Doksologi (bahasa Yunani: δοξολογία, doksologia, gabungan kata doksa yang berarti 'kemuliaan' dan logia yang berarti 'ucapan') adalah madah pendek kepada Allah di dalam berbagai bentuk ibadat Kristen.
Doksologi sering kali ditambahkan pada akhir pendarasan atau pelantunan puji-pujian, mazmur, dan madah. Tradisi ini berasal dari amalan serupa di sinagoga Yahudi, yakni amalan melisankan beberapa versi Kadisy untuk mengakhiri setiap bagian ibadat.
Dalam Doa Bapa Kami kaum Kristen, terdapat pula kalimat
Doksologi "kar'na Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin." Kidung Jemaat (KJ) 475 Ka'rna Engkaulah syair: Matius 6:13b perjanjian baru pada Alkitab terbitan LAI, Lagu: H.A. Pandopo 1980.
Rasul Paulus sering kali menggunakan
Doksologi, misalnya: Roma 11:36, Galatia 1:5, Efesus 3:21; sementara Forma Baptisan merupakan contoh penggunaan Ketiga Pribadi (Trinitas) dalam urutan sejajar (Matius 28:19). Penggunaan
Doksologi menjadi populer sejak abad ke-4, yaitu sebagai perlawanan terhadap bidaah Arianisme, yang ditandai dengan dirumuskannya Pengakuan Iman Nicea. Sejak saat itu mulailah dilakukan pembedaan kedua
Doksologi: "
Doksologi kecil" (Gloria Patri), dan "
Doksologi besar" (Gloria in Excelsis Deo) yang biasa dinyanyikan dalam misa di Gereja Katolik.
Di dalam tradisi Kekristenan,
Doksologi umumnya merupakan bentuk puji-pujian yang dinyanyikan bagi Tritunggal Mahakudus: Bapa, Anak/Putra, dan Roh Kudus.
Doksologi terdapat dalam Doa Syukur Agung, Brevir, himne, dan berbagai bentuk devosi Katolik seperti Novena dan Doa Rosario.
= Gloria in excelsis Deo
=
Gloria in excelsis Deo, yang disebut juga "
Doksologi Besar", merupakan
Doksologi yang adalah himne yang dimulai dengan kata-kata yang dinyanyikan oleh para malaikat ketika kelahiran Kristus diberitakan kepada para gembala dalam Lukas 2:14.
Doksologi ini umum digunakan sebagai bagian dari liturgi dalam misa Katolik.
= Gloria Patri
=
Gloria Patri merupakan
Doksologi yang paling banyak digunakan baik dalam banyak tradisi Kekristenan, terutama dalam Gereja Katolik Roma, Katolik Lama, Katolik Independen, Ortodoks, Reformed, Lutheran, Anglikan, Baptis, Metodis, dan Presbiterian.
Doksologi ini disebut sebagai "
Doksologi Kecil", yang membedakannya dengan rumusan Gloria in excelsis Deo yang disebut "
Doksologi Besar".
Doksologi ini dianggap sebagai pengakuan singkat atas kesetaraan tiga Pribadi Tritunggal Mahakudus.
= Doksologi Doa Syukur Agung
=
Dalam Misa Katolik pasca-Konsili Vatikan II, terdapat sebuah kalimat
Doksologi yang mengakhiri Doa Syukur Agung.
Doksologi ini biasanya dinyanyikan oleh Imam selebran bersama (para) Imam konselebran.
Dalam Tata Perayaan Ekaristi 2005, kata Dia dalam "Dengan pengantaraan Dia, ..." menggunakan nama Kristus, sehingga awalnya seruan ini berbunyi "Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia, dan dalam Dia, ...."
=
Doksologi Doa Bapa Kami merupakan teks tambahan dalam doa Bapa Kami dalam Alkitab (Matius 6:13).
Doksologi ini jarang digunakan dalam doa sehari-hari, dan penggunaan yang paling menonjol dalam peribadatan Katolik adalah pengucapan
Doksologi ini setelah embolisme dalam misa Katolik.
= Mazmur keseratus
=
Doksologi lain yang umum digunakan adalah melodi yang banyak digunakan dalam Gereja Kristen Protestan berbahasa Indonesia berasal dari lagu/melodi Old 100th atau Mazmur 100 yang dipercayai digubah oleh komposer Prancis Loys Bourgeois (c. 1510 - c. 1560). Lagu ini merupakan salah satu melodi yang paling sering dinyanyikan dalam tradisi musik Kristiani.
Melodi ini tadinya digunakan untuk versi bahasa Prancis dari Mazmur 134. Oleh Willian Kethe, melodi ini dipakai untuk lagu versi bahasa Inggris dari Mazmur 100. Melodi ini kemudian dikenal sebagai "The Hundredth" atau "Keseratus".
Terjemahan Indonesia
Ada paling sedikit tiga versi syair
Doksologi dalam bahasa Indonesia
Versi yang diambil dari buku himne Puji-Pujian Kristen (PPK) terbitan SAAT yang mengajarkan doktrin Tritunggal. Syair ini memakai klimaks "Pohon s'lamat sumber berkat". Istilah "pohon s'lamat" diambil dari Alkitab Terjemahan Lama yang berarti "Tuhan itu keselamatanku".
Versi yang diambil dari buku himne Kidung Jemaat (KJ) terjemahan Yayasan Musik Gereja (Yamuger) yang lebih mirip ke versi bahasa Inggris. Sajaknya adalah a-a-b-b
Versi baru yang diambil dari Kidung Puji-Pujian Kristen (KPPK) terjemahan tim SAAT yang sangat dekat ke versi bahasa Inggris, hanya saja sajaknya tidak puitis (a-b-a-c)
Kalimat
Doksologi tersebut, yang dinyanyikan di beberapa gereja Kristen Protestan di seluruh dunia selama hampir 350 tahun ini, dituliskan pada tahun 1674 oleh Thomas Ken, seorang uskup Anglikan di Inggris. Uskup Thomas Ken ini sangat berani dan dengan terus terang menegur kerusakan moral dari siapa pun bahkan penguasa pemerintah saat itu.
Bishop Ken menulis beberapa himne. Dia rindu orang Kristen bisa menyatakan pujian mereka kepada Allah tanpa dibatasi hanya pada kalimat-kalimat kitab Mazmur dan kalimat pujian lainnya dalam Alkitab yang biasa dinyanyikan orang Kristen masa itu. Kalimat-kalimat yang tidak saja berupa pujian tetapi juga pengajaran. Dia adalah salah satu penulis himne pertama yang kalimatnya bukan dari Kitab Mazmur.
Salah satu himne yang ia ciptakan adalah
Doksologi. Hymne ini ditulis untuk mengajarkan doktrin Tritunggal. Sebagai salah satu guru di Winchester College, ia mendorong para muridnya untuk bersaat-teduh / doa pagi setiap hari dan merenungkan kalimat
Doksologi ini. Himne
Doksologi ini kemudian hari disebut "Te Deum Laudamus Umat Protestan". Artinya "Himne Pujian Untuk Umat Protestan".
Referensi