas 41 terkait dengan Fim Bioskop, kelas 9 terkait dengan Cakram Digital dan kelas 16 terkait Poster. Dengan ini tuduhan yang dilancarkan dinyatakan tidak berdasar dan perlu dikaji ulang. Terkait kesamaan tema perlu dipahami bahwa tema eksil politik di
Praha merupakan bagian
dari fakta sejarah yang tidak bisa diklaim. Lalu soal kesamaan judul, itu bukan bentuk pelanggaran hak cipta.
Penghargaan dan Nominasi
Film
Surat dari Praha kembali menuai kesuksesan seperti karya terdahulu Angga Dwimas Sasongko Cahaya
dari Timur: Beta Maluku (2014) di ajang penghargaan perfilman dengan meraih tiga piala Usmar Ismail Awards 2016 untuk kategori Film, Sutradara, dan Pemeran Utama Pria. Serta piala Indonesia Movie Actor Awards 2016 untuk kategori Pemeran Utama Wanita Terfavorit
Berdasarkan keputusan dewan seleksi bentuk Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI)
Surat dari Praha terpilih sebagai wakil Indonesia dalam ajang Academy Award tahun 2017 dalam kategori film berbahasa asing terbaik.
Lihat Juga
Film Indonesia tahun 2016
Julie Estelle
Tio Pakusadewo
Referensi
Pranala luar
Surat dari Praha di Internet Movie Database