- Source: Kaisar Taicung dari Song
Kaisar Taizong (20 November 939 – 8 Mei 997), lahir dengan nama Zhao Kuangyi, adalah kaisar kedua Dinasti Song Tiongkok dari tahun 976 sampai dengan 997. Dia adalah adik dari Kaisar Song Taizu. Nama era-nya, Taizong berarti "leluhur agung".
Kaisar Taizong diingat sebagai kaisar yang cerdas dan pekerja keras. Ia memberikan perhatian yang besar terhadap kesejahteraan rakyatnya dan membuat kekaisarannya semakin makmur. Ia mengadopsi kebijakan yang sebelumnya diterapkan oleh Kaisar Shizong dari Dinasti Zhou Akhir, seperti meningkatkan produksi pertanian, memperluas sistem ujian kerajaan, menyusun ensiklopedia, mengembangkan pelayanan publik dan selanjutnya pembatasan terhadap kekuasaan Jiedushis. Ia juga menyatukan kembali Tiongkok dengan menaklukkan Han Utara, kerajaan terakhir pada periode 5 dinasti dan 10 negara.
Menurut legenda, ia membunuh Kaisar Taizu untuk mendapatkan tahta, juga memaksa anak Kaisar Taizu, Zhao Dezhao untuk bunuh diri.
Menjadi Kaisar (Secara Licik?)
Taizong menjadi kaisar setelah kematian saudaranya, Kaisar Taizu dalam usia 49 tahun tanpa menderita sakit sebelumnya. Adalah sesuatu yang tidak biasa dalam tradisi Tiongkok bilamana yang menjadi kaisar selanjutnya adalah saudara dari kaisar sebelumnya, bukan sang anak dari kaisar tersebut, sehingga peristiwa tersebut dipercaya sebagai sebuah konspirasi.
Berdasarkan sejarah resmi, sebelum kematiannya pada tahun 961, Ibu Suri Du meminta Kaisar Taizu yang masih berusia 34 tahun untuk berjanji bahwa saudaranya akan menggantikannya sebagai kaisar untuk menjamin kelangsungan Dinasti Song. Menurut cerita, ia berkata pada Kaisar Taizu "Tahukah kamu mengapa kamu bisa menjadi kaisar? Itu karena kaisar dari dinasti sebelumnya hanyalah seorang anak berusia 7 tahun". Apa yang dinamakan "Perjanjian Emas" (金匱誓書) juga diduga banyak orang sudah diatur pembuatannya oleh sekretaris Zhao Pu dan dibuka kembali setelah Taizong naik Tahta, untuk membuktikan bahwa ia memang berhak atas tahta tersebut.
Waktu itu, putra sulung Kaisar Taizu juga telah berusia 25 tahun, sehingga berhak untuk menjadi kaisar menggantikan ayahnya. Kecurigaan lainnya adalah bahwa Zhao Pu, dibuang oleh Kaisar Taizu pada tahun 973 atas dugaan suap, berhasil kembali ke Ibu Kota pada tahun 976 dan menjadi Perdana Menteri setahun kemudian.
Wen Ying, seorang biksu yang hidup pada zaman cucu Taizu, Kaisar Renzong menulis sebuah catatan mengerikan tentang malam terakhir Kaisar Taizu. Menurut catatan tersebut, Taizu sedang makan malam dan minum-minum bersama Kaisar Taizong yang waktu itu masih bergelar Pangeran Kaifeng. Beberapa Kasim dan Pelayan Kaisar yang berdiri agak jauh melihat bayangan Kaisar Taizong di jendela. Waktu itu sudah larut dan salju mulai turun. Kemudian mereka mendengar suara kapak yang tertancap ke atas salju dan Kaisar Taizu berkata, "Lakukan! Lakukan sekarang!" Lalu Kaisar Taizu terdengar mendengkur. Beberapa jam kemudian, kematiannya diumumkan oleh saudaranya, yang menghabiskan malam di istananya.
Para sejarawan modern tidak dapat menemukan bukti konkret apapun yang mendukung isu tadi. Namun, mereka umumnya menerima bahwa Kaisar Taizong dan Menteri Zhao Pu telah melakukan kecurangan dengan memalsukan wasiat Ibunda Kaisar yang berisi amanat agar Kaisar Taizu mau menjadikan adiknya (Kaisar Taizong) menjadi pewaris tahta.
Juga yang perlu diperhatikan adalah peristiwa bunuh diri yang dilakukan Zhao Dezhao, putra tertua Kaisar Taizu yang masih hidup saat itu, yang terjadi tiga tahun setelah Kaisar Taizu mangkat. Selama operasi militer yang diperintahkan oleh Kaisar Taizong untuk melawan Bangsa Khitan yang dipimpin oleh Dinasti Liao, Zhao Dezhao diketahui ikut ambil bagian di dalamnya dengan memimpin suatu pasukan. Pada saat yang sama beredar pula rumor bahwa Kaisar Taizong telah menghilang dan Zhao Dezhao-lah yang akan menjadi kaisar. Mendengar hal tersebut, Kaisar Taizong tidak memberikan hadiah kepada pasukan Zhao Dezhao ketika mereka kembali dari operasi militer. Saat Zhao Dezhao menanyakan perihal tersebut, Kaisar Taizong malah menjawab, "Kau, lakukanlah saat kau menjadi kaisar yang baru!" Mendengar jawaban tersebut, Zhao Dezhao segera kembali ke istananya dan membunuh dirinya sendiri.
Putra keempat Kaisar Taizu, Zhao Defang, meninggal tahun 981 pada usia yang relatif muda, 22 tahun, karena sakit yang tidak diketahui. Dalam tahun yang sama, adik laki-laki Kaisar Taizong dan Kaisar Taizu, Zhao Tingmei (sebelumnya dikenal dengan nama Zhao Guangmei dan Zhao Kuangmei), juga dicabut gelar kebangsawanannya, yakni "Pangeran Qi" dan dikirim ke Ibu Kota Barat. Ia lalu meninggal tiga tahun kemudian. Ditambah lagi, ketika janda Kaisar Taizu, Ratu Song wafat, jenazahnya tidak dikuburkan bersama suaminya dan juga tidak diupacarakan sesuai tradisi.
Operasi Militer
= Menaklukkan Han Utara
=Kaisar Taizong memimpin secara langsung operasi melawan Han Utara tahun 979 dan memerintahkan untuk membanjiri kota musuh dengan melepaskan Sungai Fen. Pimpinan Han Utara, Liu Jiyuan terpaksa menyerah sehingga habislah semua kerajaan dan dinasti pada masa Lima Dinasti dan Sepuluh Negara.
= Operasi Militer Pertama melawan Dinasti Liao
=Setelah menaklukkan Han Utara pada tahun 979, Kaisar Taizong mengambil keuntungan dari momentum ini dengan memerintahkan operasi militer lainnya melawan Bangsa Khitan yang dipimpin Dinasti Liao. Bulan Mei tahun 979, Kaisar Taizong memulai operasi militernya dari Taiyuan dan dengan mudah merebut Prefektur Zhuo dan Yi. Setelah kesuksesan tersebut ia menyerbu Yanjing (sekarang Beijing). Namun, penyerbuan tersebut gagal setelah Jenderal Yelü Xuegu dari pihak LIao menjaga tembok pertahanan dengan sangat kuat.
Bersamaan dengan itu, bala bantuan untuk Liao yang dipimpin oleh Yelü Xiuge tiba dari daerah Sungai Gaoliang, sebelah barat Yanjing. Kaisar Taizong memerintahkan pasukannya untuk menyerang bala bantuan tersebut. Mulanya ia menerima kabar bahwa banyak korban jiwa berjatuhan di pihak pasukan Liao. Ia lalu memerintahkan serangan penuh terhadap pasukan Liao karena bahwa pertempuran kini telah berada di bawah kendalinya. Namun kemudian, Yelü Xiuge dan Yelü Xiezhen bersama pasukan masing-masing menyerang dari dua arah. Yelü Xiuge berkonsentrasi untuk menyerang perkemahan utama Kaisar Taizong. Kaisar Taizong terkejut dan kemudiang dievakuasi dari medan pertempuran. Selama evakuasi, pasukan Song terpencar-pencar dan dilenyapkan oleh pasukan kavaleri Liao.
Di tengah gencarnya serangan, Kaisar Taizong melarikan diri ke arah Prefektur Yi dan selamat selamat sampai di sana dengan para dengan dilindungi para jenderalnya. Ia menderita luka dikarenakan terkena sebatang anak panah sehingga tidak sanggup mengendarai kudanya dan harus pergi dengan ditandu menuju Prefektur Ding. Kaisar Taizong kemudian memerintahkan untuk menarik diri dari penyerangan yang direncanakan semula. Pasukan Song sendiri otomatis tidak memiliki komandan karena Kaisar Taizong terpisah dari pasukannya. Pasukannya kemudian mengusulkan putra Kaisar Taizu, Zhao Dezhao (keponakan Kaisar Taizong), untuk menjadi kaisar yang baru. Kecurigaan Kaisar Taizong timbul tatkala mendengarnya dan segera ia memerintahkan Zhao Dezhao untuk melakukan bunuh diri.
Pertempuran di Sungai Gaoliang merupakan peristiwa yang penting karena menjadi faktor pendorong utama bagi keputusan Dinasti Song untuk mengambil sikap bertahan. Pasukan Dinasti Song yang mula-mula menderita kekalahan besar pertamanya dalam pertempuran ini. Sementara itu, Kaisar Taizong juga dihadapkan pada masalah lain yakni kemungkinan bahwa Zhao Dezhao akan melakukan kudeta. Setelah pertempuran tersebut, Kaisar Taizong secara pribadi memeriksa dan fokus mengembangkan dan meningkatkan kekuatan militernya. Ia mengabaikan nasihat para penasihatnya dan memandang urusan dalam negeri sebagai sesuatu yang tidak lebih penting.
= Operasi Militer Kedua melawan Dinasti Liao
=Setelah kematian Kaisar Jingzong dari Liao pada tahun 982, Kaisar Shengzong yang baru berusia 12 tahun naik takhta menggantikannya. Sebagai Kaisar ia masih terlalu muda untuk menjalankan pemerintahan, sehingga Janda Kaisar Xiao bertindak sebagai walinya. Kaisar Taizong lantas memutuskan untuk melaksanakan operasi militer kedua melawan Dinasti Liao pada tahun 986, menyusul saran dari para penasihatnya.
Kaisar Taizong tetap tinggal di Bianjing dan mengendalikan perang dari sana tanpa terjun secara langsung ke medan pertempuran. Ia membagi pasukannya menjadi tiga seksi – Timur, Tengah dan Barat. Pasukan Timur dipimpin oleh Cao Bin, Pasukan Tengah oleh Tian Zhongjin, dan Pasukan Barat oleh Pan Mei dan Yang Ye. Ketiga pasukan akan menyerang Yanjing dari tiga arah dan merebutnya. Operasi ini dikenal dengan Operasi Militer Yongxi di Utara karena dilaksanakan dalam tahun ketiga era Yongxi dalam pemerintahan Kaisar Taizong. Ketiga pasukan tersebut berhasil mencatatkan sejumlah kemenangan pada awalnya. Namun, setelahnya mereka mulai terbagi layaknya pasukan yang berdiri dan bertindak sendiri-sendiri tanpa adanya kerja sama. Cao Bin mengambil risiko dengan menyerang tanpa dukungan kedua pasukan lainnya. Ia sukses merebut Prefektur Zhuo tetapi kurangnya perbekalan makanan memaksanya untuk mundur. Oleh karena kesalahan komunikasi di antara ketiga pasukan, Pasukan Timur pun kembali melakukan penyerangan terhadap Zhuo Prefektur. Namun kali ini, Janda Kaisar Xiao maupun Yelü Xiuge, masing-masing memimpin satu pasukan untuk membantu Prefektur Zhuo. Pasukan Timur pun mengalami kekalahan dan hampir musnah seluruhnya
Kaisar Taizong sadar bahwa kegagalan Pasukan Timur akan mempengaruhi seluruh operasi dan memrintahkan penarikan pasukan. Ia memerintahkan Pasukan Timur untuk kembali, Pasukan Tengah menjaga Prefektur Ding, dan Pasukan Barat menjaga empat Prefektur dekat perbatasan. Menyusul kekalahan Pasukan Timur, Pasukan Liao yang dipimpin Yelü Xiezhen menyerang mereka sehingga harus mundur. Pasukan Barat Pan Mei bertemu pasukan Yelü Xiezhen di Prefektur Dai dan harus mengalami kekalahan lagi di tangan pasukan Liao. Dua komandan di Pasukan Barat kemudian mulai berdebat soal penarikan pasukan. Yang Ye mengusulkan bahwa mereka mesti mundur sejak Pasukan Timur dan Pasukan Tengah telah kehilangan kesempatan menyusul kekalahan mereka. Namun, para jenderal lainnya yang berpihak pada keputusan Pan Mei mulai meragukan kesetian Yang kepada Dinasti Song karena sebelumnya ia melayani Dinasti Han Utara. Yang Ye memimpin pasukan untuk menghadapi tentara Liao tetapi mereka terperangkap dan Yang memutuskan bunuh diri. Pan Mei seharusnya tiba dengan bala bantuan untuk mendukung Yang tetapi ia gagal melakukannya.
Kaisar Taizong kembali memerintahkan untuk mundur menyusul kekalahan pasukan Song oleh Yelü Xiuge dan Yelü Xiezhen. Kegagalan operasi militer yang kedua ini tidak terlepas dari kesalahan komunikasi antara ketiga pasukan dan ketidakmampuban mereka untuk bekerja sama. Di samping itu Kaisar Taizong juga membatasi kebijakan para jenderalnya karena terlalu sewenang-wenang dalam merencanakan operasi militer melawan Dinasti Liao dan para jenderalnya pun taat pada perintahnya yang keras. Kegagalan ini memicu pemberontakan dalam negeri meskipun kemudian dapat diberantas dengan cepat.
Tahun 988, pasukan Liao yang dipimpin Janda Kaisar Xiao kembali menyerang perbatasanSong. Namun, Kaisar Taizong tidak memerintahkan serangan balik dan hanya menginstruksikan pasukannya untuk memperkuat pertahanan.
Pemerintahan Setelah Tahun 988
Kaisar Taizong merasa bahwa ia tidak dapat melebihi kakaknya, Kaisar Taizu dalam hal penaklukkan militer dan prestasi sehingga memutuskan untuk lebih fokus membangun dinasti dari dalam dan membuat peninggalan yang dapat diwariskan. Ia melakukan serangkaian reformasi dalam bidang ekonomi dan kesusasteraan yang lebih baik daripada saudaranya. Ia juga memprakarsai banyak proyek konstruksi dan memberlakukan beberapa sistem baru yang tidak ada pada pemerintahan Kaisar Taizu. Kaisar Taizong mangkat pada tahun 997 setelah memerintah selama 21 tahun pada usia yang ke-57. Ia digantikan oleh putra-ketiganya yang menjadi Kaisar Zhenzong.
Keluarga
Ayah: Zhao Hongyin, dihormati dengan gelar anumerta Kaisar Xuanzu
Kakek: Zhao Jing, Yizu (翼祖 赵敬; 872 – 933)
Nenek: Permaisuri Jianmu dari Klan Liu (简穆皇后 刘氏)
Ibu: Nyonya Du, Istri Zhao Hongyin, putri dari Guru Agung Du Shuang dan Nyonya Fan, dihormati dengan gelar anumerta Ibu Suri Zhaoxian
Kakek: Du Shuang (杜爽)
Nenek: Nyonya dari klan Fan (范氏)
Isteri:
Permaisuri Yin, putri dari Yin Tingxun(尹廷勛), dihormati dengan gelar anumerta Permaisuri Shude (淑德皇后)
Permaisuri Fu (941–975), putri keenam Fu Yanqing, dihormati dengan gelar anumerta Permaisuri Yide (懿德皇后)
Permaisuri Li (960 – 15 Maret 1004), putri dari Li Chuyun (李處耘), secara resmi dikenal sebagai Permaisuri Mingde (明德皇后)
Permaisuri Li (943–977), putri dari Li Ying (李英), melahirkan Zhao Yuanzuo, Zhao Heng dan Putri Teng, dihormati dengan gelar anumerta Permaisuri Yuande (元德皇后)
Selir:
Nyonya Sun (孫氏), guifei (貴妃)
Nyonya Zang (臧氏), guifei
Nyonya Fang (方氏), guifei
Nyonya Zhu (朱氏), Selir De (德妃)
Nyonya Wang (王氏), Selir De (德妃)
Nyonya Gao (高氏), Selir Xian (賢妃)
Nyonya Shao (邵氏), Selir Xian (賢妃)
Nyonya Li (李氏), shuyi (淑儀)
Nyonya Wu (呉氏), shuyi
Putra:
Zhao Yuanzuo (趙元佐; 965–1027), dihormati dengan gelar anumerta Pangeran Gongxian Han (漢恭憲王)
Zhao Yuanxi (趙元僖; 966 – November 992), dihormati dengan gelar anumerta Putra Mahkota Zhaocheng (昭成太子)
Zhao Heng (趙恆; 23 Desember 968 – 23 Maret 1022), Kaisar Zhenzong
Zhao Yuanfen (趙元份; 969–1005), dihormati dengan gelar anumerta Pangeran Gongjing Shang (商恭靖王)
Zhao Yuanjie (趙元傑), dihormati dengan gelar anumerta Pangeran Wenhui Yue (越文惠王)
Zhao Yuanwo (趙元偓), dihormati dengan gelar anumerta Pangeran Gongyi Zhen (鎮恭懿王)
Zhao Yuandai (趙元侢), dihormati dengan gelar anumerta Pangeran Gonghui Chu (楚恭惠王)
Zhao Yuanyan (趙元儼), dihormati dengan gelar anumerta Pangeran Gongsu Zhou (周恭肅王)
Zhao Yuanyi (趙元億), Pangeran Chong (崇王)
Putri:
Putri Teng (滕國公主), meninggal saat masih muda
Putri Xu (徐國大長公主), menikahi Wu Yuanyi (吳元扆)
Putri Bin (邠國大長公主), menjadi biarawati Buddha
Putri Yang (揚國大長公主), menikahi Chai Zongqing (柴宗慶)
Putri Yong (雍國大長公主), menikahi Wang Yiyong (王貽永)
Putri Wei (衛國大長公主), menjadi biarawati Buddha
Putri Jing (荊國大長公主), menikahi Li Zunxu (李遵勗)
Silsilah
Pranala luar
(Inggris) (Tionghoa) Catatan sejarah Kaisar Song Taizong