Dosa, dari sudut pandang teologi Kristen, adalah pelanggaran cinta kasih terhadap Tuhan atau sesama yang dapat mengakibatkan terputusnya hubungan antara manusia dengan Allah. Utamanya,
Dosa disebabkan karena manusia mencintai dirinya sendiri atau hal-hal lain sedemikian rupa sehingga menjauhkan diri dari cinta terhadap Allah.
Dosa juga di pandang sebagai perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, baik itu melalui pikiran, perkataan, perbuatan manusia.
Menurut Kitab Suci
Dosa adalah ketidaktaatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan yang diungkapkan melalui pemberontakan dan pelanggaran manusia. Menurut Alkitab semua manusia telah jatuh ke dalam
Dosa karena Adam dan Hawa telah jatuh ke dalam
Dosa. Kepada Israel ditunjuk jalan keluar dari
Dosa, yakni mempersembahkan korban, a.l. korban penghapus
Dosa dan korban penebus salah. Dalam Perjanjian Baru Yesus Kristus diberitakan sebagai Penebus (Juruselamat) umat manusia dari segala
Dosa.
Dosa menurut rasul Paulus adalah (dalam arti keinginan daging) keadaan perseteruan terhadap Allah karena tidak takluk kepada hukum Allah (Roma 8:7).
Dosa menurut rasul Yohanes adalah pelanggaran terhadap hukum Allah (1 Yohanes 3:4).
Pandangan Gereja Katolik Roma
Katekismus Gereja Katolik (KGK) mendefinisikan bahwa
Dosa adalah satu pelanggaran terhadap akal budi, kebenaran, dan hati nurani yang baik.
Dosa tidaklah hanya sebatas perbuatan; KGK mengutip kata-kata seorang Bapa Gereja dan Pujangga Gereja, Santo Agustinus, bahwa
Dosa adalah "perkataan, perbuatan, atau keinginan yang bertentangan dengan hukum abadi".:1849
Dosa merupakan suatu penghinaan terhadap Allah, pemberontakan terhadap kasih Allah kepada manusia, dan membalikkan hati manusia dari Allah. Sama seperti
Dosa asal,
Dosa adalah satu bentuk keangkuhan dan ketidaktaatan kepada Allah; bertentangan dengan ketaatan Yesus yang melaksanakan keselamatan. Sehingga Santo Agustinus, mengatakan bahwa
Dosa adalah "cinta diri yang meningkat sampai menjadi penghinaan Allah".:1850 Dalam KGK tertulis bahwa akar
Dosa terletak di dalam hati manusia, dalam kehendak bebasnya (Matius 15:19-20). Namun dalam hati manusia juga ada kasih, sumber segala perbuatan baik dan suci, yang terluka karena
Dosa.:1853
= Penggolongan Dosa
=
Dalam KGK disebutkan bahwa ada beragam cara penggolongan
Dosa::1853
menurut objeknya,
menurut kebajikan yang bertentangan dengannya (Lihat: Tujuh
Dosa pokok)
menurut perintah yang dilanggarnya (Lihat: Doktrin Katolik mengenai Sepuluh Perintah Allah)
Dosa yang dilakukan langsung terhadap Allah, terhadap orang lain, atau terhadap diri sendiri
Dosa rohani atau jasmani
Dosa dalam pikiran, perkataan, perbuatan, atau karena kelalaian
=
Dalam 1 Yohanes 5:16-17 dinyatakan bahwa ada "
Dosa berat" (mortal sin) yang mendatangkan maut dan ada "
Dosa ringan" (venial sin) yang tidak mendatangkan maut.
Dosa berat
Dosa berat melawan kasih secara langsung dan menghancurkan kasih di dalam hati manusia sehingga Tuhan tidak dapat bertahta di dalam hati manusia. Sementara
Dosa ringan membiarkan kasih tetap ada, tetapi melukai dan memperlemah kasih dalam hati manusia.:1855 Karena kerusakan yang dihasilkan oleh
Dosa berat, sehingga membutuhkan satu usaha baru melalui kerahiman Allah dan suatu pertobatan hati yang secara normal hanya diperoleh dalam Sakramen Rekonsiliasi (Pengakuan
Dosa).:1856
Suatu
Dosa dikategorikan sebagai
Dosa berat jika memenuhi tiga kriteria sekaligus::1857
Terkait materi berat sebagai objek: pelanggaran terhadap Sepuluh Perintah Allah:1858
Dilakukan dengan penuh kesadaran, mengetahui kenyataan bahwa hal tersebut adalah
Dosa
Dilakukan dengan persetujuan yang telah dipertimbangkan secukupnya, sehingga menjadi keputusan kehendak secara pribadi
Ketidaktahuan karena kesalahan dan ketegaran hati tidak mengurangi bobot
Dosa, tetapi malah meningkatkannya (Markus 3:5-6, Lukas 16:19-31). Seseorang yang berada dalam keadaan
Dosa berat tidak dapat menyambut Komuni Kudus dalam Perayaan Ekaristi sebelum mendapat pengampunan melalui Sakramen Rekonsiliasi; pelanggaran terhadap hal ini memperberat bobot dosanya (sakrilegi).
Dosa ringan
KGK 1862 menyatakan bahwa seseorang dikatakan melakukan
Dosa ringan jika, dalam hal yang kurang serius, ia tidak memelihara standar yang ditetapkan dalam hukum moral; atau jika ia jmelanggar hukum moral terkait suatu materi berat, tetapi tanpa pengetahuan penuh atau tanpa persetujuan sepenuhnya. Kemudian dalam KGK 1863 dinyatakan bahwa
Dosa ringan melemahkan kasih; di dalamnya ada suatu kecondongan tidak teratur terhadap barang-barang ciptaan;
Dosa ringan juga menghalangi kemajuan jiwa dalam menjalankan kebajikan-kebajikan dan mempraktikkan moralitas yang baik.
Dosa ringan yang dilakukan dengan sengaja, dan tidak bertobat karenanya, mempersiapkan seseorang sedikit demi sedikit untuk melakukan
Dosa berat. Namun
Dosa ringan tidaklah memutuskan persahabatan dengan Allah, dan dapat diperbaiki secara manusiawi dengan bantuan rahmat-Nya.
Seseorang yang melakukan
Dosa ringan, dan telah memperoleh pengampunan, tidaklah terbebaskan dari hukuman (siksa
Dosa) sementara akibat dari
Dosa ringan yang diperbuatnya. Ia tetap harus menjalani pemurnian atau penyucian, jika tidak dilakukan sepenuhnya di kehidupannya yang sekarang maka dijalaninya kemudian (purgatorium). (Lihat: Indulgensi)
Selagi seseorang berziarah dalam daging, ia tidak bisa tidak memiliki -setidaknya- beberapa
Dosa ringan. Tetapi jangan meremehkan
Dosa-
Dosa yang kita sebut "ringan" itu. Jika kamu menganggapnya ringan, saat menimbang
Dosa-
Dosa itu, gemetarlah saat kamu menghitungnya. Sejumlah benda kecil membentuk satu timbunan besar, sejumlah tetesan air mengisi sebuah sungai, sejumlah butiran membentuk satu tumpukan. Lalu apa harapan kita? Di atas segalanya, pengakuan.
= Dosa partisipasi
=
KGK menyataan bahwa
Dosa adalah suatu tindakan pribadi, tetapi setiap manusia bertanggung jawab juga atas
Dosa orang lain kalau turut berpartisipasi atau berperan di dalamnya. Dengan kata lain bahwa seseorang dikatakan berdosa jika melakukan 'pembiaran' atas terjadinya
Dosa pada orang lain dengan melakukan salah satu hal berikut::1868
Mengambil bagian dalam
Dosa yang dilakukan orang lain secara langsung dan sukarela
Memerintahkan, menasihatkan, memuji, atau membenarkan
Dosa yang dilakukan orang lain
Menutup-nutupi atau tidak menghalangi
Dosa yang dilakukan orang lain, sekalipun tidak berkewajiban untuk melakukannya
Melindungi orang lain yang secara nyata adalah seorang penjahat
= Kronologi berkembangnya Dosa
=
Pada awalnya berupa godaan, tetapi kelalaian atau pembiaran terhadap godaan mengakibatkan terjadinya
Dosa ringan yang kemudian dapat menjadi
Dosa berat. Secara kronologis, proses berkembangnya
Dosa dapat dijelaskan dalam tahapan berikut:
Godaan
Dosa datang dalam pikiran dan dibiarkan
Menikmati godaan dalam pikiran, yang berarti menunggu untuk berbuah menjadi keinginan berdosa (Yakobus 1:15)
Godaan sampai di hati sehingga timbul keinginan untuk berbuat
Dosa, atau dengan kata lain sudah "berbuat
Dosa" (Matius 5:28)
Keputusan untuk berbuat
Dosa, belum sampai perbuatan namun sudah ada keputusan sebagai hasil dari keinginan
Perbuatan
Dosa dilakukan sebagai akibat nyata dari keputusan yang dibuat sebelumnya
Pengulangan perbuatan
Dosa yang sama sehingga menjadi keterikatan dan kebiasaan jahat
Timbul
Dosa yang lain akibat kebiasaan berbuat
Dosa yang sama, karena Tuhan sudah tidak bertahta dalam hati (Keluaran 9:12, Roma 1:28)
Kejahatan sudah berakar dalam jiwa dan timbul kebencian kepada Tuhan, sehingga dengan sadar dan segenap hati menghujat Roh Kudus—yang adalah
Dosa yang tidak terampuni (Markus 3:29)
= Akibat Dosa
=
Dosa menghancurkan relasi manusia dengan Tuhan sebagai efek vertikal, dan hubungan manusia dengan sesama sebagai efek horisontal; dengan kata lain bahwa tidak ada
Dosa yang bersifat pribadi. Semua
Dosa mempunyai dimensi sosial, contohnya
Dosa manusia pertama menghasilkan
Dosa asal yang mengakibatkan semua manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat
Dosa (konkupisensi). Sakramen Pembaptisan menghapuskan
Dosa asal, tetapi tidak menghapuskan kelemahan kodrat manusia dan kecenderungan kepada
Dosa.
Setiap
Dosa menciptakan kecondongan kepada
Dosa; pengulangan perbuatan-perbuatan jahat yang sama akan mengakibatkan kebiasaan buruk. Sehingga mengakibatkan terbentuknya kecenderungan yang salah, menggelapkan hati nurani, dan menghambat keputusan konkret mengenai apa yang baik dan yang buruk.
Dosa cenderung terulang lagi dan diperkuat, tetapi tidak menghancurkan seluruh perasaan moral.:1865 Dua orang Bapa Gereja ternama, St Yohanes Kasianus dan St Gregorius Agung, menggolongkan kebiasaan buruk menurut kebajikan yang merupakan lawannya; dinamakan tujuh
Dosa pokok, karena mengakibatkan
Dosa-
Dosa dan kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya.:1866 Di antara ketujuh
Dosa pokok tersebut,
Dosa kecongkakan (Latin: Superbia) seringkali disebut sebagai induk dari
Dosa-
Dosa lainnya - karena oleh penolakan akan kodrat manusiawi yang terbatas lah orang menyimpang dari keadaan asalinya yang sempurna.
Manusia tidak dapat melawan semua kecenderungan tersebut tanpa berkat dari Tuhan yang memampukan manusia untuk "berkata tidak" terhadap
Dosa. Karena
Dosa pertama dari Adam adalah
Dosa kesombongan—sehingga kadang disebut 'ibu
Dosa' dan adalah
Dosa pokok yang pertama—maka kerendahan hati adalah penawar utama untuk menerima berkat dari Tuhan secara berlimpah. Akibat dari
Dosa adalah kematian kekal yaitu perpisahan dengan Allah selama-lamanya. Seseorang yang meninggal dalam keadaan
Dosa berat karena pilihan bebasnya sendiri, mengabaikan kesempatan semasa hidupnya di dunia untuk bertobat, berisiko masuk dalam penderitaan neraka, yang berarti keterpisahan abadi dari Allah.
Lihat pula
Dosa asal
Dosa abadi
Ekskomunikasi
Pengakuan
Dosa
Referensi