Kedar atau Qedar adalah nama orang, juga nama suku bangsa nomaden kuno, dan kerajaan kuno yang tinggal di wilayah Jazirah Arab, dan termasuk ke dalam konfederasi suku-suku Semit Arab. Pada puncak kejayaannya digambarkan sebagai "suku Jazirah Arab Utara kuno yang paling terorganisir", pada abad ke-6 SM menguasai daerah luas antara Teluk Persia dan Semenanjung Sinai.
Menurut tradisi Alkitab suku
Kedar adalah keturunan dari
Kedar, putra kedua Ismael bin Abraham, yang dicatat dalam Kitab Kejadian dan Kitab 1 Tawarikh, serta di bagian lain ada pula beberapa rujukan tentang "
Kedar" sebagai suatu suku.
Inskripsi tertua di luar Alkitab yang ditemukan para arkeolog Siria-Palestina dengan rujukan kepada suku
Kedar adalah dari Kekaisaran Asyur Barue. Selama abad ke-8 dan ke-7 SM, mereka menulis daftar nama raja-raja
Kedar yang memberontak dan dikalahkan dalam peperangan, juga yang membayar upeti kepada raja-raja Asyur, termasuk Zabibe, ratu orang Arab (šar-rat KUR.a-ri-bi). Ada pula inskripsi Aram dan Arab Selatan kuno yang menyebut orang
Kedar, yang kemudian muncul sesaat dalam tulisan-tulisan sejarawan Yunani klasik ataupun Romawi, seperti Herodotus, Plinius yang Tua, dan Diodorus.
Tidak jelas kapan suku
Kedar tidak lagi ada terpisah dari masyarakat umum. Karena bersekutu dengan orang-orang Nabataea, mungkin saja mereka akhirnya melebur ke dalam negara Nabataea sekitar abad ke-2 M. Sarjana-sarjana genealogi Arab umumnya menganggap Ismael sebagai leluhur orang-orang Arab, dan memberi nilai penting pada kisah kedua putra pertamanya, Nebayot dan
Kedar, dikaitkan dengan silsilah Muhammad, rasul Allah dalam Islam, menurut sarjana-sarjana yang berbeda dihubungkan dengan salah satu dari kedua putra tersebut secara berganti-ganti.
Etimologi
Ada pendapat bahwa nama orang
Kedar diturunkan dari putra kedua Ismael, yaitu
Kedar. Meskipun nama suku ini dalam bahasa Arab, pertama kalinya dialihaksarakan ke dalam bahasa Akkadia (abad ke-8 SM) dan bahasa Aram (abad ke-6 SM), karena abjad Arab saat itu belum dikembangkan. Pada onomasticon Mareshah, orang
Kedar dimasukkkan daftar sebagai suatu kelompok etnik yang dalam transliterasi bahasa Aram ditulis QDRYN.
Akar kata Arab (triliteral) q-d-r artinya "mengukur, menghitung, memperkirakan"; "menetapkan, menunjuk, melantik"; dan "mempunyai kuasa atau kemampuan." Qidr, suatu kata benda yang diturunkan dari akar kata yang sama, berarti "panci, pot", dan juga memberi turunan kata kerja, "memasak". Ernst Axel Knauf, seorang sarjana Alkitab yang meneliti sejarah orang Ismael (Ishmaelites) meyakini bahwa mereka dikenal pada inskripsi-inskripsi Asyur sebagai "Šumu'il", menyimpulkan bahwa nama orang
Kedar diturunkan dari kata kerja qadara, yang berarti "melantik, mempunyai kuasa". Karena etimologi ini disimpulkan hanya berdasarkan ketenaran suku
Kedar di antara suku-suku Šumu'il tribes, kesimpulan tersebut dianggap kurang kuat oleh para sarjana lain.
Wawasan geografi
Orang
Kedar merupakan anggota "konfederasi suku-suku Arab" ("Arab tribal confederation") atau "persekutuan suku-suku Arab nomadik" ("alliance of nomadic Arab tribes"). Menurut Philip J. King, teolog dan sejarawan, mereka tinggal di bagian barat laut padang gurun Arab dan merupakan "suatu kekuatan berpengaruh dari abad ke-8 sampai ke-4 SM." Geoffrey Bromiley, teolog sejarah dan penerjemah, mengeja nama mereka sebagai
Kedar dan menyatakan bahwa mereka berdiam di daerah tenggara kota Damaskus dan sebelah timur wilayah Transjordan.
Selama periode kekuasaan kerajaan Persia di wilayah itu (~ 550–330 SM), suku
Kedar memegang kontrol atas daerah padang gurun yang berbatasan dengan Mesir dan Israel serta jalur lalu lintas yang berhubungan dengan perdagangan rempah-rempah Arab yang penting bagi Gaza. Herodotus (~ 484–425 SM) menulis tentang kehadiran mereka di bagian utara Sinai dekat perbatasan Mesir di mana mereka mungkin disewa oleh orang Kekaisaran Akhemeniyah, yang memerintah Persia, untuk menjaga keamanan perbatasan, sekaligus mengontrol kota Gaza.
Referensi Sejarah
= Di luar Alkitab
=
Inskripsi Asyur
Dokumentasi pertama yang menyebut "
Kedar" adalah suatu stele (~ 737 SM) dari Tiglat-Pileser III, raja Asyur, yang memuat daftar pemimpin dari bagian barat Mesopotamia yang memberi upeti kepadanya. Bagi orang Asyur, suku
Kedar dikenal sebagai Qidri atau qi-id-ri dengan inskripsi kuneiform lain mengeja sebagai Qadri, Qidarri, Qidari dan Qudari (Neo Babylonian). Zabibe (~ 738 SM) terdaftar di antara mereka yang membayar upeti dengan gelar "ratu (orang) Qidri dan Aribi" (Aribi artinya "Arab").
Direbutnya Adummatu oleh Sanherib pada tahun 690 SM dan penawanan seorang ratu orang
Kedar, Te'elkhunu, yang dibawa ke Asyur dengan banyak jarahan lain, termasuk gambar-gambar para dewa, juga disebut dalam tawarikh raja-raja Asyur. Esarhadon kemudian mengembalikan gambar-gambar dewa-dewa Arab "yang diperbarui" ke Adummatu bersama Tabua, "yang dibesarkan di istana Sanherib," dan diangkat menjadi ratu orang
Kedar oleh Esarhadon untuk menggantikan Te'elkhunu. Namun, hubungan yang tidak baik antara orang Asyur dan orang
Kedar menyebabkan Tabua hanya memerintah sebentar saja, sampai Esarhadon mengakui Hazael sebagai raja
Kedar setelah ia meningkatkan jumlah upetinya kepada raja Asyur sebanyak 65 ekor unta. Esarhadon kemudian menunjuk Yauta, putra Hazael, sebagai raja
Kedar, setelah Hazael meninggal. Yauta dicatat membayar upeti dalam bentuk 10 mina emas, 1.000 batu permata, 50 ekor unta, dan 1.000 kantong kulit berisi rempah-rempah.
Inskripsi Arab Selatan dan Aram kuno
Inskripsi Arab Selatan kuno menyebut qdrn ("Qadirān" atau "Qadrān") sebagai seorang individu atau masyarakat. Ada Graffiti ditemukan di al-Ula, dikenal sebagai "Graffito Niran" di Dedan, menyebut "Gashmu I" (= Gesem, di Alkitab), putra Shahr I, sebagai Raja
Kedar.
Seorang "Raja
Kedar" juga disebut pada inskripsi bahasa Arab dari akhir abad ke-5 SM pada suatu cawan perak yang ditemukan di Tell el-Maskhuta di bagian timur Delta Nil di Mesir Hilir. Inskripsi itu menamakannya "Qainū putra Gashmu," pada cawan yang disebut sebagai suatu, "persembahan untuk (dewa) Allat atau han-'Ilāt".
Meskipun tidak secara khusus menyebut
Kedar, sehingga diperdebatkan, suatu inskripsi Aram dari abad ke-5 SM ditemukan pada suatu mezbah ukupan di Lakhis yang didedikasikan kepada, "Iyas, putra Mahaly, sang king," ditafsirkan oleh André Lemaire sebagai kemungkinan rujukan untuk raja-raja
Kedar.
= Catatan Alkitab
=
Keturunan Abraham dan Hagar disebut orang Ismael (Ishmaelites), dari nama Ismael, putra sulung mereka, dan orang
Kedar dinamakan menurut putra kedua Ismael, yaitu
Kedar. Alkitab sering merujuk nama
Kedar dan suku
Kedar. Rujukan dalam Perjanjian Lama meliputi Kitab Kejadian (25:13), Kitab Yesaya (21:16-17, 42:11, 60:7), Kitab Yeremia (2:10, 49:28-33), Kitab Yehezkiel (27:21), dan Kitab 1 Tawarikh (1:29). Dua kali,
Kedar merujuk putra Ismael, yaitu Kitab Kejadian dan Kitab 1 Tawarikh, sedangkan sisanya merujuk kepada keturunannya, baik sebagai putra-putra Arab Utara yang prominen, maupun sebagai orang Arab dan Bedouin secara kolektif dalam arti umum. Istilah "kemah-kemah
Kedar" disamakan dengan "orang-orang yang membenci perdamaian di Mesekh" disebut dalam Mazmur 120:5–6, kemungkinan suatu kelompok kecil dalam suku
Kedar.
Pada Kidung Agung 1:5, kemah-kemah orang
Kedar digambarkan berwarna hitam: "Memang hitam aku, tetapi cantik, hai puteri-puteri Yerusalem, seperti kemah orang
Kedar, seperti tirai-tirai orang Salma." Kemah-kemah itu dikatakan terbuat dari bulu kambing hitam. Sebuah suku "S-L-M" ("Salam" atau "Salma") ditemukan di sebelah selatan Nabatea di Madain Salih, dan Knauf mengusulkan bahwa orang
Kedar yang disebut dalam Teks Masoret ini sebenarnya adalah orang Nabataea yang berperan penting dalam perdagangan rempah-rempah pada abad ke-3 SM.
Budaya dan masyarakat
Bukti-bukti Alkitab dan di luar Alkitab menunjukkan bahwa di antara suku-suku Arab, orang
Kedar paling terkemuka dalam kontak dengan dunia di luar Arabia. Sebagaimana kelompok-kelompok nomadik lain, mereka berdiam terutama dalam perkemahan yang tidak mempunyai benteng pertahanan. Pekerjaan mereka terutama adalah gembala dan pedagang ternak, seperti domba dan kambing, serta berperan penting dalam kemakmuran perdagangan rempah-rempah di Gaza, mengontrol jalur lalu lintas di daerah-daerah padang gurun antara Mesir dan Palestina. Akibat aktivitas perdagangan mereka, ada kelompok atau klan di antar orang
Kedar yang menjadi kaya.
Lihat pula
Abraham
Ismael
Bagian Alkitab yang berkaitan: Kejadian 25, 1 Tawarikh 1, Kidung Agung 1
Catatan
^aNama-nama tempat "Dumah" dan "Tayma" (atau Tema') juga kebetulan adalah nama-nama dua putra Ismael yang tercatat dalam Alkitab, dimana Tayma merupakan pula nama sebuah suku.
^bPerlu dicatat bahwa dalam bahasa Akkadia aslinya, Ú-a-a-te digunakan untuk merujuk nama-nama depan baik Yauta ibn Hazail (putra Hazael) dan Uayte ben Birdadda (putra Birdadda). Yang terakhir ini kadang kala dirujuk sebagai Ia-u-ta- dan pada beberapa inskripsi Asyurbanipal, kedua ejaan ini dirancukan, di mana keduanya ditulis sebagai Ú-a-a-te.
^cMisalnya, dalam sajak percintaan karya Moses Ibn Ezra berpusat pada seorang anak laki-laki tampan yang dijumpainya, ia menyebutnya "seorang putra Qedar," cara lain untuk mengatakan ia orang "Arab".
^dHerodotus menggambarkan hubungan antara orang
Kedar dan orang Persia demikian: "mereka tidak menyerahkan kepatuhan budak-budak kepada orang Persia, tetapi bersatu dengan mereka dalam persahabatan untuk memberi jalan bagi Cambyses ke Mesir, dimana orang Persia tidak bisa masuk tanpa izin orang Arab."
Referensi
Pustaka