Antijamur (atau dapat disebut juga antifungal) adalah suatu golongan obat yang bersifat fungisida atau fungistatik yang dapat digunakan untuk mengobati dan mencegah mikosis seperti kutu air, kurap, kandidiasis, infeksi sistemik serius seperti meningitis kriptokokus, dan lain-lain. Biasanya obat
Antijamur harus diberikan dengan resep dokter, tetapi beberapa ada yang tersedia secara bebas (over-the-counter).
Kelas
=
Poliena merupakan molekul yang memiliki banyak ikatan ganda terkonjugasi.
Antijamur poliena berupa poliena makrosiklik dengan bagian cincin yang terhidroksilasi pada sistem yang terkonjugasi. Hal ini membuat
Antijamur poliena bersifat ampifilik.
Antijamur ini berikatan dengan sterol di membran sel jamur, terutama ergosterol. Hal ini menyebabkan perubahan transisi suhu (Tg) dari membran sel, dengan demikian membran dalam yang kurang cair dan lebih berupa keadaan terkristalisasi. (Dalam keadaan normal, membran sterol meningkatkan kekakuan dari phospholipid bilayer sehingga membuat membran plasma lebih padat.) Sehingga, isi sel jamur termasuk ion monovalen (K+, Na+, H+, dan Cl−), molekul organik berukuran kecil keluar dari sel karena membran tersebut bocor dan hal ini merupakan cara agar sel mati. Sel hewan yang mengandung kolesterol dan bukan ergosterol sehingga sel hewan tidak ditarget oleh obat. Namun, pada dosis terapi, beberapa molekul amfoterisin B dapat berikatan dengan kolesterol pada membran sel hewan, meningkatkan risiko toksisitas pada manusia. Amphoterisin B bersifat nefrotoksik saat diberikan secara intravena. Dengan rantai hidrofobik pada poliena memendek, aktivitas pengikatan dengan sterol meningkat. Oleh karena itu, pemendekan rantai hidrofobik dapat mengakibatkan poliena dapat mengikat kolesterol, sehingga toksik untuk hewan.
Amfoterisin B
Kandisidin
Filipin – 35 atom karbon, dapat mengikat kolesterol (toksik)
Hamisin
Natamisin – 33 atom karbons, mengikat secara baik ke ergosterol
Nistatin
Rimosidin
= Antijamur golongan imidazol, triazol, dan tiazol
=
Obat antifungal golongan azola (kecuali abafungin) menghambat enzim Lanosterol 14 α-demetilase; enzim yang diperlukan untuk mengubah lanosterol menjadi ergosterol. Kekurangan ergosterol pada membran di jamur merusak struktur dan fungsi membran di jamur dan mengakibatkan penghambatan pertumbuhan jamur.
Imidazol
Bifonazol
Butokonazol
Klotrimazol
Ekonazol
Fentikonazol
Isokonazol
Ketokonazol
Lulikonazol
Mikonazol
Omokonazol
Oksikonazol
Sertakonazol
Sulkonazol
Tiokonazol
Triazol
Albakonazol
Efinakonazol
Epoksikonazol
Flukonazol
Isavukonazol
Itrakonazol
Posakonazol
Propikonazol
Ravukonazol
Terkonazol
Vorikonazol
Tiazol
Abafungin
= Alilamina
=
Alilamina menghambat skualena epoksidase, enzim lain yang diperlukan untuk sintesis ergosterol. Contoh obat-obatan golongan ini termasuk Amorolfin, Butenafin, Naftifin, dan Terbinafin.
= Echinocandin
=
Echinocandin digunakan untuk infeksi jamur sistemik pada pasien imunokompromais, obat golongan menghambat sintesis dari glucan dalam dinding sel melalui enzim Beta (1-3) glucan synthase:
Anidulafungin
Caspofungin
Micafungin
Echinocandin kurang terabsorbsi ketika diberikan secara oral. Maka perlu diberikan secara intravena agar tersebar sebagian besar jaringan dan organ dengan konsentrasi dalam plasma yang cukup untuk mengobati infeksi jamur lokal dan sistemik.
= Obat lain
=
Asam benzoat – memiliki sifat antifungal, tetapi harus dikombinasikan dengan agen keratolitikum seperti pada salep Whitfield
Ciclopirox – (ciclopirox olamine) –
Antijamur golongan hidroksipiridon yang mengganggu aktivitas transpor membran, struktur membran sel, dan proses respirasi jamur. Obat Ini efektif terhadap panau.
Flusitosin atau 5-fluorositosin – sebuah antimetabolit analog pirimidin
Griseofulvin – mengikat mikrotubulus terpolimerisasi dan menghambat aktivitas mitosis jamur
Haloprogin – penggunaannya telah dihentikan karena adanya
Antijamur dengan efek samping yang lebih sedikit
Kristal violet– zat pewarna triarilmetana, yang mempunyai aktivitas antibakteri,
Antijamur, dan anthelmintik dan dulunya penting sebagai antiseptik topikal.
Balsam Peru mempunyai aktivitas
Antijamur.
Efek yang tidak diinginkan
Banyak obat
Antijamur yang menyebabkan reaksi alergi pada orang-orang. Contohnya, obat golongan azol diketahui menyebabkan anafilaksis.
Selain itu juga terdapat banyak interaksi obat. Pasien harus membaca keterangan yang terlampir pada kemasan obat. Seperti,
Antijamur azol yakni ketokonazol atau itrakonazol yang dapat menjadi substrat dan inhibitor dari glikoprotein-P, yang dapat mengekskresikan racun dan obat ke usus.
Antijamur azol juga merupakan substrat dan inhibitor dari famili sitokrom P450 CYP3A4, dan menyebabkan peningkatan konsentrasi obat pada plasma ketika diberikan dengan calcium channel blocker, imunosupresan, obat kemoterapi, benzodiazepin, Antidepresan trisiklik, makrolida dan Inhibitor ambilan kembali serotonin selektif (SSRI).
Sebelum obat
Antijamur oral diberikan untuk mengobati penyakit kuku, diperlukan diagnosis untuk memastikan penyakit tersebut disebabkan oleh jamur. Setengah dari kasus yang diduga infeksi jamur di kuku disebabkan oleh nonjamur. Efek samping dari pengobatan ini cukup besar dan pasien yang tidak terinfeksi tidak dianjurkan untuk meminum obat ini.
Mekanisme aksi
Antijamurbekerja dengan memanfaatkan perbedaan antara sel hewan dan jamur untuk membunuh organisme jamur dengan sedikit efek samping pada pasien. Tidak seperti bakteri, jamur dan manusia merupakan eukariota. Dengan demikian, sel jamur dan manusia mempunyai kemiripian pada tingkat biologis. Hal ini membuat sulitnya menemukan obat yang mentarget jamur tanpa mempengaruhi sel-sel manusia. Karena itu, banyak obat-obatan
Antijamur memberikan efek samping. Beberapa efek samping dapat membahayakan manusia jika obat-obatan tersebut tidak digunakan dengan benar.
Referensi