Binjai (abjad Jawi: بنجاي, Tulisen karo:ᯆᯩᯉ᯳ᯐᯩᯤ) adalah salah satu
Kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Binjai terletak sekitar 22 km di sebelah barat ibu
Kota Provinsi Sumatera Utara, yaitu
Kota Medan. Sebelum berstatus
Kota,
Binjai adalah ibu
Kota Kabupaten Langkat yang kemudian dipindahkan ke Stabat.
Binjai berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat di sebelah barat dan utara serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah timur dan selatan. Jumlah penduduk
Kota Binjai sebanyak 279.302 jiwa pada tahun 2021, dengan kepadatan 3.095 jiwa/km², dan pada pertengahan tahun 2023 sebanyak 305.977 jiwa.
Binjai merupakan salah satu daerah dalam proyek pembangunan Mebidang yang meliputi kawasan Medan,
Binjai dan Deli Serdang. Saat ini,
Binjai dan Medan dihubungkan oleh Jalan Raya Lintas Sumatra yang menghubungkan antara Medan dan Banda Aceh. Oleh karena ini,
Binjai terletak di daerah strategis di mana merupakan pintu gerbang
Kota Medan ditinjau dari provinsi Aceh.
Binjai sejak lama dijuluki sebagai
Kota rambutan karena rambutan
Binjai memang sangat terkenal. Bibit rambutan asal
Binjai ini telah tersebar dan dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia seperti Blitar, Jawa Timur menjadi komoditas unggulan daerah tersebut.
Sejarah
Pada masa silam
Kota Binjai disebut sebagai sebuah
Kota yang terletak di antara Sungai Mencirim di sebelah timur dan Sungai Bingai di sebelah barat, terletak di antara dua kerajaan Melayu yaitu Kesultanan Deli dan Kerajaan Langkat. Berdasarkan penuturan para leluhur, baik yang dikisahkan atau yang diriwayatkan dalam berbagai tulisan yang pernah dijumpai,
Kota Binjai itu berasal dari sebuah kampung yang kecil terletak di pinggir Sungai Bingai, kira-kira di Kelurahan Pekan
Binjai yang sekarang. Upacara adat dalam rangka pembukaan Kampung tersebut diadakan di bawah sebatang pohon
Binjai (Mangifera caesia) yang rindang yang batangnya amat besar, tumbuh kokoh di pinggir Sungai Bingai yang bermuara ke Sungai Wampu, sungai yang cukup besar dan dapat dilayari sampan-sampan besar yang berkayuh sampai jauh ke udik.
Di sekitar pohon
Binjai yang besar itulah kemudian dibangun beberapa rumah yang lama-kelamaan menjadi besar dan luas yang akhirnya berkembang menjadi bandar atau pelabuhan yang ramai didatangi oleh tongkang-tongkang yang datang dari Stabat, Tanjung Pura dan juga dari Selat Malaka. Kemudian nama pohon
Binjai itulah yang akhirnya melekat menjadi nama
Kota Binjai.
Binjai adalah sejenis pohon yang buahnya dapat dimakan. Pohon tersebut juga dikenal dengan nama embacang. Kata
Binjai berasal dari bahasa Melayu.
Dalam versi lain yang merujuk dari beberapa referensi, asal-muasal kata "
Binjai" merupakan kata baku dari istilah "Binjéi" yang merupakan makna dari kata "ben" dan "i-jéi" yang dalam bahasa Karo artinya "bermalam di sini". Pengertian ini dipercaya oleh sebagian masyarakat asli
Kota Binjai, khususnya suku Karo. Hal ini berdasarkan fakta sejarah bahwa pada masa dahulu kala,
Kota Binjai merupakan perkampungan yang berada di jalur yang digunakan oleh pemikul garam (bahasa Batak Karo: perlanja sira), yaitu pedagang yang membawa barang dagangan dari dataran tinggi Karo dan menukarnya dengan pedagang garam di daerah pesisir Langkat.
Perjalanan yang ditempuh perlanja sira ini hanya dengan berjalan kaki menembus hutan belantara menyusuri jalur tepi sungai dari dataran tinggi Karo ke pesisir Langkat dan tidak dapat ditempuh dalam waktu satu atau dua hari, sehingga selalu bermalam di tempat yang sama, begitu juga sebaliknya, kembali dari dataran rendah Karo yaitu pesisir Langkat, Para perlanja sira ini kembali bermalam di tempat yang sama pula, selanjutnya seiring waktu menjadi sebuah perkampungan yang mereka namai dengan "Kuta Benjéi".
= Masa Pendudukan Belanda
=
Pada tahun 1823, Gubernur Inggris yang berkedudukan di Pulau Penang mengutus John Anderson ke pesisir Sumatra timur dan dalam catatannya disebutkan sebuah kampung yang bernama "Ba Bingai". Sejak tahun 1822,
Binjai telah dijadikan bandar/pelabuhan dimana hasil pertanian lada yang diekspor adalah berasal dari perkebunan lada di sekitar ketapangai (pungai) atau Kelurahan Kebun Lada/Damai.
Selanjutnya pada tahun 1864, Daerah Deli telah dicoba ditanami tembakau oleh pioner Belanda bernama J. Nienkyis yang mendorong didirikannya Deli Maatschappij pada tahun 1866. Orang Belanda berusaha menguasai Tanah Deli menggunakan politik pecah belah melalui pengangkatan datuk-datuk. Usaha ini ditentang oleh Datuk Kocik, Datuk Jalil dan Suling Barat, sementara Datuk Sunggal tidak menyetujui pemberian konsensi tanah kepada perusahaan Rotterdenmy oleh Sultan Deli karena tanpa persetujuan. Di bawah kepemimpinan Datuk Sunggal bersama rakyatnya di Timbang Langkat (
Binjai) dibuat benteng pertahanan untuk menghadapi Belanda.
Belanda merasa terhina atas tindakan ini dan memerintahkan kapten Koops untuk menumpas para datuk yang menentang Belanda. Pada 17 Mei 1872 terjadilah pertempuran yang sengit antara Datuk/masyarakat dengan Belanda. Peristiwa perlawanan inilah yang menjadi tonggak sejarah dan ditetapkan sebagai hari jadi
Kota Binjai. Perjuangan para datuk/rakyat terus berkobar dan pada akhirnya pada 24 Oktober 1872 Datuk Kocik, Datuk Jalil dan Suling Barat dapat ditangkap Belanda dan kemudian pada tahun 1873 dibuang ke Cilacap. Pada tahun 1917 oleh Pemerintah Belanda dikeluarkan Instelling Ordonantie No.12 dimana
Binjai dijadikan Gemeente dengan luas 267 Ha.
= Masa Pendudukan Jepang
=
Pada tahun 1942-1945
Binjai dibawah Pemerintahan Jepang dengan kepala pemerintahan Kagujawa (dengan sebutan Guserbu) dan tahun 1944/1945 pemerintahan
Kota dipimpin oleh ketua Dewan Eksekutif J. Runnanbi dengan anggota Dr. RM Djulham, Natangsa Sembiring dan Tan Hong Poh.
= Masa Kemerdekaan Indonesia
=
Pada tahun 1945, (saat revolusi) sebagai kepala pemerintahan
Binjai adalah RM. Ibnu. Pada 29 Oktober 1945, T. Amir Hamzah diangkat menjadi residen Langkat oleh komite nasional. Pada masa pendudukan Belanda tahun 1947
Binjai berada di bawah Asisten Residen J. Bunger dan RM. Ibnu sebagai Wakil Wali
Kota Binjai. Pada tahun 1948 -1950 pemerintahan
Kota Binjai dipegang oleh ASC More. Tahun 1950-1956
Binjai menjadi
Kota Administratif kabupaten Langkat dan sebagai wali
Kota adalah OK Salamuddin kemudian T. Ubaidullah Tahun 1953-1956. Berdasarkan Undang-Undang Daruat No.9 Tahun 1956
Kota Binjai menjadi otonom dengan wali
Kota pertama SS Parumuhan.
Dalam perkembangannya
Kota Binjai sebagai salah satu daerah tingkat II di propinsi Sumatera Utara telah membenahi dirinya dengan melakukan pemekaran wilayahnya. Semenjak ditetapkan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1986 wilayah
Kota Binjai telah diperluas menjadi 90,23 km2 dengan 5 wilayah kecamatan yang terdiri dari 11 desa dan 11 kelurahan. Setelah diadakan pemecahan desa dan kelurahan pada tahun 1993 maka jumlah desa menjadi 17 dan kelurahan 20. Perubahan ini berdasarkan Keputusan Gubenur Sumatera Utara No.140-1395 /SK/1993 tanggal 3 Juni 1993 tentang Pembentukan 6 Desa Persiapan dan Kelurahan Persiapan di
Kota Binjai. Berdasarkan SK Gubenur Sumatera Utara No.146-2624/SK/1996 tanggal 7 Agustus 1996, 17 desa menjadi kelurahan.
Geografi
Letak geografis
Binjai 03°03'40"–03°40'02" LU dan 98°27'03"–98°39'32" BT. Ketinggian rata-rata adalah 28 meter di atas permukaan laut. Sebenarnya,
Binjai hanya berjarak 8 km dari Medan bila dihitung dari perbatasan di antara kedua wilayah yang dipisahkan oleh Kabupaten Deli Serdang. Jalan Raya Medan
Binjai yang panjangnya 22 km, 9 km pertama berada di dalam wilayah
Kota Medan, Km 10 sampai Km 17 berada dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang dan mulai Km 17 adalah berada dalam wilayah
Kota Binjai.
Ada 2 sungai yang membelah
Kota Binjai yaitu Sungai Bingai dan Mencirim yang menyuplai kebutuhan sumber air bersih bagi PDAM Tirta Sari
Binjai untuk kemudian disalurkan untuk kebutuhan penduduk
Kota. Namun di pinggiran
Kota, masih banyak penduduk yang menggantungkan kebutuhan air mereka kepada air sumur yang memang masih layak dikonsumsi.
= Batas Wilayah
=
Iklim
Kota Binjai memiliki iklim hutan hujan tropis (Af) dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun.
Pemerintahan
= Daftar Wali Kota
=
Keterangan
= Dewan Perwakilan
=
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD
Kota Binjai dalam tiga periode terakhir.
= Kecamatan
=
Kota Binjai terdiri dari 5 kecamatan dan 37 kelurahan dengan luas wilayah mencapai 59,19 km² dan jumlah penduduk sekitar 274.697 jiwa (2017) dengan kepadatan penduduk 89 jiwa/km².
Daftar kecamatan dan kelurahan di
Kota Binjai, adalah sebagai berikut:
Kota Binjai terbagi atas 5 kecamatan yang kemudian dibagi lagi menjadi 37 kelurahan dan desa. Sedianya
Binjai hanyalah sebuah kecamatan di dalam lingkup Kabupaten Langkat. Lima kecamatan tersebut masing-masing adalah:
Binjai Kota
Binjai Utara
Binjai Selatan
Binjai Barat
Binjai Timur
Kecamatan
Binjai Kota,
Binjai Timur dan
Binjai Selatan baru dibentuk pada tahun 1981.
Kota Binjai sebelumnya merupakan tempat bermarkas Kepolisian Resort Langkat yang mengurusi urusan kepolisian
Kota Binjai dan Kabupaten Langkat. Pada tahun 2001, Polres Langkat kemudian dipindahkan bermarkas di Stabat, ibu
Kota Kabupaten Langkat. Sedangkan untuk
Kota Binjai dibentuk Kepolisian Resort
Kota Binjai (Polresta
Binjai). Tepat di depan kantor wali
Kota, terdapat Lapangan Merdeka dan Pendopo Umar Baki di Jalan Veteran. Lapangan Merdeka merupakan alun-alun warga
Kota Binjai sedangkan Pendopo Umar Baki adalah gedung serba guna untuk melangsungkan banyak acara resmi maupun tidak resmi.
Demografi
Kota Binjai merupakan
Kota multi etnis, yang dihuni oleh suku Melayu, Batak, termasuk Toba, Karo, Mandailing, Angkola, kemudian Jawa, Tionghoa, dan suku lainnya. Kemajemukan etnis ini menjadikan
Binjai kaya akan kebudayaan yang beragam. Jumlah penduduk
Kota Binjai sampai pada April 2016 adalah 267.901 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.961,86 iwa/km². Tenaga kerja produktif sekitar 160.000 jiwa. Banyak juga penduduk
Binjai yang bekerja di Medan karena transportasi dan jarak yang relatif dekat.
= Agama
=
Agama di
Binjai terutama:
Islam–dipeluk mayoritas suku Melayu, Jawa, Batak Mandailing dan sebagian suku Karo dan Toba.
Kristen–dipeluk sebagian besar suku Karo, Batak Toba, Nias, dan sebagian Tionghoa.
Buddha–dipeluk mayoritas suku Tionghoa yang berdomisili di
Binjai Kota dan
Binjai Barat.
Hindu–ada 1 pura di
Binjai berlokasi di Jalan Ahmad Yani, agama Hindu dipeluk terutama oleh etnis India dan beberapa dari suku Bali.
Ekonomi
Daerah komersial dan pusat perekonomian serta pusat pemerintahan terutama berpusat di wilayah Kecamatan
Binjai Kota. Kawasan perindustrian dipusatkan di daerah
Binjai Utara, sedangkan di sebelah timur dan selatan adalah daerah konsentrasi pertanian. Daerah pengembangan peternakan dipusatkan di kawasan
Binjai Barat. Kawasan Industri
Binjai di Kecamatan
Binjai Utara direncanakan di Kelurahan Cengkih Turi dengan luas wilayah 300 ha.
Binjai juga adalah penghasil minyak bumi dan gas ditandai dengan kawasan eksplorasi minyak bumi dan gas alam di kawasan Tandam Hilir, Kecamatan
Binjai Utara.
Data tahun 1999 menunjukkan bahwa 29% dari total kegiatan perekonomian di Kotamadya
Binjai bersumber dari sektor perdagangan dan jasa. Sedangkan sektor industri menyumbang nilai 23% dari total kegiatan perekonomian tadi. Pendapatan per kapita penduduk
Binjai adalah sebesar Rp. 3,3 juta, sayang angka ini masih berada di bawah rata-rata pendapatan per kapita provinsi Sumatera Utara yang besarnya Rp. 4,9 juta.
Laju pertumbuhan ekonomi
Kota Binjai atas dasar harga tetap sebesar 5,68 persen pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan kenaikan yang cukup baik jika dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 5,32 persen. Secara umum ada empat sektor yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB
Kota Binjai yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa–jasa
Bidang perkebunan tentu saja yang menjadi perhatian adalah perkebunan rambutan yang mencapai 425 ha dengan kapasitas produksi 2.400 ton per tahun. Sayangnya, kapasitas sebesar ini tidak dibarengi dengan modernisasi industri pengolahan rambutan menjadi komoditas unggulan yang bernilai plus dibandingkan dengan hanya menjual buah rambutan itu sendiri, misalnya industri pengalengan rambutan dengan jalur pemasaran yang komplet.
= Pusat Perbelanjaan
=
Pusat perbelanjaan tradisional di
Binjai melayani penjual dan pembeli dari
Binjai sendiri dan Kabupaten Langkat. Pasar tradisional misalnya:
Pusat Pasar Tavip–merupakan pasar tradisional terbesar di
Binjai, lokasi di
Binjai Kota.
Pasar Kebun Lada–berlokasi di
Binjai Utara
Pasar Brahrang–berlokasi di
Binjai Barat
Pasar Rambung–berlokasi di
Binjai Selatan
Pasar Trengganu–berlokasi di
Binjai Timur
Selain itu juga ada pusat perbelanjaan modern seperti:
Binjai Supermall
Pusat perbelanjaan Suzuya
Mini Market Tahiti
Mall Ramayana
Pertokoan komersial yang lebih kecil terutama terpusat di rumah toko (ruko) sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, juga ada Jalan Ahmad Yani (d/h Jalan Bangkatan) yang menjadi pusat makanan di malam hari.
Pendidikan
Sampai saat ini, jumlah sekolah umum yang terdaftar di Pemerintah Dati II
Binjai adalah 154 SD, 37 SMP, 9 MT, 31 SMU dan 10 MA, keseluruhan berjumlah 241 buah. Jumlah penduduk usia sekolah wajib (di bawah 19 tahun) adalah 78.000 jiwa. Dari total jumlah 241 buah sekolah ini, 85 sekolah di antaranya terletak di
Binjai Utara. Salah satu sekolah yang terkenal adalah Sekolah Swasta Methodist
Binjai yang masuk dalam 40 sekolah unggulan menurut majalah GATRA dengan judul "40+ Sekolah Unggulan" untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Transportasi
Sarana transportasi di dalam
Kota Binjai terutama adalah beca mesin roda tiga yang unik dan mobil angkutan umum yang disebut sudako. Untuk transportasi ke luar
Kota, selain transportasi jalan, ada juga kereta api yang menghubungkan
Binjai dengan Medan dan Kwala di Kabupaten Langkat.
Sampai dengan tahun 2007, prasarana jalan di
Kota Binjai terdiri dari:
Jalan aspal 298 kilometer
Jalan kerikil 31 kilometer
Jalan tanah 91 kilometer
Letak
Binjai sekitar 2 jam perjalanan darat ke Bandara Kualanamu, Medan. Selain itu, pelabuhan terdekat juga telah dihubungkan dengan jalan tol Medan-
Binjai dan jalan tol Belmera.
Pada akhir tahun 2015, sistem Bus Rapid Transit Trans Mebidang telah beroperasi di
Kota Medan,
Kota Binjai, dan Kabupaten Deli Serdang.
Pariwisata
Kota Binjai berkembang dengan pesat dan terus berbenah menjadi
Kota tujuan wisata. Sejumlah objek wisata alam atau sejarah di
Kota ini, antara lain; Arung Jeram Sungai Bingai; Masjid Agung
Binjai; Pantai Sei Bingei; Tugu Perjuangan 1945; dan Vihara Setia Buddha.
Telekomunikasi
Kota Binjai dengan kode pos 20700, saat ini mempunyai satu kantor pos induk di Jalan Jenderal Sudirman dengan dua kantor pos pembantu.
Kesehatan
= Rumah Sakit
=
Ada 7 rumah sakit besar kecil yang melayani kebutuhan kesehatan penduduk
Binjai yaitu:
RS Korem 023
Binjai
RS Umum
Binjai (Dr. Djoelham)
RS Bangkatan
RS PTP IX
RS Bidadari
RS Umum Latersia
RS Umum Artha Medica
Lain-lain
=
Salah satu ikon
Kota Binjai adalah Tugu Perjuangan 1945 yang menjadi perlambang pintu gerbang
Kota Binjai menyambut kedatangan pengunjung dari luar
Kota.Tidak banyak yang mengetahui, bahwa peranan Muhammadiyah di awal-awal kemerdekaan tahun 1945 sangat-sangat dominan. Pengibaran sang saka Merah Putih pada tanggal 06 September 1945 bertepatan dengan 1 syawal 1365 H (Hari Jumat)dilaksanakan oleh Pengurus dan Anggota Muhammadiyah serta masyarakat umum lainnya segera setelah menerima telegram bahwa Republik Indonesia sudah MERDEKA.Pengakuan Pemko dalam hal ini dapat dilihat dengan adanya tatengger di jalan Perintis Kemerdekaan. Selain itu, sebelumnya
Binjai juga mempunyai ikon lain yaitu tugu air peninggalan zaman Belanda di Jalan Jenderal Sudirman yang sebelumnya digunakan untuk menyalurkan air bersih ke rumah-rumah di dalam
Kota. Namun peninggalan bersejarah ini beberapa tahun lalu telah digantikan dengan jejeran rumah toko.
= Pintu gerbang ke Langkat
=
Binjai juga adalah salah satu tempat transit bagi wisatawan yang ingin menuju ke kawasan wisata Bukit Lawang di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di Kabupaten Langkat yang berjarak 68 km di barat laut
Binjai. Bukit Lawang juga merupakan daerah konservasi mawas Sumatra (orang utan merah).
= Bentrokan TNI dan Polisi
=
Binjai pernah beberapa kali menjadi objek perhatian nasional karena beberapa peristiwa di antaranya peristiwa bentrokan anggota TNI dengan Polri yang mengakibatkan korban jiwa baik dari kedua belah pihak maupun dari sipil pada akhir tahun 2002. 2 unit yang bersengketa yaitu unit Yonif Linud 100/Prajurit Setia (Linud 100/PS) dari Kodam I/Bukit Barisan dan unit elite Brigade Mobil (Brimob) dari Polda Sumatera Utara.
Amir Hamzah, sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru, Pahlawan Nasional
Rizaldi Siagian, musikus
Pontas Purba, konduktor & musikus
Mulai Sebayang, Mantan Wali
Kota Binjai
Abadi Barus, Mantan Wali
Kota Binjai
Ali Umri, Mantan Wali
Kota Binjai
Ir. H. Djaili Azwar, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Komisaris Utama Bank Sumut
M.S. Kaban, Mantan Menteri Kehutanan RI; Ketua Umum Partai Bulan Bintang
Latief Sitepu, aktor dan pesinetron senior
Indra Jegel, pelawak tunggal dan aktor
Kota persahabatan
Blitar (2016)
Singapura (2016)
Lihat pula
Daftar Daerah Tingkat II
Referensi
Pranala luar
Situs resmi Pemerintah
Kota Binjai Diarsipkan 2013-03-08 di Wayback Machine.