Abdullah Aidit (lahir di Tanjung Pandan, 23 Oktober 1900 – meninggal di Tanjung Pandan, 14 Februari 1969) merupakan seorang tokoh politisi Indonesia dari pulau Belitung. Ia menjabat sebagai salah satu perwakilan Belitung dalam Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat dan Dewan Perwakilan Rakyat Sementara antara tahun 1950 hingga 1954. Ia merupakan ayah dari Dipa Nusantara
Aidit, ketua umum Partai Komunis Indonesia pada masa Gerakan 30 September.
Biografi
Abdullah lahir di Tanjung Pandan, Belitung pada tanggal 23 Oktober 1900. Ayahnya Haji Ismail
Aidit, seorang pengusaha perikanan yang cukup mapan di Belitung. Sehari-hari,
Abdullah berkerja sebagai mantri hutan, suatu pekerjaan yang cukup dihormati pada masa itu, dan karena koneksinya ia dapat menyekolahkan semua anaknya ke sekolah Hollandsch-Inlandsche School. Dua anak laki-lakinya, Achmad dan Murad
Aidit, merantau ke Batavia untuk bersekolah lebih lanjut.
Abdullah sempat enggan membiarkan anaknya Achmad mengubah nama karena repot untuk mengurus administrasi, namun
Abdullah akhirnya mengalah dan Achmad mengubah namanya menjadi Dipa Nusantara
Aidit.
Selama Perang Kemerdekaan Indonesia,
Abdullah menjadi salah satu pemimpin organisasi pemuda yang melawan Belanda di Belitung, dan ia sempat pergi ke Yogyakarta. Ia menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat mewakili Belitung (tanpa partai) di tahun 1950, dan begitu RIS dibubarkan ia menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara sampai ia mundur di tanggal 25 Juni 1954. Ia digantikan oleh Njoto, politisi Partai Komunis Indonesia. Ia tercatat sebagai anggota dewan pimpinan Partai Syarikat Islam Indonesia antara 1953 dan 1955.
Pada hari kejadian Gerakan 30 September 1965,
Abdullah sedang tinggal di rumah D. N.
Aidit di Jakarta ketika tentara datang untuk meringkus D. N.
Aidit. Selama anaknya menghilang,
Abdullah mengurus cucu-cucunya.
Abdullah juga sempat ditangkap oleh tentara karena dikira sebagai anaknya (
Abdullah sendiri tidak termasuk Daftar Pencarian Orang). Belakangan, dengan bantuan Wakil Perdana Menteri Chaerul Saleh,
Abdullah pulang ke Belitung. Ia meninggal sendiri di rumahnya di Tanjung Pandan pada tanggal 14 Februari 1969, dan mayatnya baru ditemukan tiga hari kemudian.
Catatan kaki
Rujukan