Takeshima adalah sekelompok
Pulau, yang merupakan bagian sah (klaim Jepang) dari wilayah
Pulau Oki, Kabupaten Oki, Prefektur Shimane. Posisinya dari pantai terdekat Jepang adalah di sebelah barat laut.
Takeshima berjarak 157 km dari kepulauan Oki atau berjarak 212 km dari pantai barat.
Takeshima terdiri dari dua buah
Pulau utama dan beberapa buah atol-atol kecil yang berbatu. Luasnya adalah 210.000 meter persegi, yaitu sebanding dengan lima kali ukuran Tokyo Dome, arena hiburan di kota Tokyo.
Takeshima yang terdiri dari dua buah
Pulau utama dan beberapa buah atol-atol kecil yang berbatu miskin sumber daya air tawar dan tidak layak huni. Namun, arus hangat atau panas dari wilayah selatan (Tsushima) yang bertemu arus dingin atau arus Liman dari wilayah utara di wilayah sekitar
Takeshima membuat
Takeshima menjadi daerah kaya ikan dan alga serta potensi-potensi laut lainnya.
Pada saat ini, dengan adanya peraturan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) 200 mil,
Takeshima dan daerah di sekitarnya adalah harga mati bagi Jepang dan merupakan nilai atau harta berharga tidak hanya bagi Prefektur Shimane, tetapi juga untuk seluruh negeri karena potensi perikanan, akses ke sumber daya kelautan dan kandungan energinya yang akan sangat menguntungkan dimasa-masa mendatang.
Sejarah
Meskipun tidak ada catatan tanggal resmi yang tepat dari penemuan
Takeshima dan wilayah sekitarnya,
Takeshima telah dikenal orang Jepang sejak awal Zaman Edo (1603-1868).
Pada tahun 1618, Jinkichi Oya dan Ichibei Murakawa dari kota Yonago mendapat izin dari Pemerintah Keshogunan yang waktu itu menguasai Jepang untuk berlayar ke
Pulau Ulleung (daerah administrasi kerajaan Silla yang sekarang menjadi bagian Korea Selatan) untuk menangkap abalone, singa laut, dan menebang pohon dan bambu untuk kayu. Dalam perjalanan mereka ke
Pulau Ulleung, mereka menggunakan
Takeshima sebagai tempat peristirahatan, dan di
Takeshima pula mereka berburu banyak hewan terutama burung dan memancing ikan. Tepat ada 1661, para keluarga (Klan) Oya dan keluarga (klan) Murakawa diberi izin resmi untuk melakukan perjalanan ke
Takeshima oleh Pemerintah Keshogunan.
1969, pemerintah keshogunan Jepang melarang adanya kunjungan dalam bentuk apapun ke
Pulau Ulleung, kerajaan Silla karena pada waktu itu meletus konflik hebat antara Edo (Jepang) dan Silla (Korea), tetapi kunjungan ke
Takeshima tidak dilarang. Pada 1836, seorang pria bernama Imazuya Hachiemon dihukum karena ia berlayar ke
Pulau Ulleung "dengan dalih mengunjungi
Takeshima". Nama
Takeshima sebagai wilayah negeri Jepang dipertahankan selama Zaman Edo dengan merekam informasi mengenai
Takeshima di buku-buku dan di peta.
Setelah Restorasi Meiji, sejumlah besar nelayan mulai kembali mengunjungi
Pulau Ulleung, dan mereka menjadikan wilayah
Takeshima sebagai wilayah peristirahatan. Sejak akhir dekade kedua zaman Meiji (1868-1912), banyak keluarga dan orang-orang dari Kepulauan Oki, Prefektur Shimane mengunjungi
Takeshima yang didaulat sebagai wilayah Jepang untuk memancing abalone, singa laut, dan beragam hewan laut lainnya.
Mengingat latar belakang sejarah
Takeshima, tidak ada keraguan bahwa
Takeshima sah dan meyakinkan milik Jepang (Klaim Jepang).