The
Female Eunuch adalah buku yang dipublikasikan pertama kali tahun 1970, yang menjadi buku dengan penjualan terbaik di pasar internasional dan memiliki peran penting dalam pergerakan kaum feminis. Pengarang buku ini, Germaine Greer, menjadi terkenal di media Britania Raya, Amerika Serikat dan Australia. Buku ini telah diterjemahkan kedalam sebelas bahasa.
Kelanjutan buku ini berjudul The Whole Woman, yang diterbitkan tahun 1999.
Sinopsis dan tema
The
Female Eunuch adalah sebuah analisis seorang feminis, yang ditulis dengan kombinasi antara polemik dan penelitian ilmiah. Buku ini adalah naskah kunci pergerakan kaum feminis pada era 1970-an, didiskusikan secara luas, dan dikritik oleh feminis lain dan komunitas yang lebih besar, khususnya mengenai profil penulis yang populer di media siaran. Di bagian buku ini yang berjudul "Body", "Soul", "Love", dan "Hate", Greer membahas definisi historis dari persepsi perempuan mengenai dirinya dan menggunakan premis batasan-batasan yang dipaksakan untuk mengkritik masyarakat konsumen modern, batas norma perempuan, dan bentuk stereotipe maskulin dengan mengutip, "The World has lost its soul, and I my sex." Berbeda dengan karya-karya pendukung feminisme sebelumnya, Greer menggunakan bahasa humor, berani, dan kasar untuk menyajikan secara langsung dan terus terang deskripsi mengenai seksualitas perempuan, yang merupakan subjek yang masih dihindari untuk didiskusikan pada masyarakat berbahasa Inggris. Sikap Greer yang tidak menghargai dan menghormati Sigmund Freud dan psikoanalisis diinspirasikan oleh buku The Second Sex karya Simone de Beauvoir. Hasil tulisan Greer menjembatani dunia akademis dan seni kontemporer dalam menyajikan sasaran dari bagian akhir buku ini, yaitu Revolution (bahasa Indonesia: Revolusi). Oleh karena itu, dan sering dikaitkan, buku ini adalah suatu gerakan yang kreatif dan revolusioner pada masa itu.
Greer berpendapat bahwa para lelaki membenci kaum perempuan, meskipun kaum perempuan tidak menyadarinya dan menganggap bahwa mereka membenci diri mereka sendiri.
"Judulnya adalah indikasi masalah," Greer memberitahu The New York Times. "Entah bagaimana, perempuan telah terpisah dari libido mereka, dari kemampuan gairah mereka, dari seksualitas mereka. Mereka menjadi berprasangka mengenai hal itu. Seperti binatang, yang dikebiri di peternakan untuk melayani maksud tersembunyi tuan mereka - digemukkan atau dijinakkan - perempuan telah diputus dari kapasitas mereka untuk melakukan aksi. Itu adalah suatu proses yang mengorbankan kekuatan untuk kenikmatan dan kesegaran, dan itu harus diubah."
Greer berpendapat bahwa perubahan itu harus muncul melalui revolusi, bukan evolusi. Perempuan seharusnya mengetahui dan menerima tubuh mereka sendiri, merasakan darah menstruasi mereka sendiri, dan memasrahkan selibat dan monogami. Tapi, mereka tidak seharusnya membakar bra mereka sendiri. "Bra adalah penemuan menggelikan," tulisnya, "tapi jika Anda menjadikan tanpa bra suatu aturan, Anda hanya menundukkan diri Anda sendiri pada represi lain."
Dalam kata pengantar yang ditambahkan pada edisi peringatan ke-21, Greer menyamakan hilangnya kebebasan perempuan dengan "kematian mendadak komunisme" (1989) sebagai katapel bagi kaum perempuan di seluruh dunia untuk transisi tiba-tiba ke masyarakat Barat yang konsumer, tempat hanya sedikit atau tidak ada sama sekali perlindungan untuk para ibu dan orang-orang dengan disabilitas. Di sini tidak ada kebebasan berbicara:
The freedom I pleaded for twenty years ago was freedom to be a person, with dignity, integrity, nobility, passion, pride that constitute personhood. Freedom to run, shout, talk loudly and sit with your knees apart. Freedom to know and love the earth and all that swims, lies, and crawls upon it...most of the women in the world are still afraid, still hungry, still mute and loaded by religion with all kinds of fetters, masked, muzzled, mutilated and beaten.
Referensi
Pranala luar
Germaine Greer mendiskusikan The
Female Eunuch di World Book Club BBC