Santa
Clotilda (475–545), juga dikenal sebagai Clothilde, Clotild, Rotilde dll. (Latin Chrodechildis, Chlodechildis dari Franka *Hrōþihildi atau mungkin *Hlōdihildi, keduanya "terkenal di dalam perang"), merupakan istri kedua Raja Clovis I, dan seorang putri Kerajaan Bourgogne, dari Athanlidis - "Aþana yang dicintai", kakeknya, Aþana-reiks. Ia di venerasi sebagai Santa oleh Gereja Katolik Roma, ia berperan penting di dalam konversi terkenal suaminya ke agama Katolik dan dimasa tuanya ia kemudian terkenal karena zakatnya dan karya dermawannya.
Biografi
Clotilda lahir di istana Kerajaan Bourgogne di Lyon, ia adalah putri Chilperic II. Setelah kematian ayahanda Chilperic, Raja Gondioc pada tahun 473, ia dan saudara-saudaranya, Gondebaud dan Godegisel telah membagi warisan mereka; Chilperic II diduga memerintah di Lyon, Gondebaud di Vienne dan Godegisel di Jenewa.
Dari abad ke-6 keatas, pernikahan Clovis dan
Clotilda bertemakan narasi epik, dimana fakta-fakta asli material diubah dan berbagai versi menemukan jalan mereka ke dalam karya-karya penulis kronik Franka yang berbeda. Menurut Gregorius dari Tours (538–594), Chilperic II dibunuh oleh saudaranya, Gondebaud pada tahun 493, dan istrinya ditenggelamkan dengan sebuah batu yang tergantung dilehernya, dan kedua putrinya, Chrona bercadar dan
Clotilda dieksil - namun demikian, kisah ini dianggap sebagai Apokrifa Alkitab. Catatan Butler mengikuti Gregorius.
Setelah kematian Chilperic, ibunda
Clotilda tampaknya telah menetap di wilayah Godegisel di Jenewa, dimana putrinya yang lain, Chrona, mendirikan gereja Saint-Victor. Tak lama setelah kematian Chilperic, Clovis meminang
Clotilda. Mereka menikah pada tahun yang sama.
Pernikahan mereka menghasilkan beberapa keturunan:
Ingomer (lahir mati 494).
Clodomir (495–524), Raja Franka di Orléans dari tahun 511.
Childebert I (496–558), Raja Franka di Paris dari tahun 511.
Clotaire I (497–561), Raja Franka di Soissons dari tahun 511, Raja seluruh Franka dari tahun 558.
Clotilda (500-531), menikah dengan Amalarik, Raja Visigoth.
Clotilda dibesarkan di dalam kepercayaan Katolik dan tidak berhenti sampai suaminya mengharamkan Arianisme (versi Kekristenan yang dinamakan seperti pendirinya, Arius) dan memeluk agama Katolik Roma. Menurut Gregorius dari Tours di dalam Historia Francorum (Sejarah Franka), ketika
Clotilda membaptis anak pertamanya, ia meninggal tak lama kemudian. Clovis mencela dirinya; namun ketika Clodomir lahir, ia bersikeras untuk membaptisnya juga. Meskipun Clodomir juga jatuh sakit, tetapi ia sembuh dari sakitnya tak lama kemudian. Anak-anak lainnya yang lebih sehat mengikuti.
Kemenangan
Clotilda datang pada tahun 496, ketika Clovis masuk agama Katolik dan dibaptis oleh Santo Remi pada hari raya Natal pada tahun itu. Menurut tradisi, di malam Pertempuran Tolbiac melawan Suku Alemanni, Clovis berdoa kepada Tuhan, dan bersumpah akan dibaptis jika ia memenangkan pertempuran tersebut. Ketika ia benar-benar menang, Clovis bersiap-siap untuk menerima baptisnya. Bersamanya
Clotilda mendirikan Gereja Rasul-rasul Suci di Paris, yang setelah itu dikenal sebagai Biara Santa Geneveva. Setelah kematian Clovis pada tahun 511,
Clotilda mengundurkan diri ke Biara Santo Martin di Tours.
Kehidupan di kemudian hari
Pada tahun 523 putra-putra
Clotilda pergi berperang melawan sepupunya, Raja Sigismond dari Bourgogne, putra Gondebaud, yang menyebabkan pemecatan dan pemenjaraan Sigismond. Sigismond dibunuh tahun berikutnya dan tubuhnya dileparkan ke bawah sumur sebagai pembalasan simbolis atas kematian orang tua
Clotilda. Gregorius dari Tours menyatakan - dan lainnya banyak yang mengikuti - bahwa
Clotilda menghasut putra-putranya untuk berperang sebagai sarana balas dendam atas pembunuhan orangtuanya oleh Gondebaud dan lainnya seperti Godefroid Kurth, menduga kisah ini tidak meyakinkan dan apokrifa. Selanjutnya putra sulungnya, Clodomir tewas dibunuh di dalam kampanye Burgundian berikutnya di bawah pimpinan ahli waris Sigismund, Raja Godomar di dalam Pertempuran Vézeronce. Putrinya yang juga bernama
Clotilda, juga meninggal pada saat itu.
Clotilda berupaya keras untuk melindungi hak-hak ketiga cucunya, anak-anak Clodomir, melawan tuntutan putra-putranya yang masih hidup, Childebert dan Clotaire. Clotaire membunuh dua dari mereka dan satu-satunya yang bernama Clodoald (Cloud) selamat dan berhasil melarikan diri, ia kemudian memilih karier gerejawi.
Clotilda sama sekali tidak berhasil di dalam upayanya untuk mencegah perselisihan sipil di antara anak-anaknya.
Setelah kegagalan-kegagalan ini,
Clotilda tampaknya mendedikasikan dirinya ke dalam kehidupan suci. Ia menyibukkan dirinya dengan pembangungan gereja dan biara, serta lebih memilih untuk menjauhkan diri dari perebutan kekuasaan di istana. Gereja-gereja yang berhubungan dengannya terletak di Laon, dan Rouen.
Clotilda meninggal pada tahun 544 atau 545 di Tours dan dimakamkan di samping makam suaminya di dalam Gereja Rasul-rasul Suci (yang sekarang adalah Biara Santa Geneveva).
Venerasi
Kultus
Clotilda ini membuatnya menjadi pelindung ratu-ratu, janda-janda, para pengantin dan orang-orang yang dieksil. Terutama di Normandia, ia divenerasikan sebagai pelindung orang-orang yang lumpuh dan orang-orang yang menderita kematian tragis serta suami-suami yang bertemperamen buruk. Di dalam seni, ia sering digambarkan memimpin pembaptisan Clovis, atau sebagai pemohon di meja suci Santo Martin. Beberapa gambar-gambarnya yang bagus tertinggal, terutama di jendela kaca patri dari abad ke-16 di Les Andelys. Reliknya selamat dari Revolusi Prancis, dan sekarang ditempatkan di Gereja Saint-Leu-Saint-Gilles di Paris.
Clotilda merupakan santa pelindung di Les Andelys, Normandia. Pada tahun 511, Ratu mendirikan sebuah biara untuk gadis-gadis bangsawan disini. Tempat itu dihancurkan oleh suku Norman pada tahun 911. Di tempat yang sama didirikan sebuah gereja yang memiliki patung Santa
Clotilda. Juga di Les Andelys terdapat air mancur Santa
Clotilda yang terkenal dan diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit kulit.
Referensi
Artikel ini menyertakan teks dari suatu terbitan yang sekarang berada pada ranah publik: Chisholm, Hugh, ed. (1911). "perlu nama artikel ". Encyclopædia Britannica (edisi ke-11). Cambridge University Press.