Ahmadiyah menganggap
Isa Almasih seorang manusia dan nabi yang terlahir dari Maryam. Berbeda dengan ajaran
Islam lainnya,
Ahmadiyah meyakini
Isa disalib namun tetap hidup, berdasarkan sumber-sumber Injil, Al Quran dan hadis, serta tulisan-tulisan (waḥyu and kasyf) dari Mirza Ghulam Aḥmad. Setelah menyelesaikan risalah kepada Bani Israil di Judea,
Isa diyakini berangkat ke timur menghindari penyiksaan di sana dan selanjutnya menyampaikan risalah kepada suku Israel lainnya.
dalam ajaran
Ahmadiyah,
Isa meninggal secara alami India.
Isa hidup sampai lanjut usia dan meninggal di in Srinagar, Kashmir, makamnya bertempat serta dimakamkan di tempat yang sekarang dinamai Roza Bal.
Meski mirip dengan pandangan
Islam pada umumnya, ajaran
Ahmadiyah mengenai
Isa mempunyai perbedaan mengenai penyalibannya dan kenaikannya ke surga, serta kedatangannya kedua kali pada akhir zaman menurut sumber-sumber
Islam pada umumnya
Ahmadiyah mempercayai bahwa kedatangan
Isa kedua kalinya telah terwujud
dalam rupa dan kepribadian Mirza Ghulam Aḥmad, yang memprakarsai gerakan
Ahmadiyah.
Ringkasan
Menurut kepercayaan
Ahmadiyah, penafsiran literal terhadap mukjizat
Isa dalam Al Quran (seperti menciptakan burung dari tanah dan menghidupkan orang mati) tidak sesuai dengan keesaan Allah
dalam Al Quran dan menciptakan pandangan semi-ilahiah pada
Isa. Pemahaman tersebut digantikan oleh tafsiran hermeneutika terhadap ayat Al Quran berkaitan dengan mukjizat tersebut. Misalnya, ayat yang menyebut
Isa menghidupkan orang mati dipahami sebagai menghidupkan 'kehidupan spiritual' dari orang yang telah mati secara spiritual.
Ulama-ulama
Ahmadiyah menganggap penafsiran ulama
Islam mengenai kedatangan
Isa yang kedua tidak akurat. Kepercayaan bahwa
Isa Almasih datang secara jasmani ke muka bumi dianggap tidak mungkin dan tidak realistik. Turunnya seorang nabi yang diutus untuk Bani Israel kepada umat Muhammad bertentangan dengan konsep Muhammad sebagai penutup para nabi.
Karena Al Quran dan hadis tidak mencantumkan istilah berkaitan dengan kembali ataupun kedatangan kedua
Isa Almasih saat akhir zaman,
Ahmadiyah meyakini nubuat tersebut murni bersifat alegoris. Gerakan tersebut menganggap ungkapan kedatangan kedua Almasih lebih sebagai "rupa"
Isa. Dengan kata lain, hadis yang dimaksud tentang kedatangan Almasih yang kedua kalinya adalah orang berbeda yang berdiri dengan semangat dan kecakapan yang sama dengan
Isa sebelumnya.
Selain itu, hadis mengenai kenabian
Isa dipahami oleh
Ahmadiyah sama dengan sosok Imam Mahdi. Bagi
Ahmadiyah,
Isa bin Maryam and Mahdi (yang juga dipakai
dalam tulisan
Islam mengenai akhir zaman), adalah satu orang dengan dua gelar.
Sejarah
Ghulam Ahmad,
dalam risalahnya Almasih di India (Urdu: Masih Hindustan Mein), mengatakan bahwa Nabi
Isa selamat dari penyaliban dan setelah itu melakukan perjalanan ke India setelah kematiannya di Yerusalem.
Pendapat bahwa
Isa Almasih berangkat ke India telah dikemukakan sebelum dinyatakan oleh Ghulam Ahmad, contoh terkenalnya ialah oleh Nicolas Notovitch pada tahun 1894, yang menyatakan bahwa
Isa berangkat ke India sebelum penyaliban. Mirza Ghulam Ahmad dengan tegas menolak pandangan yang diajukan Notovich tersebut, sebaliknya menyatakan bahwa keberangkatannya terjadi setelah penyaliban.
Tanggapan awal terhadap tulisan Ahmad
dalam bahasa Inggris muncul dari Howard Walter, seorang pastor Amerika di Lahore yang dapat berbahasa Urdu, The Ahmadiyya Movement (1918). Walter, seperti penulis lainnya, mengidentifikasi kisah Barlaam and Josaphat versi Muslim sebagai sumber primer yang dipakai Ahmad sekalipun faktanya empat bab dari kisah itu masing-masing dibuat dari sumber Injil, Al Quran dan hadis, tulisan pertabiban dan catatan-catatan sejarah.
dalam tulisannya, Mirza Ghulam Ahmad menjelaskan bahwa makam Roza Bal di Srinagar, yang bagi penduduknya dianggap makam seorang wali dari Bani Israil bernama Yus Azaf, sebenarnya merupakan makam
Isa Almasih.
Ajaran tersebut kemudian diteliti oleh para mubalig
Ahmadiyah. Kamaluddin and Khwaja Nazir Ahmad (1952), menambahkan lagi teori Notovich tentang kedatangan
Isa ke India sebelum penyaliban.
Meskipun telah ditolak berbagai sejarawan seperti indologis Günter Grönbold (1985) and Norbert Klatt (1988), teori Notovitch dan Ahmad didukung beberapa orang seperti arkeolog Fida Hassnain dan penulis Holger Kersten.
= Publikasi lainnya
=
Penganut
Ahmadiyah telah mempublikasi lebih luas tentang topik kematian Nabi
Isa secara alami dengan memperluas karya Ghulam Ahmad sehubungan dengan penemuan sejarah dan arkeologi terbaru. Pada tahun 1978, Mirza Nasir Ahmad, Khalifah ketiga gerakan
Ahmadiyah, berangkat ke London untuk menghadiri konferensi Deliverance from the cross yang diadakan Commonwealth Institute di Kensington. Konferensi ini dihadiri beberapa sarjana dan akademisi yang mempresentasikan makalah tentang keadaan sekitar penyaliban Yesus (
Isa dalam Islam) dan sudut pandang
Ahmadiyah tentang
Isa juga ditampilkan. Kuliah umum Nasir Ahmad mendiskusikan kelangsungan hidup Nabi
Isa setelah penyaliban, keberangkatannya ke timur, Tauhid menurut
Ahmadiyah dan status Nabi Muhammad.
Pada tahun 2003, Roza Bal sebagai makam Yesus diliput
dalam dokumenter BBC oleh Richard Denton, Did Jesus Die?. Kemungkinan Yesus ke India juga didiskusikan
dalam film dokumenter 2008 Jesus in India oleh Paul Davids.
Kematian Isa
Gerakan
Ahmadiyah mengajukan gagasan selamatnya
Isa Almasih dari penyaliban melalui paduan analisis alkitabiah dan al-Quran.
= Sumber Alkitab
=
Yesus menubuatkan nasibnya berakhir sepeti Yunus (Yunus tidak mati setelah ditelan ikan raksasa).[Matt 12:40]
Yesus disalib hanya beberapa jam saja. Kematian karena disalib biasanya memakan waktu beberapa hari. Setelah itu, kaki orang yang disalib akan dipatahkan sehingga orang tersebut tergantung dan tidak dapat bernapas.
dalam kasus Yesus, kakinya tidak dipatahkan sehingga kematian seharusnya terhindari. Ditambah, saat ditusuk tubuh Yesus mengeluarkan air dan darah, tanda jantungnya masih berdetak.
Jesus prayed to be rescued from death on the cross. [Matt 21:22]
Pilatus yang bersimpati kepada Yesus diam-diam berencana menyelamatkannya dari salib sebelum masuk hari sabat
Injil Yohanes mencatat bahwa Nikodemus membawa mur dan gaharu [Yohanes 19:39]. Rempah-rempah ini dianggap dapat menyembuhkan luka dan tidak masuk akal membawa keduanya untuk menyelenggarakan jenazah.
Menurut Taurat, seseorang yang mati digantung adalah orang terkutuk [Ulangan 21:22-23]; hal ini diungkit Paulus mengenai Yesus.[Galatia 3:13] Namun, istilah "terkutuk" berhubungan dengan setan, najis, dan ketidakpatuhan kepada Tuhan; Yesus sebagai utusan Tuhan dan dicintaiNya menjadikannya mustahil terkutuk dan bertemu situasi mati digantung di tiang salib.
Setelah terbangun dari "pingsan" (mengikut kepercayaan
Ahmadiyah), Yesus menampakkan lukanya pada Tomas [Yohanes 20:25-27], dan menampakkan bahwa ia bukanlah tubuh yang dibangkitkan dan supranatural, melainkan tubuh manusia biasa yang terluka. Ia juga nampak secara jasmani oleh banyak pengikutnya dan menampakkan luka yang dialaminya selama penyaliban. [Lukas 24:38-39]
Setelah lukanya cukup pulih, Yesus meninggalkan makam dan bertemu murid-muridnya, serta makan bersama mereka dan berjalan dari Yerusalem ke Galilea. [Lukas 24:50]
dalam penampakannya setelah penyaliban, Yesus meninggalkan makam
dalam gelapnya malam [Yohanes 20:1]; ia tampaknya menjauh dari sumber bahaya [Lukas 24:28-29]; dia menunjukkan dirinya hanya kepada murid-muridnya, orang-orang yang dia percayai dan belum kepada masyarakat umum [Yohanes 14:22]; serta bertemu mereka
dalam kegelapan di malam hari [Yohanes 20:19]. Narasi-narasi tersebut tidak menunjukan seseorang yang baru saja menginjak kematian di tangan musuh-musuhnya lalu diberi kehidupan baru yang kekal dengan jasmani yang tidak akan mati, tetapi lebih cocok dengan seseorang yang baru saja melewati dan menghindari penguasa dan masyarakat agar tidak ditangkap kembali.
Yesus menyatakan bahwa dia diutus hanya untuk "domba yang hilang dari umat Israel" [Matius 15:24] dan mengindikasikan bahwa dia akan pergi mencari Sepuluh Suku Israel yang Hilang (yang tinggal di luar wilayah Palestina) [Yohanes 10:16]. Orang-orang Yahudi pada zaman Yesus percaya bahwa suku yang hilang telah tersebar di negeri-negeri yang berbeda. [Yohanes 7:34-35]
Ketika Yusuf dari Arimatea meminta jasad Yesus diturunkan dari salib [Markus 15:43], Pilatus bertanya pada kepala pasukan apakah Yesus sudah mati, [Markus 15:44] kepala pasukan itu mengiyakannya. [Mark 15:45]. Orang itu percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah [Mark 15:39].
Tidak ada catatan
dalam Injil yang ditulis permulaan bahwa Yesus naik ke surga, menurut keyakinan
Ahmadiyah.
= Sumber Al Quran
=
Ahmadiyah menyatakan setidaknya ada 30 ayat Al-Quran yang menunjukkan bahwa Nabi
Isa tidak naik ke surga melainkan meninggal secara alami di muka bumi. Ayat-ayat
dalam Surat Al-Nisa (4:157-158) menunjukkan bahwa Yesus tidak mati disalib, melainkan bahwa Allah telah "mengangkat" Yesus kepada Tuhan sendiri (bukan ke surga).
157. (Kami menghukum pula mereka) karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Almasih,
Isa putra Maryam, Rasul Allah,”184) padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang menurut mereka menyerupai (
Isa). Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentangnya (pembunuhan
Isa), selalu
dalam keragu-raguan terhadapnya. Mereka benar-benar tidak mengetahui (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), kecuali mengikuti persangkaan belaka. (Jadi,) mereka tidak yakin telah membunuhnya.
158. Akan tetapi, Allah telah mengangkatnya (
Isa) ke hadirat-Nya.185) Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
(Al Quran, Surat An-Nisa ayat 157-158)
Karena Al-Quran berbicara tentang Allah yang Mahahadir di bumi dan di
dalam hati umat manusia, keberadaan Allah tidak boleh disalahartikan sebagai terbatas pada Surga saja, sehingga gerakan tubuh apa pun menuju Allah adalah mustahil.
Ahmadiyah menafsirkan kata Arab rafa'ahu yang artinya "mengangkatnya"
dalam ayat tersebut bermaksud "meninggikannya". Dengan kata lain, derajat dan kedudukan Nabi
Isa ditinggikan, dekat dengan Tuhan, alih-alih mati terkutuk seperti yang diinginkan musuh-musuhnya.
Untuk mendukung pandangan bahwa Nabi
Isa mengalami kematian duniawi,
Ahmadiyah menggunakan ayat berikut
dalam Quran 5:76:
75. Almasih putra Maryam hanyalah seorang rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Ibunya adalah seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya makan (seperti halnya manusia biasa). Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahlulkitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (dari kebenaran).
(Al-Quran, Surat Al-Maidah ayat 75)
dalam ayat tersebut, Nabi
Isa dibandingkan dengan rasul-rasul sebelumnya–semuanya telah meninggal secara alami dan tidak ada yang naik secara jasmani ke Surga.
Dari ayat berikut
dalam surat Ali Imran dan Al-Anbiya, Al-Quran menyatakan bahwa semua rasul sebelum Nabi Muhammad, termasuk
Isa Almasih, meninggal:
144. (Nabi) Muhammad hanyalah seorang rasul. Sebelumnya telah berlalu beberapa rasul...
[An-Nisa ayat 144]
8. Kami tidak mengutus sebelum engkau (Nabi Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka, bertanyalah kepada orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui.
9. Kami tidak menjadikan mereka (para utusan) sebagai jasad yang tidak membutuhkan makanan. Mereka tidak (pula) hidup kekal.
[Al-Anbiya ayat 8-9]
34. Kami tidak menjadikan keabadian bagi seorang manusia pun sebelum engkau (Nabi Muhammad). Maka, jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal?
[Al-Anbiya ayat 34]
= Hadis Nabi
=
Untuk membenarkan kematian
Isa, ulama
Ahmadiyah menggunakan referensi berbagai hadis
Islam. Sebagai contoh,
"Seandainya
Isa dan Musa masih hidup, tidak ada jalan lain selain mereka mengikutiku"
[Ibnu Kathir vol II, hal. 245 dan al yawaqit wal Jawahir, bab 2, hal. 24]"
Isa bin Maryam hidup selama 120 tahun, dan aku tidak melihat diriku kecuali memasuki permulaan usia enam puluh."
[Kanzul Ummal, bab 6, hal.120]
Jika Nabi Muhammad hidup dan meninggal pada usia 60-an, Nabi
Isa pasti juga telah mati. Dengan kata lain, karena Muhammad telah meninggal, maka dinyatakan bahwa
Isa Almasih juga pasti sudah meninggal.
Saat kejadian Mi'raj, Nabi Muhammad juga melihat
Isa Almasih di surga kedua bersama dengan Yahya. Karena
Islam percaya bahwa seseorang tidak bisa masuk surga atau neraka kecuali sudah meninggal, keberadaannya di surga menunjukkan bahwa
Isa sudah meninggal.
Kedatangan Isa kedua
Hadis dan Alkitab menunjukkan bahwa
Isa Almasih akan kembali pada akhir zaman. Hadis
Islam umumnya menggambarkan bahwa
Isa, setelah kedatangannya yang kedua kali, akan menjadi "Ummati" (Muslim) dan pengikut Muhammad, serta ia akan menghidupkan kembali kebenaran
Islam bukannya mengembangkan agama baru. Dengan kata lain, bahwa ia akan memulihkan agama Muhammad (sebagaimana
Isa telah memulihkan agama Musa).
Gerakan
Ahmadiyah menafsirkan kedatangan
Isa kedua kalinya yang dinubuatkan sebagai seseorang yang "mirip dengan
Isa" (mathīl-i ʿIsā), bukan Nabi
Isa itu sendiri. Mirza Ghulam Ahmad menyatakan bahwa perkataan ulama yang menyatakan bahwa
Isa sendiri yang turun adalah sebuah kesalahpahaman tafsir.
Penganut
Ahmadiyah menganggap bahwa sang pendiri gerakan, baik
dalam ajaran dan sifat maupun keadaan dan perjuangannya, juga merupakan representasi tidak langsung dari perjuangan Nabi
Isa.
= Kemiripan dengan Yesus (Isa)
=
Sejak saat itu, penganut
Ahmadiyah meyakini bahwa tanda-tanda kedatangan
Isa Almasih kedua kalinya telah digenapi oleh Mirza Ghulam Ahmad dan dilanjutkan dengan gerakannya.
kenabian seluruh umat
Pengikut gerakan
Ahmadiyah menegaskan bahwa kedatangan Almasih yang dinantikan di akhir zaman dikabarkan oleh semua agama besar. Nubuat Almasih secara historis berpecah menjadi beberapa teori dan interpretasi yang berbeda yang disaring melalui berbagai gerakan keagamaan dunia. Namun, nubuat Almasih yang asli hanya merujuk pada satu sosok saja. Dengan demikian, para penganut
Ahmadiyah menyatakan bahwa Almasih hadir bagi semua agama besar dunia dan umat manusia telah dipersatukan dengan munculnya seorang Almasih yang Dijanjikan (Mirza Ghulam Ahmad).
Keyakinan
Ahmadiyah adalah Allah akan menjadikan semua agama dunia memudar dan lama kelamaan condong ke arah keyakinan
Ahmadiyah; proses seperti itu akan mengikuti pola keadaan yang perlahan namun pasti dan memakan waktu yang sama seperti waktu yang dibutuhkan Kekristenan untuk bangkit menjadi dominan (misalnya kira-kira 300 tahun, sebagaimana perumpamaan Ashabul Kahfi).
Perselisihan dengan keyakinan Islam arus utama
Encyclopedia of
Islam menyatakan bahwa kepercayaan
Ahmadiyah tentang perjalanan
Isa Almasih ke timur setelah disalib dan kematiannya secara alami adalah satu dari tiga prinsip utama yang membedakan ajaran
Ahmadiyah dengan
Islam pada umumnya, serta hal itu memunculkan fatwa menentang gerakan tersebut.
= Konsep Penutup Para Nabi
=
Berdasarkan Al-Quran dan hadis, ulama Muslim berpendapat bahwa tidak ada satupun nabi yang diutus setelah Muhammed. Hal ini merupakan salah satu prinsip mendasar
dalam menolak dan menghambat
Ahmadiyah.
Ulama
Ahmadiyah menggunakan hadis dan sumber-sumber Al Quran yang menunjukkan pemahaman ini dianggap keliru dan salah menempatkan kebenaran. Hadis berikut misalnya menggambarkan konteks ketika Muhammad telah menyatakan dirinya sebagai "nabi terakhir", dengan riwayat yang sama ia juga menyatakan masjidnya sebagai masjid "terakhir".
Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Aku adalah yang terakhir di antara para nabi dan masjidku adalah yang terakhir di antara masjid para nabi. Masjid yang paling berhak dikunjungi dan perjalanan paling utama kepadanya adalah Masjidil Haram dan masjidku; Salat di masjidku seribu kali lebih utama daripada di masjid lain, kecuali Masjidil Haram."
(Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan disahihkan oleh Syekh Albani
dalam Sahih Targhib No. 1175)
Hadits ini mengimplikasikan retorika Muhammad sebagai "yang terakhir"
dalam pengertian mutlak. Apabila, misalnya Muhammad menyatakan masjidnya sebagai masjid "terakhir" dengan tafsiran yang sama, hal ini akan membatalkan semua masjid yang pernah dibangun setelah kedatangannya di Madinah.
Pemahaman
Ahmadiyah tentang istilah Khatam an-Nabiyyin (Penutup Para Nabi) adalah bahwa setelah Nabi Muhammad, tidak ada nabi lain yang muncul di luar agama
Islam. Dengan kata lain, seseorang yang kenabiannya terlepas dari Muhammad tidak dapat mengembangkan keyakinan baru.
Ulama Muslim menafsirkan dari hadis kembalinya Nabi
Isa secara jasmani setelah kedatangan Muhammad. Menurut Al Quran, wahyu Nabi
Isa hanya ditujukan untuk Bani Israil. Karena
Isa telah menerima wahyu secara terpisah dari Muhammad, hal ini akan melanggar konsep Khatam an-Nabiyyin secara keseluruhan.
Oleh sebab itu, penganut
Ahmadiyah menganggap bahwa, karena Ghulam Ahmad hanyalah seorang pengikut dan pembaharu iman
Islam yang asli, klaimnya sebagai nabi pengikut (sama seperti
Isa sebagai nabi pengikut ajaran Musa) sama sekali tidak melanggar Nabi Penutup (Muhammad).
= Selesainya kenabian
=
Klaim Mirza Ghulam Ahmad seorang nabi menciptakan perselisihan dengan arus utama
Islam, karena dianggap melanggar ajaran Al Quran dan hadis. Secara khusus, ulama
Islam melihat keyakinan
Ahmadiyah bertentangan dengan ayat
dalam Al Quran:
Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, melainkan dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
[Al Quran, Surat Al-Ahzab ayat 40]
= Khutbah Al-Wada
=
dalam Khutbah Al Wada', yang disampaikan beberapa bulan sebelum kematiannya, Muhammad memperingatkan umatnya dan manusia secara keseluruhan:
"Wahai manusia, tidak ada lagi Nabi atau Rasul yang akan datang selepasku dan tidak akan ada lain agama baru. Oleh itu wahai manusia, nilailah dengan betul dan pahamilah kata-kataku yang telah aku sampaikan kepada kamu. Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya, niscaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Al-Quran dan Sunnahku."
Namun, penganut
Ahmadiyah menafsirkan konteks hadits nabi terakhir untuk menandakan nabi pemberi hukum yang terbaik dan paling tinggi di antara semua nabi. Khutbah Al Wada' hanya menunjukkan bahwa tidak ada nabi yang akan datang segera setelah Muhammad meninggal.
Gerakan
Ahmadiyah menganggap bahwa tafsiran harfiah dari istilah "tidak ada nabi dan rasul sesudahku" dengan dibatasi begitu semangat oleh ulama
Islam arus utama, dan sepenuhnya paradoks dengan pandangan mereka sendiri tentang hadis kedatangan
Isa Almasih kedua kalinya. Apabila umat
Islam arus utama memandang bahwa Nabi
Isa turun dari langit secara jasmani pada akhir zaman, maka tidak masuk akal untuk menganggap bahwa nabi setelah Muhammad tidak akan datang sama sekali.
Ijma' para sahabat Nabi tentang kematian Isa Almasih
Ulama
Ahmadiyah menyatakan bahwa saat Muhammad meninggal dunia, para Sahabat berduka. Umar yang belum menerima kabar kematian sang Nabi mengangkat pedang sembari berkata akan membunuh orang yang berkata bahwa Muhammad telah meninggal. Pada kesempatan itu Abu Bakar mengutip ayat Al Quran:
144. (Nabi) Muhammad hanyalah seorang rasul. Sebelumnya telah berlalu beberapa rasul.122) Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
[Al Quran, Surat Ali Imran ayat 144]
Penganut
Ahmadiyah percaya bahwa tidak seorangpun sahabat yang menyatakan Nabi
Isa hidup secara jasmani di surga maupun akan turun ke bumi pada akhir zaman secara jasmani juga. Dengan demikian menurut ayat-ayat Al Quran,
Isa hanya mungkin meninggal secara alami.
Pemenuhan nubuat Almasih
Mirza Ghulam Ahmad menganggap riwayat hadis dan nubuat alkitabiah mengenai kedatangannya sebagai Mesias (Almasih) secara metaforis. Sebagai contoh
dalam tulisannya, Izala-e-Auham Mirza Ghulam Ahmad berkata:
Segi khusus yang kedua dari nubuat, yang berkaitan dengan kedatangan Almasih yang dijanjikan, adalah ia akan menghancurkan salib, membunuh babi dan membunuh Dajjal bermata satu. Setiap orang kafir yang menghirup napasnya akan mati seketika. Penafsiran spiritual dari segi ini adalah bahwa sang Almasih yang dijanjikan akan menghancurkan dengan kakinya segala kejayaan agama salib, bahwa ia akan menghancurkan senjata pendapat dari mereka yang diliputi rasa tidak tahu malu seperti babi, dan ditelan kejijikan seperti celeng, serta ia akan memusnahkan dengan pedang hujjah yang jelas penentangan dari mereka yang hanya diliputi mata dunia dan kehilangan mata iman sehingga hanya memiliki aib yang menyakitkan mata. Si mata satu tidak hanya seperti itu, tetapi juga setiap orang kafir yang melihat
Islam dengan jijik akan menderita kepunahan spiritual melalui napas pemikiran Almasih jaya. Singkatnya semua tanda-tanda tersebut adalah metaforis, segala makna yang telah diwahyukan kepadaku. Beberapa orang mungkin tidak menghargainya pada saat ini tetapi setelah mengunggu pada sampai waktu tertentu, dan kehilangan harapan yang telah mereka tunjukkan sebelumnya, semua mereka akan menerimanya." (Izala-e-Auham, Volume 3, halaman 141-143)
= Pertempuran melawan Dajjal
=
Mirza Ghulam Ahmad menguraikan gambaran Dajjal (Antikristus) seperti yang dinubuatkan
dalam Injil dan diriwayatkan
dalam hadis tentang kemunculannya. Sumber tersebut ditafsirkan
dalam ajaran
Ahmadiyah, dengan istilah metaforis menunjukkan sekelompok negara yang berpusat pada kedustaan. Dajjal digambarkan sebagai sistem terpadu, suatu rantai gagasan kedustaan yang menunjukkan rantai kesatuan sebagai sebuah golongan (bukan satu orang).
Kekalahan Dajjal menurut tafsiran
Ahmadiyah adalah dengan kekuatan nalar dan pendapat serta dengan menghadang kejahatannya melalui pikiran dan ajaran Almasih, alih-alih dengan cara peperangan fisik apapun; dengan daya dan upaya Dajjal yang berangsur-angsur hancur akhirnya memungkinkan pengenalan dan penyembahan kepada Allah sejalan dengan cita-cita
Islam yang berlaku di seluruh dunia.
= Penghancuran salib
=
Ada hadis yang menceritakan
Isa Almasih akan "menghancurkan salib" saat kedatangan kedua kalinya. Tafsiran
Ahmadiyah mengenai hal ini adalah Almasih akan "menjelaskan kesalahan syahadat salib". Ajaran Ghulam Ahmad tentang Nabi
Isa yang hidup dan mati sebagaimana manusia lainnya menunjukkan bahwa tafsiran tersebut sudah terpenuhi.
Penganut
Ahmadiyah percaya bahwa pengikut agama Kristen perlahan akan menerima ajaran yang sama dengan
Ahmadiyah dan mereka akan mencabut keyakinan mereka tentang sifat ilahiah Yesus (
Isa), keselamatan and kebangkitan. Konsekuensinya, pemujaan salib
dalam Kristen tradisional dan doktrin kekalnya Yesus tidak dapat dipertahankan lagi.
= Berakhirnya perang
=
Pada tahun Ghulam Ahmad menyatakan bahwa pandangan jihad dengan pedang dan perang suci adalah penggambaran yang keliru terhadap
Islam, yangterbentuk selama Abad Kegelapan. Ia menganjurkan agar pendangan ini harus diakhiri seluruhnya.
Gerakan
Ahmadiyah percaya bahwa jihad pedang tersebut hanya diizinkan untuk melindungi kebebasan beragama dan
dalam persyaratan-persyaratan yang ketat (tidak hanya kepada
Islam). Persyaratan tersebut tidak terpenuhi pada masa pemerintahan Inggris di India. Alhasil,
Ahmadiyah mulala sangat dikecam beberapa kelompok, sebagian lagi menuduhkan konspirasi bahwa Ghulam Ahmad dijadikan sebagai pasifis oleh Inggris untuk menenangkan
Islam. Penganut
Ahmadiyah zaman modern percaya bahwa "Jihad dengan pena" (penalaran intelektual damai) adalah satu-satunya cara yang ampuh
dalam mendukung dan menyebarkan ajaran
Islam.
Oleh karena itu, sesuai ciri-ciri Almasih
dalam hadis berkaitan dengan perang akhir zaman, gerakan ini menganggap pernyataan tersebut telah mencela "Jihad pedang" dan menganggap riwayat hadis yang berkaitan dengan berakhirnya perang telah dipenuhi oleh ajaran Ghulam Ahmad.
Perjalanan ke India
Menurut Ghulam Ahmad, (selanjutnya dikembangkan oleh penulis
Ahmadiyah berikutnya seperti Khwaja Nazir Ahmad pada tahun 1952), Nabi
Isa mengajar kepada para muridnya dan orang-orang yang tinggal di Yudea. Setelah kejadian penyaliban,
Isa tetap berada di sana selama beberapa waktu sebelum pergi.
Isa dinyatakan sebagai penjahat sehingga memutuskan untuk meninggalkan Yudea bersama Maryam ibunya, Maria Magdalena istrinya dan Tomas muridnya. Setelah itu, mereka berkelana ke arah Asia.
= Dari Yudea ke Irak
=
Bersama tiga orang tersebut,
Isa Almasih pergi ke Irak. Ia di sana bertemu dengan Ananias muridnya. Ia juga bertemu dengan Paulus, pesaingnya yang kemudian mengikuti ajarannya. Di Nusaybin, ia mendapat pertentangan dari seorang raja kejam, lalu ditangkap lagi.
Isa Almasih bersama ibunya menampilkan mukjizat pada sang raja dan ia terkesan. Sang raja memberinya izin untuk pergi ke kerajaan Partia, di mana terdapat masyarakat Yahudi di sana.
= Dari Irak ke Iran dan Afghanistan
=
Dari Irak,
Isa berangkat menuju Iran dan disambut dengan hormat oleh orang Yahudi Persia. Mereka telah tinggal di sana lima abad yang lalu, saat pembuangan ke Babilonia.
Isa Almashi mengajar di sana dan berangkat ke Baktria (Afghanistan). Pada masa itu, Persia menjadi pusat bagi agama Yahudi.
Isa Almasih memberitahu kedatangan nabi agung bernama Muhammad kepada murid-muridnya di sana, khususnya di sekitar Afghanistan. Ia bertemu raja Partia pertama yang kemudian menghormatinya. The Masyarakat Pashtun sendiri menganggap asal usul mereka berasal dari Bani Israil. Beberapa orang-orang Yahudi Persia yang menerima ajaran
Isa Almasih kemudian menerima ajaran
Islam. Qais Abdur Rashid, nenek moyang orang Pasthun dianggap sebagai salah seorang Bani Israil yang menerima
Islam ini.
Kashmir, Tibet dan India
= Alasan datang ke India
=
Menurut sumber-sumber
Ahmadiyah, suku-suku Israel yang merpindah ke timur tertarik dengan ajaran Hindu and Buddha dan lama-kelamaan menerima agama tersebut. Lama-kelamaan, mereka tidak lagi sadar dengan agama asal mereka.
Isa dan Tomas kemudian tiba di India untuk mengembalikan mereka seperti semula.
= Yesus bertemu Shalivahana
=
Menurut bagian terakhir dari Bhavishya Purana,
Isa Almasih bertemu dengan seorang raja Hindu bernama Shalivahana.
Sang raja bersama sahabat-sahabatnya pergi ke puncak Himalaya untuk bertemu dengan seorang lelaki bermartabat berkulit putih dengan pakaian putih yang sedang duduk di gunung. Raja bertanya tentang siapa dia, lelaki itu menjawab, "Aku Almasih yang lahir dari seorang perawan."
Ia bercerita pada raja bahwa ia datang dari tempat yang jauh di mana dia menderita di tangan orang-orangnya sendiri. Saat raja bertanya agama apa yang dianutnya, ia menjawab bahwa agamanya tentang damai, cinta dan kemurnian hati. Sang raja terkesan, jadi dia menaruh hormat padanya.
Selama pencarian awal mengenai kematian
Isa Almasih, Mirza Ghulam Ahmad mengemukakan dalil bahwa
Isa dimakamkan di Galilea atau Syam. Setelah meneliti lebih lanjut ia mungkin mengungkapkan bukti lain dan menyimpulkan bahwa makam
Isa berada di Roza Bal di Srinagar, Kashmir. Hal ini menjadi kepercayaan para penganut
Ahmadiyah.
Ghulam Ahmad, dan penulis
Ahmadiyah kontemporer mengutip berbagai sumber yang mereka dapati untuk mengidentifikasi Roza Bal sebagai makam
Isa: Bhavishya Purana, Tarikh-i-Kashmir, Qisa-shazada, Bagh-i-Sulaiman karya Mir Saadullah Shahabadi (1780), Wajizul Tawarikh, Ikmaluddin (962 AD), Ain-ul-Hayat, Kisah Rasul Tomas, Takhat Sulaiman ("Takhta Sulaiman", sebuah bukit di Kashmir), Tarikh-i-Kabir, dan Rauzat-us-Safa. Mereka percaya bahwa sumber tersebut menunjukkan Yus Azaf dan
Isa sebagai orang yang sama. Mohi-ud-din Miskin adalah seorang sejarawan
Ahmadiyah yang menulis sejak tahun 1902, tiga tahun setelah Mirza Ghulam Ahmad. Ia menyebutkan bahwa "beberapa" (bukti) menghubungkan makam Yuz Asaf sebagai makam "Hazrat
Isa Rooh-Allah."
Makam yang dimaksud bernama "Roza Bal" atau "Rauza Bal." Rauza adalah istilah di India dan sekitarnya yang umumnya melekat pada makam orang-orang terhormat, misalnya raja atau wali. Fida Hassnain, sejarawan lokal dan pendukung teori makam
Isa di Roza Bal, mengklaim bahwa makam tersebut dibuat dengan bagian kaki menghadap ke Yerusalem, persis dengan tradisi Yahudi.
Masyarakat muslim di Srinagar umumnya menolak klaim
Ahmadiyah bahwa Roza Bal adalah makam
Isa dan menganggapnya sebagai bagian dari pelecehan agama.
= Makam Maryam
=
Karya-karya Muslim dan Persia—Tafsir Ibnu Jarir, Kanz-al-Ummal, dan Rauzat-us-Safa—dianggap memiliki referensi yang mendukung teori keberangkatan
Isa Almasih ke India. Beberapa di antaranya juga menyebutkan bahwa Nabi
Isa didampingi Maryam ibunya, dan ada satu makam lain di Pakistan, yang dikenal sebagai Mai Mari da Ashtan, atau "tempat peristirahatan Ibunda Maryam".
Mengutip ayat Al Quran "Telah Kami jadikan (
Isa) putra Maryam bersama ibunya sebagai tanda (kebesaran Kami) dan Kami lindungi mereka di sebuah dataran tinggi yang tenang untuk ditempati dengan air yang mengalir," (Al-Mu'minun ayat 50) penulis
Ahmadiyah menganggap ayat tersebut sebagai bukti bahwa Maryam menemani
Isa anaknya pergi ke timur.
Lihat juga
Injil Barnabas
Injil Basilides
Pandangan
Islam tentang kematian Yesus
Tahun-tahun Yesus yang tidak diketahui
Referensi
Daftar Pustaka
Korbel, Jonathan; Preckel, Claudia (2016). "Ghulām Aḥmad al-Qādiyānī: The Messiah of the Christians—Peace upon Him—in India (India, 1908)".
dalam Bentlage, Björn; Eggert, Marion; Krämer, Hans-Martin; Reichmuth, Stefan. Religious Dynamics under the Impact of Imperialism and Colonialism. Numen Book Series. 154. Leiden: Brill Publishers. hlm. 426–442. doi:10.1163/9789004329003_034. ISBN 978-90-04-32511-1. Diakses tanggal 25 October 2020.
Leirvik, Oddbjørn (2010). "The Christology of the Ahmadiyya Movement". Images of Jesus Christ in
Islam (edisi ke-2nd). London: Continuum International. hlm. 129–132. ISBN 978-1-4411-7739-1. Diakses tanggal 25 October 2020.
Pranala luar
Mirza Ghulam Ahmad : Yesus di India, Departemen Misi Luar Negeri Muslim
Ahmadiyah, 1978,ISBN 978-1-85372-723-8 ; Asli Masih Hindustan Mein, Oriental & Religius Publications Ltd., Rabwah ( Online )