Uis Gara (Surat Batak Karo: ᯥᯀᯘᯪ᯳ ᯎᯒ) adalah salah satu jenis
Uis.
Uis Gara biasanya digunakan sebagai busana resmi adat dan kebudayaan, selain digunakan sebagai pakaian resmi dalam kegiatan adat dan budaya, pakaian ini sebelumnya digunakan pula dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tradisional Karo.
Kata
Uis Gara sendiri berasal dari bahasa Batak Karo, yaitu
Uis yang berarti kain dan
Gara yang berarti merah. Disebut sebagai "kain merah" karena pada
Uis Gara warna yang dominan adalah merah, hitam, dan putih, serta dihiasi pula berbagai ragam tenunan dari benang emas dan perak.
Secara umum
Uis Gara terbuat dari bahan kapas yang kemudian dipintal dan ditenun secara manual dan diwarnai menggunakan zat pewarna alami. Cara pembuatannya tidak jauh berbeda dengan pembuatan songket, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin.
Fungsi dan kegunaan
Pada awalnya kegunaan
Uis Gara, yaitu dibuat untuk dipakai sehari-hari oleh kalangan perempuan Karo. Namun saat ini
Uis Gara hanya digunakan di setiap upacara adat dan budaya Karo. Baik yang dilaksanakan di daerah Karo sendiri, maupun di luar daerah Karo, selebihnya kerap juga ditemukan dalam bentuk sovenir berupa tas, dasi, gorden, ikat pinggang, sarung bantal, dan lain sebagainya.
Uis Gara memiliki berbagai jenis serta fungsinya masing-masing, bahkan ada beberapa diantaranya sudah langka karena tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa jenis dan fungsi khusus
Uis Gara tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
= Uis Beka Buluh
=
Uis beka buluh memiliki ciri gembira, tegas dan elegan. Kain adat ini merupakan simbol wibawa dan tanda kebesaran bagi seorang Putra Karo.
Sebagai Penutup Kepala. Pada saat Pesta Adat, Kain ini dipakai Pria/putra Karo sebagai mahkota di kepalanya pertanda bahwa untuk dialah pesta tersebut diselenggarakan. Kain ini dilipat dan dibentuk menjadi Mahkota pada saat Pesta Perkawinan, Mengket Rumah (Peresmian Bangunan), dan Cawir Metua (Upacara Kematian bagi Orang Tua yang meninggal dalam keadaan umur sudah lanjut)
Sebagai Pertanda (Cengkok-cengkok /Tanda-tanda) yang diletakkan di pundak sampai ke bahu dengan bentuk lipatan segitiga.
Sebagai Maneh-maneh. Setiap putra karo dimasa mudanya diberkati oleh Kalimbubu (Paman, Saudara Laki-laki dari Ibu, Pihak yang dihormati) sehingga berhasil dalam hidupnya. Pada Saat kematiannya, pihak keluarga akan membayar berkat yang diterima tersebut dengan menyerahkan tanda syukur yang paling berharga kepada pihak kalimbubu tadi yakni mahkota yang biasa dikenakannya yaitu
Uis Beka Buluh.
= Uis Gatip Jongkit
=
Uis Gatip Jongkit menunjukkan ciri atau lambang karakter kuat dan perkasa dan digunakan sebagai pakaian luar bagian bawah untuk Laki-laki yang disebut gonje (sebagai kain sarung). Kain ini dipakai oleh Putra Karo untuk semua upacara Adat yang mengharuskan berpakaian Adat Lengkap.
= Uis Gatip
=
Uis Gatip Jongkit menunjukkan karakter Teguh dan Ulet
Sebagai Penutup Kepala wanita Karo (tudung) baik pada pesta maupun dalam kesehariannya.
Untuk beberapa daerah, diberikan sebagai tanda kehormatan kepada kalimbubu pada saat wanita Karo meninggal dunia
= Uis Nipes Padang Rusak
=
Kain ini dipakai untuk selendang wanita pada pesta maupun dalam kehidupan sehari-hari.
= Uis Nipes Benang Iring
=
Kain ini dipakai untuk selendang wanita pada upacara yang bersifat dukacita.
= Uis Ragi Barat
=
Kain ini dipakai untuk selendang wanita pada upacara yang bersifat sukacita maupun dalam keseharian.
Lapisan luar pakaian wanita bagian bawah (sebagai kain sarung) untuk kegiatan pesta sukacita yang diharuskan berpakaian adat lengkap.
= Uis Jujung-jujungen
=
Kain ini dipakai hanya untuk lapisan paling luar penutup kepala wanita (tutup tudung) dengan umbai-umbai emas pada bahagian depannya.
= Uis Nipes Benang iring
=
Kain ini dipakai wanita Karo sebagai selendang bahu dalam upacara adat dukacita
= Uis Teba
=
Kain ini dipakai wanita Karo lanjut usia sebagai tutup kepala (tudung) dalam upacara yang bersifat dukacita
Kain ini dijadikan sebagai tanda rasa hormat kepada Puang Kalimbubu (disebut Morah-morah) pada saat seorang wanita yang sudah lanjut usia (cawir metua, semua anaknya telah kawin).meninggal dunia.
= Uis Pementing
=
Kain ini dipakai Pria Karo sebagai ikat pinggang (benting) pada saat berpakaian Adat lengkap dengan menggunakan
Uis Julu sebagai kain sarung.
= Uis Julu diberu
=
- Untuk pakaian wanita pembalut tubuh dari dada bagian atas hingga ke pergelangan kaki (disebut abit) untuk upacara adat yang diharuskan berpakaian adat lengkap
- Kain ini dijadikan sebagai tanda rasa hormat kepada Kalimbubu (disebut Maneh-maneh) pada saat seorang pria maupun wanita yang sudah lanjut usia (cawir metua, semua anaknya telah kawin) meninggal dunia.Kain ini dijadikan sebagai tanda rasa hormat kepada Kalimbubu (disebut Maneh-maneh) pada saat seorang pria maupun wanita yang sudah lanjut usia
= Uis Arinteneng
=
Alas pinggan pasu yang dipakai pada waktu penyerehan maskawin
Alas piring makan pengantin saat makan bersama dalam satu piring pada malam hari usai pesta peradatan (man nakan persadan tendi/mukul)
= Perembah
=
Untuk menggendong bayi
Untuk anak pertama, perembah diberikan oleh Kalimbubu seiring doa dan berkat agar anak tersebut sehat-sehat, cepat besar dan menjadi orang sukses dalam hidupnya kelak.
= Uis Kelam-kelam
=
Penutup kepala wanita Karo (tudung teger) waktu pesta adat dan pesta guro-guro aron.
Kain ini juga digunakan sebagai tanda penghormatan kepada puang kalimbubu pada saat wanita lanjut usia meninggal dunia (morah-morah)
Referensi
Pranala luar
Uis Gara di Situs Jurnal ITB Diarsipkan 2014-08-08 di Wayback Machine.
Pakaian Adat Karo di Blog Tanah Putra Bumi Turang