Injil Tufuliyah Suryani, yang juga dikenal sebagai
Injil Tufuliyah Arab, adalah karya tulis apokrip Perjanjian Baru yang bertema
Tufuliyah atau masa kanak-kanak Yesus.
Injil ini ditulis seawal-awalnya pada abad ke-6, dan sebagian isinya merupakan saduran
Injil Tufuliyah Tomas,
Injil Yakobus, maupun
Injil Pseudo-Matius. Hanya ada dua naskah
Injil ini yang masih lestari sampai sekarang, kedua-duanya ditulis dalam bahasa Arab, yakni naskah yang dipertanggal tahun 1299 Masehi dan naskah yang dipertanggal abad ke-15 atau abad ke-16. Kedua naskah tersebut merupakan salinan yang dibuat di kawasan utara Irak dan menampakkan pengaruh Quran.
Isi
Injil Tufuliyah Suryani terdiri atas tiga bab:
Kelahiran Yesus – saduran Protevangelium Yakobus
Mukjizat-mukjizat yang terjadi dalam pengungsian ke Mesir – agaknya cuma berdasarkan cerita turun-temurun setempat
Mukjizat-mukjizat Yesus semasa kecil – saduran
Injil Tufuliyah Tomas
Meskipun demikian,
Injil ini mengandung beberapa bagian dari teks asli yang sudah banyak dibumbui, antara lain cerita kain lampin (Yesus) yang berkhasiat menyembuhkan orang, cerita keringat (Yesus) yang berubah menjadi balsam, cerita penyembuhan penderita kusta, dan cerita pencelupan kain menjadi beraneka warna hanya dengan menggunakan nila.
Injil ini juga meriwayatkan perjumpaan dini Yesus dengan Yudas Iskariot maupun dengan para penyamun yang kelak disalibkan bersama-sama dengannya, dan memuat pernyataan bahwa
Injil ini termasuk salah satu karya tulis paling awal.
Pertanggalan
Meskipun diduga disarikan dari sumber-sumber pustaka
Suryani yang dipertanggal abad ke-5 atau abad ke-6,
Injil ini dikenal sidang pembaca Eropa melalui salah satu versi bahasa Arabnya yang diterbitkan bersama terjemahan Latinnya oleh Henry Sike pada tahun 1697. Di dalam kata pengantar terjemahan William Hone, dikemukakan bahwa "
Injil ini diterima kaum Gnostis, salah satu golongan sempalan Kristen pada abad kedua..." Keberadaannya pertama kali disebut-sebut di dalam ulasan
Injil Matius yang ditulis Isyodad dari Maru, Bapa Gereja
Suryani abad ke-9. Narasi
Injil Tufuliyah Arab, khususnya bab ke-2, tentang mukjizat-mukjizat di Mesir, juga terdapat di dalam Quran. Sejumlah sarjana kritik mengklaim bahwa keberadaannya di dalam Quran mungkin adalah dampak dari pengaruh
Injil tersebut di kalangan masyarakat Arab. Tidak diketahui secara pasti apakah
Injil tersebut ada di Hijaz, tetapi agaknya memang demikian. Di lain pihak, para sarjana Islam berpendapat bahwa
Injil ini baru diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada kurun waktu pasca-Islam, baik karena orang-orang Eropa pada abad ke-16 tentu bakal menghadapi kesulitan menerjemahkan tulisan defektif Arab-awal ke dalam bahasa Latin, maupun karena sangat langkanya teks tertulis di jazirah Arab pada zaman pra-Islam. Penelitian termutakhir di bidang ilmu agama Islam yang dilakukan Sydney Griffith beserta rekan-rekannya pada tahun 2013, David D. Grafton pada tahun 2014, Clair Wilde pada tahun 2014, dan ML Hjälm beserta rekan-rekannya pada tahun 2016 dan 2017 menyimpulkan bahwa "yang dapat dikatakan tentang kemungkinan adanya versi Kristen dari
Injil tersebut di dalam bahasa Arab pada zaman pra-Islam hanyalah bahwa belum ditemukan tanda pasti dari eksistensi aktualnya." Selain itu, di dalam laporan penelitian termutakhirnya (tahun 2017), ML Hjälm mengemukakan bahwa "naskah-naskah berisi terjemahan-terjemahan
Injil-
Injil didapati tidak lebih awal daripada tahun 873".
Kemiripan dengan isi Quran
Salah satu kemiripan cerita
Injil Tufuliyah dengan isi Quran adalah kemiripan
Injil Arab Ihwal
Tufuliyah Juru Selamat dengan ayat 29-34 Surah Maryam, tentang Yesus yang sudah dapat berbicara sejak masih di dalam buaian.
Dia pernah berkata bahwa Yesus berbicara, dan sungguh tatkala berbaring di dalam ayunan dia berbicara kepada Maria ibunya, “Akulah Yesus, Putra Allah, Sang Logos, yang sudah engkau lahirkan, sebagaimana yang diwartakan Malaikat Gabriel kepadamu; dan Bapaku telah mengutus aku demi keselamatan dunia.”
Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (
Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” Itulah Isa putra Maryam, (yang mengatakan) perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya.
Kaitan dengan agama Mazdayasna
Bab ke-3
Injil ini memuat cerita tentang orang-orang bijak dari Timur, yang dalam satu dan lain hal sangat mirip dengan kisah orang-orang Majus di dalam
Injil Matius. Meskipun demikian, berbeda dari
Injil Matius,
Injil Tufuliyah Suryani menokohkan Zoradast (Zarathustra) sebagai sumber nubuat yang mendorong orang-orang bijak tersebut untuk mencari kanak-kanak Yesus.
Baca juga
Kisah Para Rasul (ragam sastra)
Agrafa
Daftar
Injil
Apokrifa Perjanjian Baru
Pseudepigrafa
Kritik teks
Rujukan
Bahan bacaan lanjutan
New Testament Apocrypha, Jld. 1, Philadelphia: Westminster Press, 1963
Elliott, James K. The Apocryphal New Testament: A Collection of Apocryphal Christian Literature in an English Translation. Oxford: Oxford University Press, 1993.
Pranala luar
Catholic Encyclopedia –
Injil Arab Ihwal
Tufuliyah Juru Selamat
Injil Arab Tentang Masa Kanak-Kanak Juru Selamat – di Pusat Teologi Terapan Wesley
Benarkah Alkitab adalah Sumber Quran?
Kitab Apokrip Perjanjian Baru "
Injil Tufuliyah Arab"