Anita Cemerlang atau lebih populer disebut
Anita adalah majalah bulanan berisi kumpulan cerpen, yang pernah terbit di Indonesia. Majalah ini didirikan pada tahun 1978. Merangkul segmen remaja, tema-tema yang disodorkan lebih banyak bercerita tentang kehidupan seputar percintaan remaja; jatuh cinta, putus, penantian, harapan, persahabatan. Pendiri majalah ini adalah R. Risman Hafil, Kurniawan Junaedhie, dan Yanie Wuryandari.
Latar belakang
Januari 1978
Anita Cemerlang diterbitkan. Pangsa pembaca yang dibidik yaitu remaja putri dengan semboyannya, "Lambang Idola Para Gadis". Majalah kumpulan cerpen itu terbit bulanan. Pengelolanya yaitu Astuti Wulandari, didukung sejumlah redaktur antara lain Kurniawan Junaedhie, Yanie Wuryandari, dan Harry Suwandito. Seperti halnya kumpulan cerpen Gadis,
Anita dengan segera menampakkan ciri khasnya yaitu tidak menggunakan foto seorang model hasil bidikan fotografer melainkan gambar model hasil olahan seorang ilustrator.
Anita muncul dengan paras artis terkenal waktu itu seperti Paramitha Rusady, Desi Ratnasari, atau Nurul Arifin, namun tetap dalam bentuk lukisan cat air, dan bukan foto. Isinya nyaris 100 persen adalah fiksi, berupa cerpen, cerita mini, dan cerita bersambung. Setiap terbit,
Anita menampilkan 14 cerpen pilihan ditambah sebuah cerpen andalan dari pengarang yang terkenal pada masa itu, yang judulnya dipilih sebagai cover story. Cerpen dan cerita bersambung yang dimuat di
Anita mencerminkan tren cerpen remaja yang sedang berkembang saat itu, yaitu populer. Temanya tak jauh dari cerita tentang kehidupan remaja: jatuh cinta, patah hati, persahabatan, dan pertemuan. Maka konflik yang muncul di antara tokoh itu berkisar pada status sosial orang tua masing-masing, perebutan pacar, atau persoalan-persoalan remeh-temeh di sekitar usia pubertas. Tokoh-tokohnya dilukiskan sangat ideal, tampan atau cantik. Cerpen yang termuat jarang tidak memakai tokoh remaja idola (laki-laki maupun perempuan). Dari segi penokohan, umumnya menampilkan tokoh-tokoh yang tidak jelas identitas tradisi-kulturalnya.
Kejayaan
Nama
Anita diambil dari nama sebuah majalah berbahasa Belanda yang dianggap sesuai dengan pembaca majalahnya yang akan dibidiknya: remaja putri. Majalah itu dengan cepat merebut penggemar di kalangan remaja putri Indonesia. Kesuksesan
Anita langsung ditiru oleh penerbitan sejenis. Tercatat, setelah terbitnya
Anita, terbit pula majalah kumpulan cerpen seperti Ringan, Pesona, Mama, Fimela, Jelita, Melati, dan lain-lain. Itulah yang kemudian pada tahun 1980 mendorong Departemen Penerangan Republik Indonesia melayangkan surat teguran kepada
Anita agar menggunakan surat izin yang resmi atau Surat Izin Terbit (SIT) dan tidak lagi menggunakan izin Sie Bintibmas. Risman pun tak kalah gesit. Ia langsung menggunakan SIT yang pernah digunakan majalah anak-anak
Cemerlang miliknya, dan menggabungkan dengan nama
Anita. Namanya pun berubah menjadi
Anita Cemerlang. Meski telah menjadi majalah resmi, Risman tetap mempertahankan ciri khasnya, yaitu sampul majalahnya tetap menggunakan gambar ilustrasi, dan isinya bertema remaja. Hanya karena permintaan pembaca, beberapa tahun kemudian,
Anita Cemerlang mulai menyelipkan feature dalam setiap edisinya dengan menambah rubrik khusus untuk tulisan nonfiksi yang diberi nama Cita. Tahun 1982 adalah titik tolak perkembangan majalah
Anita Cemerlang, di mana waktu itu sempat terbit tiga kali sebulan, yang dimulai pada volume 57 edisi ke-2. Namun masa kejayaan
Anita Cemerlang terjadi pada kisaran tahun 1985 saat pimpinan redaksi dipegang oleh Adek Alwi. Saat itu, tirasnya mencapai 65.000 eksmplar setiap bulan. Popularitas
Anita Cemerlang di kalangan remaja Indonesia mengantarkan majalah ini menjadi andalan serta wahana kreativitas bagi cerpenis muda. Banyak nama pengarang yang kini menghiasi media massa Indonesia lahir kali pertama dari majalah remaja ini. Sebut saja Kurnia Effendi, Gol A Gong, Weny Suryandari, dan Ana Mustamin adalah alumni
Anita Cemerlang.
Berhenti terbit
Anita Cemerlang berhenti terbit pada tahun 2000, saat pimpinan redaksi dipegang oleh Bens Leo. Penyebabnya adalah munculnya desakan terbitnya majalah-majalah baru dengan tampilan baru. Hal lain yang cukup mempengaruhi penurunan minat terhadap majalah itu adalah karena semakin kurang fokusnya
Anita Cemerlang pada tema-tema remaja, sudah tidak mengutamakan cerpen, di mana saat itu menambahkan beberapa rubrik.
Tahun 2009 para penulis yang karya-karyanya pernah dimuat di majalah
Anita Cemerlang kembali berkumpul dalam sebuah reuni di Jakarta. Acara ini, selain menjadi ajang silaturahim, pertemanan, juga dimanfaatkan untuk bernostalgia antarsesama penulis yang kala itu masih remaja, dan sebagian sekarang sudah menjadi nenek/kakek.
Referensi