Timor Belanda (bahasa
Belanda: Nederlands-
Timor) adalah jajahan
Belanda yang berada di
Timor Barat, Kepulauan Sunda Kecil, sejak pertengahan abad ke-17 hingga tahun 1950. Saat ini, wilayah tersebut masuk Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Timor Belanda beribu kota di Kupang.
Sejarah
Koloni tersebut berada di bagian barat Pulau
Timor dan juga sejumlah pulau, antara lain:
Rote
Sawu
Sumba
Solor
Flores Timur
Kisar (antara tahun 1912-1926)
Penjelajah Portugis pertama kali mengunjungi Pulau
Timor pada awal abad ke-16 dan menemui sejumlah kerajaan kecil. Yang paling penting adalah Kerajaan Wehali di
Timor bagian tengah. Pada tahun 1556, bangsa Portugis mendirikan markas pertamanya di
Timor. 30 tahun kemudian, sebagian besar
Timor masuk koloni
Timor Portugis.
Mulai tahun 1613, VOC
Belanda menghalau Portugis dari
Timor, namun sementara mengosongkan markasnya. Tidak sampai tahun 1640, VOC mendirikan benteng di Kupang dan membangun koloni di bawah pimpinan seorang opperhoofd (ketua). Akan tetapi, lingkup pengaruhnya terbatas pada 5 kerajaan kecil di sekitaran Kupang (5 Sekutu Setia), seperti Sonbai Kecil, Kupang-Helong, Amabi (1665), Amfoang (1683) dan Taebenu (1688), sementara Kekaisaran Portugal menaklukkan Wehali pada tahun 1642 dan kemudian secara de facto
Timor Barat dan Tengah. Barulah dalam Pertempuan Penfui pada tahun 1749, kekuatan Portugis dan orang Topas yang bersekutu dengannya berhasil diruntuhkan oleh VOC.
Atas peranan diplomat VOC, Johannes Andreas Paravicini, 48 penguasa dari Solor, Rote, Sawu, Sumba, dan sebagian besar
Timor bagian barat bersekutu dengan VOC pada tahun 1756. Hal tersebut menjadi awal kekuasaan
Belanda di
Timor Barat yang kini dikuasai Indonesia. Tokoh-tokoh yang menandatangani perjanjian tersebut antara lain Jacinto Correa (Hiacijinto Corea), Raja Wewiku-Wehali, dan Pangeran Besar Belu, yang juga menandatangani Perjanjian Paravicini yang mencurigakan atas nama 27 kerajaan yang dahulunya menjadi bawahannya di
Timor Tengah. Beruntung bagi Portugis, Wehali tidak cukup kuat lagi untuk menarik semua penguasa lokal ke pihak VOC. Sehingga, 16 dari 27 bekas bawahan Wehali di pulau
Timor tetap di bawah kekuasaan Portugis, sedangkan Wehali sendiri jatuh di bawah kekuasaan
Belanda. Portugal juga menguasai eksklave di barat laut. Setelah bangkrutnya VOC pada tahun 1799,
Timor Barat berada di bawah kekuasaan
Belanda langsung (Republik Batavia saat itu). Selama peperangan era Napoleon,
Timor Belanda juga dikuasai oleh Britania Raya.
Pada tahun 1816, Kerajaan
Belanda mendapatkan kembali kekuaasaannya dan memasukkan administrasi pulau ini ke wilayah Maluku. 3 tahun kemudian,
Timor Barat menjadi jajahan otonom
Belanda, yang diperintah oleh seorang residen dan dibagi atas 5 wilayah administratif:
Timor, Roti, Sawu, Larantuka (Kabupaten Flores Timur), dan Sumba.
Pada tahun 1905,
Timor Belanda berpenduduk 380.500 jiwa. Kota Kupang memiliki sekitar 8.000 penduduk, termasuk 145 orang Eropa, 594 orang Tionghoa, dan 43 orang Arab.
Perbatasan antara
Timor Portugis dan Hindia
Belanda ditentukan melalui Perjanjian Lisboa tahun 1859, yang disusul oleh perjanjian lain pada tahun 1893. Meskipun demikian, persetujuan terakhir tercapai pada tahun 1916.
Selama Perang Pasifik,
Timor Belanda dan Portugis jatuh ke tangan Jepang, yang mengalahkan 600 prajurit garnisun
Belanda dan sebuah kesatuan komando yang beranggotakan 1.400 prajurit Australia (lihat: Pertempuran
Timor). Pada tanggal 14 Agustus 1945, pulau tersebut berhasil dibebaskan, dan 3 hari kemudian, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan.
Belanda yang mencoba menjajah kembali harus berhadapan dengan perlawanan sengit dari pejuang kemerdekaan. Pada tahun 1950,
Timor Belanda menjadi
Timor Barat, Indonesia. Nama
Timor Barat digunakan pada tahun 1975, ketika Indonesia menduduki
Timor Portugis.
Serbaneka
William Bligh, kapiten HMS Bounty, mendarat di
Timor Belanda pada tanggal 14 Juni 1789. Setelah dahagi di atas Bounty, ia menumpangi kapal sekoci dan mencapai Kupang yang berjarak 6.700 kilometer 48 hari kemudian.
Mary Bryant, seorang narapidana Britania Raya, melarikan diri dari Australia pada tahun 1791. Ia tiba di Kupang setelah perjalanan lautnya yang terkenal selama 66 hari dan 5.000 km jauhnya bersama dengan anaknya dan 8 narapidana lainnya. Ketika VOC mengetahui jatidiri mereka yang sesungguhnya, mereka semua dikirim ke Britania Raya.
Pada bulan April 1931, pesawat pos pertama Imperial Airways jurusan London-Sydney jatuh di Kupang. Surat-surat yang diangkut pun diselamatkan dan diterbangkan oleh pesawat pos lainnya, lalu tiba di Sydney pada tanggal 29 April.
Rujukan
Timor. Dalam: Encyclopædia Britannica. (theodora.com).
Diarsipkan , di ivan.ahk.nl