Tanjung Aur adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan
Tebo Ulu, Kabupaten
Tebo, Provinsi Jambi, Indonesia.
Tanjung Aur merupakan sebuah Desa yang terletak di Kecamatan
Tebo Ulu, Kabupaten
Tebo, Provinsi Jambi, Indonesia. Letak geografis Desa
Tanjung Aur sebelah Selatan berbatasan dengan Rantau Langkap,Bukit Pinggan, Pelambaian, Lubuk Berenai, Sungai Bungin,. Sebelah Barat bertemu dengan simpang kuburan. Sebelah Utara berada di daerah Payo Celako, Sungai Besar sampai dengan Lubuk Gabing.
Keberagaman cerita yang tersebar mengenai asal muasal Desa
Tanjung Aur menjadi pertanyaan besar bagi masyarakat. Di Desa
Tanjung Aur terdapat beberapa kepala adat. Ada tiga narasumber yaitu Datuk Syaripuddin, Datuk Abdul Majid K, dan Datuk A Munir L yang menjadi bahan acuan penulis untuk mendapatkan data tentang asal muasal Desa
Tanjung Aur. Terdapat banyak perbedaan dan banyak pula persamaan, namun penulis banyak mengambil data yang sama tentang sejarah tersebut dari setiap narasumber.
Sejarah Desa
Tanjung Aur
Sejarah Desa
Tanjung Aur atau asal usul Desa
Tanjung Aur berawal dari zaman sebelum merdeka Desa
Tanjung Aur dahulu berasal dari tanah yang menanjung tinggi (
Tanjung). Pada zaman itu, hanya terdapat empat rumah dan lama-lama terbentuklah tiga suku yang bernama iro bayo, bangun yudo, ombak jalo sehingga berkembanglah menjadi tiga dusun yaitu Bayung Sekaki (Pauh Taji), Melako Tinggi,
Tanjung Rendah Dibungo. Sekitar tahun 1957-1958 berkembang kembali dan timbul lah Dusun yang bernama Telago Manis dan Telago Mudo. Sebelumnya pada tahun 1980-1983 terjadi pemekaran Telago Manis dan Telago Mudo, Kabupaten Bungo
Tebo pernah menjadi Desa sesuai dengan peraturan Gubernur. Setelah itu pada tahun 1990 digabungkan kembali
Tanjung Aur dan
Tanjung Aur Seberang Menjadi satu Desa kembali. Sekian tahun berjalan, terjadi pemecahan wilayah atau pemekaran pada tahun 2006
Tanjung Aur Seberang menjadi Serai Serumpun dan
Tanjung Aur sebelah Batanghari menjadi
Tanjung Aur Ulu, Kecamatan
Tebo Ulu sampai dengan sekarang.
Desa
Tanjung Aur dinamakan
Tanjung Aur karena dahulu daerahnya didalam
Tanjung dan dipagar dengan Aur Berduri sebagai alat perlindungan dari musuh. Dahulu didaerah ini terdapat gadis cantik (Putri Elok) yang menjadi daya tarik Raja Minangkabau, Rajo Hitam. Karena ingin memiliki Putri Elok datanglah Rajo Hitam ke Jambi yang bertepatan di daerah Sungai Pandan. Tak lama dari itu Rajo Hitam mengatur siasat agar bisa masuk kedalam daerah Aur Berduri dengan menyebarkan uang logam, tembaga, dan gompeng pada malam hari. Keesokan paginya, masyarakat menemukan uang logam, tembaga, dan gompeng yang sudah diserakan dipangkal Buluh Aur Berduri disitulah terjadi keributan merebutkan itu sampai dengan menebang Aur tersebut hingga roboh dan masuklah musuh dari pagaruyung sehingga berhasil lah Rajo Hitam membawa Putri Elok tersebut sehingga tidak kembali lagi.
Pada saat peperangan Belanda dan Indonesia, Belanda pernah membuat camp di daerah
Tebo (Benteng) jadi disitu lah ada kejadian Belanda pergi ke Dusun ini yang dipenuhi dengan kapal. Karena diketahui Belanda sudah datang masyarakat Dusun ini yang bernama Datuk Sabil mengajak temannya untuk menemui Belanda dan berperang satu sama lain, orang Dusun memakai Keris dan Belanda menggunakan alat senjata api disitulah wafat nya Datuk Sabil. Karena diketahui masyarakat Datuk Sabil udah tidak ada masyarakat mengadakan perkumpulan yang membahas tentang pemakaman Datuk Sabil. Jika dimakamkan di pemakaman umum terdapat ancaman dari Belanda, maka dari itu Datuk Sabil dimakamkan di pemakaman seorang diri disuatu wilayah di Dusun Renahh
Tanjung di Bungo (Desa
Tanjung Aur Seberang) yang wilayah nya sedikit jauh.