Tashoora adalah sebuah grup musik asal Yogyakarta, Indonesia, yang terbentuk pada September 2016. Grup musik ini terdiri dari Dania Joedodarmo (Gitar, Vokal), Dita Permatasari Fakhrana(Akordeon, Kibor, Vokal), Gusti Arirang (Bas, Vokal), Mahesa Santoso (Drum), Danu Wardhana (Violin, Vokal) dan Sasi Kirono (Gitar, Vokal). Pada tanggal 14 Desember 2018,
Tashoora bekerja sama dengan Degup Detak Records (Yogyakarta), Juni Records (Jakarta) dan Nadarama Recording (Jakarta) untuk merilis mini album live perdana mereka yang bertajuk "Ruang".
Sejarah
= Mei 2016: Awal Pembentukan - Grup Instrumental
=
Januari 2016, Danu baru saja kembali dari Bandung setelah mengundurkan diri dari perusahaan tempat dia bekerja. Pada bulan yang sama, dia juga terlibat sebagai additional player di penampilan terakhir Tik! Tok!, sebuah grup musik Folk-Pop yang terdiri dari Dania, Dita dan Ajityo.[1] Pada bulan Februari 2016, Danu mengajak Dita untuk membuat sebuah grup musik instrumental. Ide ini berkembang hingga mereka mengajak Andru Abdullah (Trombone) beserta Dania untuk mengisi Bas. Mereka mengaransemen ulang lagu Libertango yang diciptakan oleh Astor Piazzolla. Proses rekamannya dilakukan di studio Satrio Piningit milik Sasi. Video musik dari lagu ini akhirnya baru dirilis pada bulan Januari 2017.
= Juni 2016 - Juli 2016: Formasi Pertama - "Tribute To ERK"
=
Setelah menyelesaikan rekaman Libertango, Dania dan Danu melihat poster Album Kompilasi Tribute to ERK yang diselenggarakan oleh Ripstore Asia dan Common Creative Indonesia, sembari menyelesaikan proses mixing dan mastering lagu sebelumnya, mereka mengisi waktu luang dengan merekam lagu Desember untuk didaftarkan ke Album Kompilasi tersebut, kali ini Sasi turut serta mengisi track gitar. Ini merupakan formasi pertama
Tashoora: Dania Joedodarmo (Gitar Akustik, Perkusi, Bas, Vokal), Dita Permatas (Akordeon, Kibor, Vokal), Danu Wardhana (Violin), Andru Abdullah (Trombone) dan Sasi Kirono (Gitar Elektrik). Ketika mendaftarkan gubahan ulang Desember ke Album Kompilasi Tribute to ERK, nama
Tashoora dipilih karena studio tempat mereka berlatih dan berkumpul bernama Tasura Studio. Selain itu, setiap personil juga menggunakan nama samaran.
Tashoora akhirnya terpilih untuk masuk di dalam Album Kompilasi "Tribute to ERK" bersama dengan 13 musisi lainnya yaitu: Salma Nurul & Muhammad Ilham Fauzi Effendi (Laki-laki Pemalu); O.K Bro (Cinta Melulu);
Tashoora (Desember); Antartika x Sociophonic (Sebelah Mata); Sungai (Jalang); Nailtriple (Mosi Tidak Percaya); Fiersa Besari (Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa); Puti Chitara (Cipta Bisa Dipasarkan); Elliona (Kamar Gelap); Karnivulgar (Di Udara); Jionara (Jangan Bakar Buku); LastElise (Laki-laki Pemalu); Hamzah Bagja Kusuma (Menjadi Indonesia); dan Christabel Annora (Desember).
= Agustus 2016 - April 2017: Formasi Kedua - Lokakarya
=
Paska perilisan album kompilasi "Tribute to ERK",
Tashoora kembali masuk ke dalam studio, kali ini dengan formasi: Dania Joedodarmo (Gitar Akustik, Perkusi, Vokal), Dita Permatas (Akordeon, Kibor, Vokal), Gusti Arirang (Bas, Vokal), Danu Wardhana (Violin, Vokal) dan Sasi Kirono (Gitar, Vokal). Andru tidak lagi bergabung dengan
Tashoora, sementara itu Gusti masuk mengisi departemen Bas dan Vokal. Pada periode ini, lagu-lagu yang dikerjakan oleh
Tashoora pada sesi workshop di antaranya adalah: Tatap, Terang, Ruang dan Tamari (unreleased). Keempat lagu tersebut merupakan lagu-lagu yang ditulis oleh Dania dan Gusti sejak tahun 2015.
Tashoora hanya sempat merekam demo dari lagu-lagu tersebut, tidak ada satupun yang dirilis pada rentang waktu ini. Diceritakan bahwa setiap lagu memiliki begitu banyak versi aransemen dan progresi chord yang berbeda-beda.
= Mei 2017 - September 2018: Formasi Ketiga - Panggung Pertama
=
Formasi final
Tashoora dilengkapi oleh Mahesa Santoso (drum) pada bulan Mei 2017. Masuknya drum ke dalam komposisi
Tashoora membuat warna musik
Tashoora bergeser menjadi lebih megah. Proses eksplorasi baru ini turut melibatkan Gilang Rizki sebagai additional guitar dan Afriza Animawan sebagai additional keyboard. Dengan total enam pemain tetap dan dua additional player,
Tashoora mencicipi panggung pertamanya di Island In The Sun, sebuah acara yang digelar oleh DIG Project pada bulan Agustus 2017. Formasi delapan pemain ini terus dibawa dari panggung ke panggung, termasuk Ngayogjazz 2017, Soundsations 2017, Java Jazz 2018 dan ArtJog 2018. Sampai pada akhir Agustus 2018,
Tashoora memutuskan untuk berjalan hanya dengan enam pemain tetap. Selama paruh pertama 2018,
Tashoora kerap melakukan workshop terkait sound. Proses eksplorasi ini dibantu oleh iLINE Audio System.
= Oktober 2018 - Desember 2018: Ruang Pertama Tatap Muka
=
Ide awal pembuatan EP pertama ini adalah merekam lagu-lagu
Tashoora secara live di Studio Kua Etnika dengan menghadirkan beberapa tamu undangan. Perkembangan terjadi setelah ide ini dijabarkan kepada tim produksi
Tashoora. Alih-alih menggunakan studio, proses rekaman ini dipindahkan ke Pendapa Padepokan Bagong Kussudiardja yang lebih luas sehingga penggarapan visual menjadi lebih maksimal. Konsep rekaman live tersebut akhirnya berkembang menjadi showcase berjudul “Ruang Pertama Tatap Muka” yang dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Oktober 2018 di Pendapa Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Yogyakarta. Showcase yang digelar dalam dua sesi tersebut dihadiri oleh media, teman-teman dan keluarga terdekat
Tashoora.
Dalam Ruang Pertama Tatap Muka,
Tashoora juga mengumumkan logo resmi pertama mereka. Logo yang didominasi warna merah dan biru tersebut diciptakan oleh seniman sekaligus vokalis grup FSTVLST, Farid Stevy, sebagai bentuk interpretasinya atas karya-karya
Tashoora. Hasil rekaman live audio dari “Ruang Pertama Tatap Muka” berlanjut ke tahap mixing dan mastering yang dikerjakan oleh Felix Anton Widi di Sangkar Emas Studio. Sementara rekaman visual dikerjakan oleh Interest Audio Visual. Bulan Oktober 2018, Degup Detak Records selaku label yang menaungi
Tashoora sepakat untuk bekerja sama dengan Juni Records dan Nadarama Recording untuk merilis EP pertama
Tashoora. Pada hari Jumat, 14 Desember, EP perdana
Tashoora yang diberi judul “Ruang” resmi dirilis di berbagai platform digital. Di hari yang sama, video musik “Sabda (Live)” juga dirilis via kanal YouTube
Tashoora.[2] Perilisan EP Ruang secara digital juga diikuti dengan perilisan CD fisiknya. Jumat, 21 Desember 2018,
Tashoora bekerja sama dengan Toko Musik Podomoro 2018 menggelar Signing Session untuk EP Ruang di Kedai Kebun Forum, Yogyakarta.
Penulisan Lagu
Semua lagu-lagu
Tashoora ditulis oleh Dania Joedodarmo dan Gusti Arirang, sedangkan Dita Permatas ikut ambil bagian pada lagu “Tatap”. Pengaruh terbesar dalam penulisan lagu-lagu
Tashoora adalah peristiwa-peristiwa sosial yang terjadi di sekitar mereka. Oleh sebab itu,
Tashoora sendiri menilai bahwa lagu mereka bisa disebut sebagai pelaporan kembali sebuah peristiwa atau reportase dengan menyelipkan tanya di tengahnya.
“Terang” terinspirasi dari peristiwa persekusi Ahok (Basuki Tjahja Purnama) pada tahun 2017. Peristiwa di mana manusia tergila-gila terhadap agama seolah kita berhenti pada sila pertama dalam Pancasila dan lupa akan keempat sila lainnya. Agama yang dibela dengan cara-cara brutal membuat
Tashoora menggarisbawahi peristiwa tersebut dengan penggalan lirik “surgamu yang mana?”. Masih dari rentetan peristiwa serupa, pada bulan Maret 2017 di Jakarta, jenazah Ibu Hindun dan Ibu Rohbaniah ditolak untuk disolatkan di masjid setempat. Alasan di baliknya adalah pilihan politik yang membuat keduanya disebut sebagai pendukung kafir atau pembela penista agama. Peristiwa tersebut yang menjadi cerita di balik lagu “Nista”. Konflik SARA ini berpusat di Jakarta namun efeknya menyebar hingga ke daerah-daerah lain di Indonesia.
“Sabda”, lagu ini merupakan potret peristiwa yang terjadi di kota kelahiran
Tashoora, Yogyakarta. Pemerintah Daerah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta masih memberlakukan kebijakan yang menyebutkan bahwa non-pribumi tidak boleh memiliki tanah di Yogyakarta. Kebijakan yang sudah ada sejak 1975 ini dibuat “untuk melindungi ekonomi masyarakat lokal”. Meskipun Komnas HAM sudah menegur pemerintah Yogyakarta karena kebijakan ini dinilai diskriminatif, teguran tersebut tidak ditindaklanjuti dengan positif. Dua peristiwa yang menjadi pijakan lagu “Sabda” adalah tuntutan Siput Lokasari - seorang warga keturunan Tionghoa - terhadap Sultan karena merasa ada diskriminasi dalam kebijakan kepemilikan tanah tersebut dan tuntutan Eka Aryawan kepada lima pedangang kaki lima sebesar Rp 1,2 miliar karena menggunakan sebagian tanah tempat usahanya. Adanya diskriminasi, masalah dari masa lalu yang masih dianggap relevan, sampai inkonsistensi pemeritah dalam menerapkan kebijakan memunculkan banyak tanda tanya yang akhirnya ditumpahkan lewat lagu “Sabda”.
Ditulis dari berbagai macam peristiwa diskriminasi terhadap LGBTQ, Ruang dapat dikatakan sebagai lagu introspeksi. Melalui lagu ini,
Tashoora menyampaikan untuk selalu berani memberikan ruang terhadap diri sendiri - bahwa yang esensial adalah jujur terhadap diri sendiri.
Tatap merupakan lagu pertama yang dikerjakan oleh
Tashoora. Lagu yang berbicara tentang ke-Tuhan-an ini terinpirasi dari konflik-konflik Agama yang pernah terjadi, mulai dari proses penyebaran agama di Indonesia, Perang Salib, Konflik Sunni-Syiah, Diskriminasi terhadap golongan Ahmadiyah hingga peristiwa-peristiwa yang didasari oleh pembelaan terhadap agama.
Personel
= Anggota Utama
=
Dania Joedodarmo - gitar, vokal (Juni 2016 - sekarang)
Dita Permatas - akordeon, kibor, vokal (Juni 2016 - sekarang)
Sasi Kirono - gitar, vokal (Juni 2016 - sekarang)
Gusti Arirang - bas, vokal (Agustus 2016 - sekarang)
Mahesa Santoso - drum (Mei 2017 - sekarang)
= Anggota Tambahan
=
Gilang Rizki - gitar, vokal (Agustus 2017 - Agustus 2018)
Afriza Animawan - kibor, vokal (Agustus 2017 - Agustus 2018)
Ikhwan Hastanto - gitar, vokal (Agustus 2018 - sekarang)
= Mantan Anggota
=
Andru Abdullah - trombon (Juni 2016 - Juli 2016)
Danu Wardhana - violin, vokal (Juni 2016 - Maret 2019)
Diskografi
= Album
=
Hamba Jaring Cahaya, Hamba Bela Gelapnya (2019)
= Album Live
=
Ruang (2018)
= Album Kompilasi
=
Tribute to Efek Rumah Kaca (2016)
Referensi