Swarocisa Manu (Sanskerta: स्वारोचिष मनु; Svārociṣa
Manu) adalah pemimpin manwantara kedua menurut kepercayaan Hindu, pengganti Swayambu
Manu. Ia dikenal pula dengan nama Dyutimana, karena konon saat ia lahir, tubuhnya memancarkan cahaya menyilaukan.
Menurut kitab Markandeyapurana, ayah
Swarocisa Manu adalah Swarocah, seorang keturunan bidadari, putra Warutini dan Kali, sedangkan ibunya adalah kijang penghuni hutan yang berubah menjadi seorang wanita cantik. Saat
Swarocisa Manu lahir, para penghuni kahyangan menyambutnya dengan suka cita. Para dewa menyanyi dan memainkan alat musik, sedangkan para gandarwa dan apsara menari-nari. Empat gajah dari empat penjuru menyirami tubuhnya dengan air. Para resi menaburkan bunga surgawi ke tubuhnya. Empat arah mata angin menjadi bersinar karena energi yang dipancarkan oleh anak tersebut.
Setelah Swarocah jenuh dengan kegiatan duniawi, ia memutuskan untuk pergi bermeditasi di tengah hutan bersama para istrinya.
Swarocisa ditakdirkan untuk menjadi
Manu, yaitu pemimpin manwantara pada saat itu. Para dewa pada manwantara itu adalah para Tusita. Menurut kitab Markandeyapurana, yang bergelar Indra pada saat itu adalah Wipascita, dan tujuh resi agung adalah Urja, Stamba, Prana, Datoli, Resaba, Niscara, dan Arwariwana. Sedangkan, menurut kitab Matsyapurana, para resi agung pada manwantara itu adalah Datoli, Cyawana, Stamba, Prana, Kasyapa, Urwa, dan Wrehaspati.
Lihat pula
Swarocah
Warutini