Badai Pasti Berlalu merupakan album kedua yang memuat album lagu tema untuk film berjudul sama yang dirilis pada tahun 1977. Lagu-lagu dalam album ini diarahkan oleh Eros Djarot, musik dikerjakan oleh Yockie Suryo Prayogo dan dinyanyikan oleh Chrisye dengan vokal pendukung oleh Berlian Hutauruk. Album ini dinobatkan sebagai album Indonesia terbaik sepanjang masa oleh majalah Rolling Stone Indonesia edisi #32 terbitan Desember 2007.
Latar belakang
Setelah film Kawin Lari meraih penghargaan Festival Film Indonesia 1976 untuk kategori Tata Musik Terbaik, Eros Djarot kembali ditawari oleh Teguh Karya untuk menggarap lagu tema film terbarunya yang berjudul
Badai Pasti Berlalu. Walaupun awalnya Eros tidak menyukai jalan cerita pada film tersebut, akhirnya Ia menyanggupi tawaran Teguh Karya.
Proses penulisan materi lagu dikerjakan selama sebulan di kediaman Guruh Soekarnoputra yang terletak di Jalan Sriwijaya Nomor 26, Jakarta Selatan. Setelah dirasa cukup, Eros mengajak Chrisye, dan Berlian Hutauruk untuk ikut berpartisipasi sebagai penyanyi dalam penggarapan lagu tema film
Badai Pasti Berlalu. Untuk pengerjaan aransemen dasarnya, Chrisye memperkenalkan Eros Djarot kepada Yockie Suryo Prayogo, kibordis God Bless yang juga menjadi arranger Lomba Cipta Lagu Remaja 1977 (LCLR 1977). Eros lalu memberikan Yockie waktu selama seminggu untuk mengerjakan aransemen dasar dari lagu-lagu tersebut. Setelah selesai, barulah mereka mulai merekam lagu-lagu tersebut di studio Irama Mas yang terletak di Pluit, Jakarta Utara.
Rekaman
Selama proses rekamannya, Eros Djarot bertindak sebagai penata musik dan juga sebagai produser. Selain Eros, terdapat Chrisye yang berperan mengisi bass dan gitar, serta Yockie yang berperan mengisi piano akustik, kibor, dan drum. Untuk bagian vokal, masing-masing penyanyi mendapatkan dua lagu. Chrisye mengisi vokal untuk lagu "Merpati Putih" dan "Baju Pengantin", sedangkan Berlian Hutauruk mengisi vokal untuk lagu "Matahari" dan "
Badai Pasti Berlalu".
Ketika Eros memberikan rekaman tersebut kepada Teguh Karya, ternyata Teguh sama sekali tidak menyukai suara Chrisye dan Berlian Hutauruk. Teguh menganggap suara Chrisye mirip seperti "suara orang nonbiner", sedangkan suara Berlian dianggap mirip seperti "suara kuntilanak". Sebagai penggantinya, Teguh memilih Broery Pesulima dan Anna Mathovani untuk menggantikan Chrisye dan Berlian Hutauruk. Walaupun Eros dapat menyanggupi permintaan Teguh untuk menggantikan Chrisye, Ia menolak permintaan Teguh untuk menggantikan Berlian Hutauruk. Karena Teguh tetap bersikeras ingin memilih Anna Mathovani, Eros langsung mengancam akan menarik diri dari semua proyek ilustrasi musik dalam film tersebut. Teguh akhirnya mengalah dan tetap mempertahankan Berlian Hutauruk sebagai penyanyi untuk film
Badai Pasti Berlalu.
Setelah produksi film
Badai Pasti Berlalu selesai, Eros berinisiatif mengembangkan lagu tema
Badai Pasti Berlalu menjadi satu album penuh dengan membawa beberapa lagu dari film Perkawinan Dalam Semusim. Eros juga telah menyiapkan beberapa lagu baru, diantaranya terdapat tiga lagu baru yang Ia tulis bersama dengan Chrisye. Rekaman lagu-lagu tambahan dilakukan di studio Irama Mas selama 21 hari dengan mengajak musisi yang terlibat dalam rekaman sebelumnya. Debby Nasution, Keenan Nasution dan Fariz RM ikut berpartisipasi dalam penggarapan lagu-lagu tambahannya. Debby ikut mengisi bagian kibor, Sedangkan Keenan dan Fariz ikut mengisi bagian drum. Eros mengatakan seluruh biaya yang Ia keluarkan untuk memproduksi album ini diperkirakan mencapai Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah).
Rilis dan tanggapan
Eros Djarot kemudian menawarkan master rekaman album
Badai Pasti Berlalu ke berbagai pihak label rekaman. Namun tak ada satu pun label rekaman yang ingin merilis album tersebut. Sampai akhirnya Eros kembali ke studio Irama Mas dan bertemu dengan In Chung, pemilik studio Irama Mas. In Chung bersedia merilis album tersebut dengan syarat keuntungan dari penjualan album tersebut akan dibagi hasil. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Eros pada tanggal 19 September 1977 dengan Chrisye sebagai saksinya.
Album
Badai Pasti Berlalu dirilis pada akhir tahun 1977 dengan sampul album hasil rancangan Markoes Djajadiningrat, menampilkan Christine Hakim yang juga bermain di film yang sama. Meskipun lagu-lagunya sering diputar berulang-ulang kali di radio, penjualan album ini awalnya nyaris tak bergeming di pasaran.
Badai Pasti Berlalu dinilai kurang mampu memancing minat beli masyarakat yang pada saat itu lebih menggemari lagu-lagu pop manis karya The Mercy's, Panbers, Koes Plus, atau D'Lloyd.
Setelah mengalami stagnan selama tiga bulan, akhirnya album tersebut berhasil mencuri perhatian masyarakat seiring dengan suksesnya film
Badai Pasti Berlalu. Album tersebut meledak di pasaran dan menjadi sensasional di blantika musik Indonesia pada saat itu. Lagu "Merpati Putih" dan "Merepih Alam" banyak diminati.
Kesuksesan dari album
Badai Pasti Berlalu juga membuat nama Chrisye semakin melambung. Momentum ini digunakan oleh Amin Widjaja, pendiri Musica Studio's untuk menawarkan kesempatan kepada Chrisye bergabung ke label rekamannya.
Masalah
= Sengketa dengan Berlian Hutauruk
=
Pada 10 Februari 1978, Berlian melalui kuasa hukum Albert Hasibuan memasang iklan di sebuah harian yang isinya menggugat In Chung. Berlian menuntut agar album
Badai Pasti Berlalu ditarik dari peredarannya, serta In Chung diwajibkan membayar ganti rugi sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Berlian merasa dalam perjanjiannya dengan Eros, Ia hanya diminta menyanyikan lagu "Matahari" dan "
Badai Pasti Berlalu" untuk film, serta lagu "Semusim" dan "Khayalku" untuk sampel yang rencananya akan ditawarkan ke beberapa produser rekaman.
In Chung lantas menggugat balik Berlian melalui kuasa hukum Sahat Maruli Simorangkir dengan ganti rugi sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Namun sengketa antara Berlian dan In Chung berakhir ketika kedua pihak sepakat menyelesaikan diluar pengadilan. Berlian akhirnya menerima Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) dari Irama Mas.
= Permasalahan terkait hak cipta
=
Sejak album
Badai Pasti Berlalu dirilis, saling tuntut antara Eros dengan Debby Nasution terkait pencipta lagu terus mencuat. Yockie mengatakan saling tuntut terjadi setelah album tersebut menuai kesuksesan sejak dirilis berkali-kali sampai tahun 1990-an. Padahal proses penciptaan hingga penggarapan album penuh suasana sahabat. Yockie berujar pada saat itu Ia sama sekali tidak terpikirkan siapa yang pertama kali menulis melodi, siapa yang menulis lirik, siapa yang menciptakan musiknya. Semuanya larut dalam suasana bermusik tanpa pretensi yang muluk-muluk.
Ketika Musica Studio's tengah menggarap album
Badai Pasti Berlalu versi Chrisye dan Erwin Gutawa, Debby mempertanyakan keterlibatannya dalam proses kreatif lagu "Angin Malam", dan "Cintaku". Akibat permasalahan tersebut, Indrawati Widjaja berkonsultasi langsung dengan Eros Djarot terkait siapa saja yang ikut terlibat dalam penciptaan lagu di album
Badai Pasti Berlalu.
Pada tahun 2011, Didi Bofa merilis ulang
Badai Pasti Berlalu pertama kali dalam bentuk CD dibawah naungan PT Arasy Cinta Sakti. Sama sekali tidak diberitahu oleh Didi Bofa, Yockie menanyakan kepada Eros Djarot perihal pemberian izin tersebut. Menurut Yockie, Eros juga tidak pernah sekali pun memberikan izin untuk merilis ulang album
Badai Pasti Berlalu. Eros lantas mempersilakan Yockie untuk melayangkan somasi kepada Didi Bofa. Hasilnya rilisan tersebut harus ditarik dari peredarannya dan Yockie menuntut Didi Bofa untuk meminta maaf di sejumlah media massa serta membayar ganti rugi.
Album
Badai Pasti Berlalu kembali dirilis ulang dalam bentuk CD pada tahun 2013 oleh PT Irama Mas Record, yang dimana rilisan ini juga dipertanyakan izinnya.
Warisan
= Pengakuan kritikal
=
Dalam rentan 1977-1993, album
Badai Pasti Berlalu berhasil terjual sebanyak 9 Juta keping dan beberapa kali telah direkam ulang berdasarkan data dari ASIRI. Pada tahun 2007, album
Badai Pasti Berlalu masuk ke peringkat pertama di dalam daftar "150 Album Indonesia Terbaik" yang diterbitkan oleh majalah Rolling Stone Indonesia edisi #32 terbitan Desember 2007. Beberapa lagu di album ini juga masuk ke dalam daftar 150 Lagu Indonesia Terbaik yang diterbitkan oleh majalah yang sama edisi #56 terbitan Desember 2009. Diantaranya adalah
Badai Pasti Berlalu (peringkat ketiga), Merpati Putih (peringkat keempat puluh tiga), dan Merepih Alam (peringkat kesembilan puluh).
Sampai tahun 2023,
Badai Pasti Berlalu masih belum kunjung dirilis ulang dalam bentuk apapun. Sempat terdengar kabar master rekaman
Badai Pasti Berlalu hilang dilahap api pada saat Kerusuhan Mei 1998. Namun baru-baru ini Eros Djarot berujar bahwa master rekaman
Badai Pasti Berlalu kini disimpan oleh Musica Studio's dan diawasi oleh Eros sendiri.
Album
Badai Pasti Berlalu akhirnya dapat dirilis ulang dalam bentuk Piringan Hitam oleh Mastersound dan Elevation Records, yang bekerja sama dengan PHR Pressing setelah berhasil mendapatkan izin dari Eros Djarot. Album tersebut dapat dipesan melalui sistem pre-order mulai 4 Agustus 2024 dan dirilis pada 10 Agustus 2024.
= Remake 1999 dan 2007
=
Album
Badai Pasti Berlalu juga dirilis dalam dua versi rilis ulang, versi pertama adalah Chrisye dengan aransemen Erwin Gutawa dalam album berjudul sama tahun 1999 yang dirilis di bawah label rekaman Musica Studio's. Versi kedua adalah versi album lagu tema dari film daur ulangnya yang diaransemen Andi Rianto dan dirilis tahun 2007.
Daftar lagu
Keseluruhan lagu dari album ini diaransemen oleh Eros Djarot, Chrisye, dan Yockie Suryo Prayogo — kecuali "Pelangi", "Khayalku", "Angin Malam", "Semusim", dan "Cintaku" diaransemen oleh Debby Nasution.
= Rilisan kaset
=
= Rilisan khusus promo radio & piringan hitam 2024
=
Sebagai edisi khusus promo radio & piringan hitam 2024, lagu "E & C & Y", "Semusim" dan "Merpati Putih" intrumentalia tidak disertakan ke dalam piringan hitam.
Catatan
Penulis lagu "Merpati Putih", dan "Cintaku" sebelumnya hanya dikreditkan Eros Djarot saja.
Penulis lagu "Khayalku", "Angin Malam", dan "Semusim" sebelumnya dikreditkan Keenan Nasution dan Debby Nasution.
Personel
Menurut keterangan dari sampul album, kecuali beberapa yang dicatat:
Eros Djarot – syair (tracks 1–9, 11–12), musik (1–3, 8–10, 12–13), pengaransemen
Chrisye (dikreditkan sebagai "Christian") – vokal utama (tracks 1, 4–7, 9, 11), vokal latar (3–4), bass (1–13), gitar (2, 4, 10–11, 13), musik (4, 7, 10), pengaransemen
Yockie Suryo Prayogo – kibor (tracks 1–13), drum (1–3, 7, 9, 12–13), pengaransemen
Berlian Hutauruk – vokal utama (tracks 3, 5, 8, 12)
Fariz R.M. – drum (tracks 4, 10–11)
= Personel Tambahan
=
Keenan Nasution – musik, drum (tracks 5–6, 8)
Debby Nasution – musik (tracks 5–6, 8, 11), kibor (5–6, 8), pengaransemen (1, 5–6, 8, 11)
= Produksi
=
Eros Djarot – penata musik, produser, produser eksekutif
In Chung – produser eksekutif
Stanley – juru rekam
Markoes Djajadiningrat – perancang grafis
= Peralatan musik
=
Menurut keterangan dari Yudianto:
Kibor – Fender Rhodes, Yamaha organ, Hammond, Minimoog, Roland strings, Hohner strings, Kawai Acoustic Piano, Lowrey organ
Gitar – Gitar akustik, Fender electric guitar, Fender Jazz Bass
Drum – Ludwig drums
Sejarah rilis
Catatan kaki
Catatan
Rujukan
Majalah Rolling Stone Indonesia. "150 Albums Indonesia Terbaik Sepanjang Masa". Edisi Desember 2007
Lihat pula
150 Album Indonesia Terbaik Majalah Rolling Stone
Pranala luar
(Inggris)
Badai Pasti Berlalu di Discogs