Sultan Agung: Tahta, Perjuangan,
Cinta (sebelumnya
Sultan Agung Mataram 1628) adalah sebuah film sejarah Indonesia yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan x.Jo sebagai ko-sutradara. Film ini berkisah tentang
Sultan Agung Hanyakrakusuma (1593-1646), raja ketiga Kerajaan Mataram yang memerintah pada 1613-1646.
Produksi
Eksekutif Produser Film
Sultan Agung, DR. BRA. Mooryati Soedibyo telah mengadakan riset bersama ahli sejarah Ir. Bagas Pujilaksono, M.Sc., Lic.Eng., Ph. D untuk membuat bahan naskah film yang pengerjaan skenarionya akan di tulis oleh Ifan Adriansyah Ismail yang juga membuat skenario film Habibie & Ainun.
Sinopsis
Setelah ayahnya, Panembahan Hanyokrowati, meninggal, Raden Mas Rangsang yang masih remaja menggantikannya dan diberi gelar
Sultan Agung Hanyakrakusuma.
Sultan Agung harus menyatukan adipati-adipati di tanah Jawa yang tercerai-berai oleh politik VOC yang dipimpin Jan Pieterszoon Coen (Hans de Kraker). Di sisi lain, ia harus mengorbankan
Cinta sejatinya kepada Lembayung dengan menikahi perempuan ningrat yang bukan pilihannya. Kemarahan
Sultan Agung kepada VOC memuncak ketika ia mengetahui bahwa VOC tidak memenuhi perjanjian dagang dengan Mataram dengan membangun kantor dagang di Batavia. Ia mengibarkan Perang Batavia sampai meninggalnya JP Coen dan runtuhnya benteng VOC. Selama perjuangan ini,
Sultan Agung juga harus menghadapi berbagai pengkhianatan. Di akhir hidupnya,
Sultan Agung menghidupkan kembali padepokan tempatnya belajar, dan melestarikan tradisi dan karya-karya budaya Mataram.
Penghargaan dan Nominasi
Kontroversi
GKR Bendara, salah satu putri
Sultan Hamengkubuwana X mengkritik penayangan film ini dalam unggahannya di akun Instagram. Ia menyoroti penggunaan motif batik pada film tersebut, yang dianggap tidak sesuai dengan pranatan dalem atau aturan pakaian keraton. Bendara menjelaskan bahwa motif batik dalam film tersebut tertukar, motif parang ukuran besar yang seharusnya dipakai untuk bangsawan malah dipakai untuk abdi dalem, begitu sebaliknya dengan parang ukuran kecil yang malah dipakai oleh pemeran
Sultan.
Unggahan tersebut sempat memunculkan beberapa komentar warganet, salah satunya dari seorang yang mengaku terlibat dalam proses pembuatan film tersebut. Menurutnya, kesalahan tersebut berasal dari kru yang bertugas, sedangkan saat itu Hanung sedang dalam posisi mengatur kamera.
Referensi