Jean Marie Lucien Pierre
Anouilh (23 Juni 1910–3 Oktober 1987) adalah seorang penulis naskah drama asal Prancis yang berkarier selama lima dasawarsa. Meski karyanya bervariasi dari high drama hingga absurdist farce,
Anouilh terkenal dengan dramanya pada tahun 1944 berjudul Antigone, sebuah adaptasi dari drama klasik Sophocles, yang dianggap sebagai sebuah serangan terhadap pemerintahan Vichy di bawah pimpinan Marshal Pétain. Drama-dramanya memiliki plot yang tertata dengan rapi dan dialog yang mengesankan, tidak seberapa eksperimental jika dibandingkan dengan karya-karya kolega semasanya. Sebagai salah satu penulis Prancis paling produktif setelah Perang Dunia II,
Anouilh menulis kebanyakan karyanya dengan mempertahankan integritas di dalam dunia yang penuh dengan kompromi moral.
Kehidupan dan karier
= Kehidupan awal
=
Anouilh lahir di Cérisole, sebuah desa kecil di pinggiran Bordeaux, dan adalah keturunan Basque. Ayahnya, François
Anouilh, adalah seorang penjahit, dan
Anouilh menegaskan bahwa ia mewarisi kemampuan ayahnya akan keterampilan yang penuh ketelitian. Ia mungkin mewarisi bakat seni ibunya, Marie-Magdeleine, seorang seniman pemain biola yang mencari tambahan atas pendapatan keluarga yang pas-pasan dengan bermain musik selama musim panas di orkestra kasino di pantai resor Arcachon di dekat rumah mereka. Marie-Magdeleine bekerja di giliran malam pada orkestra di aula musik dan kadang mengiringi presentasi panggung, sehingga memberikan
Anouilh banyak kesempatan untuk menyerap pertunjukan drama dari belakang panggung. Ia sering menghadiri latihan dan meminta para pengarang resmi di sana untuk mengizinkannya membaca naskah hingga waktu tidur. Ia kali pertama mencoba menulis drama di sini pada usia 12 tahun, walau karya-karya awalnya tidak bertahan lama.
Pada tahun 1918, keluarganya pindah ke Paris, dan
Anouilh menempuh pendidikan sekolah menengah di Lycée Chaptal di sana.
Jean-Louis Barrault, yang di kemudian hari menjadi seorang sutradara besar Prancis, adalah juga seorang siswa di sekolah itu. Barrault mengenang
Anouilh sebagai tokoh yang serius dan agak pesolek yang hampir tidak memperhatikan seorang anak laki-laki yang sekitar dua tahun lebih muda darinya.
Anouilh diterima di Fakultas Hukum di Sorbonne. Namun, karena tak mampu membiayai kebutuhan hidupnya, ia berhenti kuliah setelah hanya 18 bulan dan bekerja sebagai penulis wara di perusahaan iklan Publicité Damour. Ia menyukai pekerjaan itu, dan mengatakan lebih dari sekali tentang pelajaran dalam nilai-nilai klasik keringkasan dan ketepatan bahasa yang dipelajarinya ketika membuat draf naskah iklan.
Anouilh masih terus mengalami masalah keuangan setelah ia dipanggil untuk wajib militer pada tahun 1929. Dengan hanya bermodalkan gaji wajib militer yang kecil,
Anouilh menikahi aktris Monelle Valentin pada tahun 1931. Meski Valentin membintangi banyak drama suaminya, putri
Anouilh, Caroline (dari pernikahan keduanya), mengatakan bahwa pernikahan itu tidak bahagia. Putri bungsu
Anouilh, Colombe, bahkan mengatakan bahwa ayahnya dan Valentin tak pernah menikah secara resmi. Valentin diduga memiliki banyak perselingkuhan, yang membuat
Anouilh sangat terluka dan menderita. Ketidaksetiaan Valentin sangat membebaninya karena
Anouilh tidak yakin akan asal-usulnya sendiri. Menurut Caroline, ayahnya telah mengetahui bahwa ibunya memiliki kekasih di sebuah teater yang berada Arcachon, yang sejatinya adalah ayah kandungnya. Walaupun demikian,
Anouilh dan Valentin mendapat seorang putri yang dinamai Catherine, yang mengikuti jejak pasangan itu dalam berkarya di teater sejak usia dini. Keluarga
Anouilh yang semakin berkembang semakin memberatkan keuangannya yang sudah terbatas. Dengan tekad untuk memasuki dunia penulisan secara purnawaktu, ia mulai menulis adegan-adegan lucu untuk film untuk menambah pendapatan mereka.
= Pekerjaan teater
=
Pada usia 25,
Anouilh mendapat pekerjaan sebagai sekretaris aktor dan sutradara Prancis, Louis Jouvet, di Comédie des Champs-Elysées. Kendati Jouvet dengan senang hati meminjamkan sebagian dari mebel bekas pertunjukan drama Siegfried karya
Jean Giraudoux untuk melengkapi rumahnya yang sederhana, sang sutradara tidak tertarik untuk mendorong upaya
Anouilh menekuni penulisan naskah drama. Jouvet mencapai kemasyhuran pada awal tahun 1930-an karena kerja samanya dengan penulis naskah drama Giraudoux. Mereka bersama-sama berusaha untuk mengubah fokus dari suara sutradara yang seperti penulis (yang telah mendominasi panggung Prancis sejak awal abad ke-20) kembali kepada penulis naskah drama dan naskahnya.
Giraudoux adalah sumber inspirasi
Anouilh dan, dengan dorongan penulis naskah drama terkemuka itu,
Anouilh mulai menulis naskah lagi pada tahun 1929. Sebelum akhir tahun ia memulai debut di teater dengan Humulus le muet, sebuah proyek kolaborasi dengan
Jean Aurenche. Karya ini diikuti dengan proyek-proyek solo perdananya, L'Hermine (The Ermine) pada tahun 1932 dan Mandarine pada tahun 1933. Kedua drama tersebut diproduseri oleh Aurélien Lugné-Poe, seorang aktor dan manajer panggung yang inovatif yang saat itu mengepalai Théâtre de l'Œuvre. Dengan dasar filosofi "kata menciptakan dekorasi," Lugné-Poe membiarkan prosa lirik
Anouilh bersinar di depan latar belakang komposisi sederhana garis dan warna yang menciptakan kesatuan antara gaya dan suasana hati.
Kedua drama itu tidak terlalu berhasil. L'Hermine berhenti setelah 37 kali pertunjukan dan Mandarine setelah 13 kali. Namun,
Anouilh tetap gigih berjuang, dengan meneruskannya dengan serangkaian karya drama, yang terkemuka Y'avait un prisonnier (1935). Karya-karya ini, yang kebanyakan atas kerja sama dengan sutradara eksperimental Rusia, Georges Pitoëff, dianggap menjanjikan meski keuntungan komersial mereka kurang, dan keduanya terus bekerja bersama hingga mereka mencapai kesuksesan pertama mereka pada tahun 1937 dengan Le voyageur sans bagage (Traveller Without Luggage). Dalam tahun-tahun selanjutnya, jarang sekali ada musim di Paris yang tidak menampilkan drama baru
Anouilh secara menonjol dan banyak yang juga diekspor ke Inggris dan Amerika. Namun, setelah tahun 1938, kebanyakan karya
Anouilh selanjutnya disutradarai oleh desainer pemandangan teater terkemuka di Paris, André Barsacq, yang telah menjadi sutradara Théâtre de l'Atelier setelah Charles Dullin pensiun pada tahun 1940. Barsacq adalah juara bagi
Anouilh dan hubungan mereka adalah faktor utama kesuksesan berlanjut
Anouilh setelah perang.
= Penulis naskah drama
=
Pada tahun 1940-an,
Anouilh beralih dari kisah-kisah kontemporer ke topik-topik yang lebih bersifat mitos, klasik dan bersejarah. Dengan protagonis yang menegaskan kemerdekaan mereka dari masa lalu yang telah ditakdirkan, tema-tema selama masa ini lebih erat kaitannya dengan hal-hal eksistensial dari penulis-penulis seperti
Jean-Paul Sartre dan Albert Camus. Drama paling terkenal dalam kelompok ini adalah Antigone, yang menjadikan
Anouilh penulis naskah drama terkemuka, bukan hanya karena kekuasaan yang digunakannya untuk menggambarkan konfrontasi klasik antara Antigone yang tak mau berkompromi dan Creon yang praktis secara politis, namun juga karena penonton teater Prancis selama penjajahan membaca drama itu sebagai perumpamaan politik kontemporer." Drama-drama pascaperangnya berhubungan dengan hal-hal serupa dan termasuk Roméo et Jeannette, Médée (Medea), dan kisah Joan of Arc story karya
Anouilh, L'Alouette (The Lark), yang dalam optimisme yang kentara menyaingi kesuksesan komersial Antigone.
Anouilh sendiri mengelompokkan drama-dramanya di masa ini berdasarkan nada dominannya, dengan menerbitkan karya-karya selanjutnya dalam buku kumpulan drama untuk mencerminkan yang dirasakannya "mewakili fase-fase evolusinya dan secara kasar menyerupai perbedaan antara komedi dan tragedi." Pièces noires atau "Drama hitam" adalah tragedi atau drama realistis dan mencakup Antigone, Jézabel, dan La Sauvage (The Restless Heart). Kategori ini secara khas menampilkan "protagonis muda, idealistis, dan tak mau berkompromi yang dapat mempertahankan integritas mereka hanya dengan memilih kematian." Sebaliknya, pièces roses atau "drama merah muda"
Anouilh adalah komedi di mana fantasi mendominasi dengan atmosfer yang serupa dengan atmosfer dongeng. Dalam drama-drama ini seperti Le Bal des voleurs (Carnival of Thieves), Le Rendez-vous de Senlis (Dinner with the Family) dan Léocadia (Time Remembered), fokusnya ada pada "beban lingkungan dan terutama masa lalu pada seorang protagonis yang mencari eksistensi yang lebih bahagia dan bebas."
Kebanyakan dari drama
Anouilh dari akhir tahun 1940-an dan awal tahun 1950-an menjadi lebih gelap dan secara mencocok kejam dan, tak seperti karya-karyanya yang lebih awal, mulai menampilkan karakter-karakter paruh baya yang tentu memandang hidup secara lebih praktis daripada karakter-karakter pemuda idealistis dalam drama-drama
Anouilh sebelumnya.
Anouilh membagi karya-karyanya pada masa ini ke dalam pièces brillantes ("drama yang cemerlang") dan pièces grinçantes ("drama yang menyebalkan"). Kelompok pertama meliputi karya-karya seperti L'Invitation au château (Ring Round the Moon) dan Colombe, dan bercirikan latar aristokratik dan olok-olok yang cerdas. Drama-drama yang menyebalkan seperti La Valse des toréadors (Waltz of the Toreadors) dan Le Réactionnaire amoureux (The Fighting Cock) lebih lucu secara sengit, bertukar permainan kata yang cerdas dengan nada keputusasaan yang lebih gelap.
Satu kategori lagi yang dibuat
Anouilh adalah pièces costumées-nya ("drama kostum") yang terdiri dari The Lark, La Foire d'Empoigne (Catch as Catch Can), dan Becket, yang sukses di dunia, yang melukiskan martir historis Thomas Becket, Uskup Agung Canterbury yang berusaha mempertahankan gereja dari monarki (dan sahabatnya), Henry II dari Inggris, yang telah menunjuknya untuk menjabat di keuskupan agungnya. Diklasifikasi demikian karena memiliki latar historis "berkostum" yang serupa, karya-karya itu juga harus secara menonjol menampilkan protagonis yang tercerahkan yang mencari "jalan moral di dunia yang penuh dengan korupsi dan manipulasi".
Masa terakhir
Anouilh mulai dengan La Grotte (The Cavern), di mana ia berkomentar tentang kemajuannya sendiri sebagai penulis dan seniman teater. Karakter utamanya adalah seorang penulis naskah drama yang menderita kebuntuan dalam menulis yang dalam frustrasinya mengingat eksentrisitas dari Six Characters in Search of an Author karya Pirandello. Karya
Anouilh selalu mengandung petunjuk-petunjuk metateatrikalitas, atau ungkapan opini tentang bisnis teater dalam dunia drama, tetapi dalam karya-karya akhirnya struktur-struktur ini menjadi lebih terbangun dengan lebih matang saat ia mulai menulis terutama tentang karakter yang adalah penulis naskah drama atau sutradara teater. Ada pula kaitan yang menonjol, selama masa ini, dari penekanan
Anouilh pada teater dan keluarga, dengan menunjukkan hubungan erat yang "lebih dalam dan lebih penting daripada tindakan yang lebih serius dan tradisional dari 'teater'. " Antoine, protagonis yang juga penulis naskah drama dalam Cher Antoine; ou, L'Amour raté (Dear Antoine; or, The Love That Failed), menegaskan bahwa dunia harus memperhatikan pièces secrètes (drama rahasia) ini dan para sarjana peneliti karya-karya
Anouilh mengusulkan nama ini, pièces secrètes, untuk mengklasifikasi kumpulan karya di masa terakhirnya.
= Kontroversi politik
=
Anouilh tetap apolitik dalam sebagian besar hidup dan kariernya. Ia melayani di militer selama sedikitnya dua periode, setelah dimasukkan ke dalam Angkatan Darat Prancis pada tahun 1931 dan 1939. Ia menjadi tawanan perang sebentar ketika Jerman menaklukkan Prancis dan dengan rela tinggal dan bekerja di Paris selama penjajahan Jerman selanjutnya. Karena ia menolak untuk berpihak selama Prancis berkolaborasi dengan Aliansi Poros, sebagian kritikus menganggapnya berpotensi menjadi simpatisan Nazi. Kontroversi ini meningkat sebagai akibat dari perseteruan publik
Anouilh dengan pemimpin Pasukan Kemerdekaan Prancis (yang kemudian menjadi presiden Republik Kelima), Jenderal Charles de Gaulle. Pada pertengahan tahun 1940-an,
Anouilh dan beberapa cendekiawan lain menandatangani petisi untuk grasi untuk menyelamatkan penulis Robert Brasillach, yang dijatuhi hukuman mati karena menjadi kolaborator Nazi. Brasillach dieksekusi dengan oleh regu tembak pada Februari 1945, walaupun
Anouilh dan rekan-rekannya memprotes dengan keras bahwa pemerintah yang baru tidak berhak menghukum mati orang-orang karena "kejahatan intelektual" tanpa tindakan militer atau politis. Namun,
Anouilh menolak berkomentar tentang pandangan politiknya, dengan menulis dalam sepucuk surat kepada kritikus Belgia Hubert Gignoux pada 1946, "Saya tidak punya biografi dan saya sangat senang karenanya. Sisa hidup saya, selama Tuhan mengizinkan, akan tetap menjadi urusan pribadi saya, dan saya akan menyimpan detail-detailnya." Drama-drama
Anouilh memberikan petunjuk terpenting tentang pandangan politiknya, meski ambiguitasnya semakin merumitkan hal itu. Misalnya, Antigone memberikan representasi alegoris tentang perdebatan antara anggota-anggota idealistis dari Perlawanan Prancis dan pragmatisme kaum kolaborasionis. Kendati banyak orang telah membaca drama itu dan menganggapnya memiliki sentimen anti-Nazi yang kuat, fakta bahwa Rezim Vichy membiarkan pertunjukan drama itu tanpa kecaman membuktikan bahwa drama itu dianggap mendukung penjajah pada saat itu. Walau
Anouilh meromantisasi rasa kehormatan dan kewajiban Antigone akan apa yang benar secara moral, yang dalam hal ini melawan tentara Nazi, dapat pula dikatakan bahwa
Anouilh, seperti Sophocles sebelum dia, memberi argumen yang meyakinkan untuk mendukung metode kepemimpinan Creon.
Karya
Referensi
Bacaan lanjutan
"
Jean Anouilh (1910-1987)". Pegasos. 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-04-30. Diakses tanggal 2008-09-15.
One Act: Eleven Short Plays of the Modern Theatre (1961) Grove Press
Pranala luar
Jean Anouilh di IMDb (dalam bahasa Inggris)