Wayang kulit Betawi merupakan jenis pertunjukan
Wayang yang berkembang di sekitar kawasan Jakarta dan sekitarnya.
Wayang ini masih memiliki keterkaitan dengan
Wayang kulit Jawa terutama Banyumas. Dalam daftar Penetapan Warisan Takbenda Indonesia yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Wayang kulit Betawi dikategorikan sebagai seni pertunjukkan yang memiliki status terancam punah.
Sejarah
Sejarah munculnya
Wayang kulit Betawi memiliki tiga pendapat berbeda. Pendapat pertama mmengacu pada kedatangan Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram pada 1627 dan 1629. Kedatangan Sultan Agung ke
Betawi bertujuan untuk menyerang Belanda. Di wilayah
Betawi, pasukan Sultan Agung kemudian menjadikan sebuah rumah sebagai pos peristirahatan tentara Mataram. Setiap malam, seorang tentara Mataram menceritakan kisah tentang tokoh-tokoh dan peristiwa dalam dunia pewayangan. Kegagalan dalam mengusir Belanda, kemudian membuat banyak pasukan Mataram tidak kembali dan akhirnya menetap di sekitaran Batavia. Sisa-sisa pasukan inilah yang kemudian dianggap memunculkan
Wayang kulit Betawi.
Pendapat kedua beranggapan bahwa munculnya
Wayang kulit Betawi berasal dari orang-orang Carbon yang tidak mau kembali ke daerah asalnya. Mereka merupakan orang-orang yang melakukan kerja paksa untuk mengeruk kali Ciliwung dan parit-parit yang dipenuhi oleh material tanah longsor yang berasal dari Gunung Salak dan Gunung Pangrango. Material tersebut dihasilkan akibat gempa bumi dahsyat yang terjadi pada 5 dan 29 Januari 1699.
Pendapat ketiga menyatakan bahwa
Wayang kulit Betawi berkembang dikarenakan adanya orang-orang Banyumas yang bertransmigrasi ke daerah Kerawang atas perintah Sultan Agung pada tahun 1632 (versi lain menyebutkan tahun 1633). Mereka ditugaskan untuk menanam padi untuk kebutuhan pangan. Pada masa pemerintahan Sultan Amangkurat 1 terjadi pertempuran yang mengakibatkan banyak penduduk menyinkir ke wilayah Barat di sekitar Cikeas dan Cileungsi (Kali Bekasi). Para penduduk inilah yang kemudian dianggap menyebarkan dan mengembangkan
Wayang kulit Betawi.
Ada beberapa pengamat yang menjuluki
Wayang Betawi dengan sebutan
Wayang Tambun. Istilah itu mereka gunakan berdasarkan sejarah penyebaran kesenian
Betawi.
Wayang kulit Betawi, merupakan salah satu kesenian tradisional
Betawi yang berkembang di daerah pinggiran kota Jakarta, yang saat ini dikenal dengan daerah Botabek, khususnya di daerah Tambun, Bekasi, maka
Wayang Betawi disebut juga
Wayang Tambun.
Referensi